#senyum_sikembar
.
Suka Duka Bersaudara Kembar Part 3
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member Revowriter London)
.
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Satu jam lagi aku bisa pulang dari tugas jaga pagi.
.
Nampak dari kejauhan, seorang wanita di sebelah pria yang duduk di pembaringan. Dia adalah isteri dari pasien yang sudah lebih dari seminggu di rawat di bangsal ini.
.
Wanita tersebut melambaikan tangannya seolah memanggilku untuk mendekatinya. Beliau bertanya, apakah namaku Yumna? Aku mengiyakan. Beliau menjelaskan jika beliau mendengar namaku dari anaknya. Sang anak ternyata kenal dengan beberapa temanku.
.
Sang ibu bertanya, "Mbak Yumna, bolehkah saya minta Nomer HPnya?"
.
Deg! Nggak lazim seorang pasien meminta Nomer HP ke Dokter Muda.
Apalagi aku nggak merawat pasien ini tadi. Kode etis nggak memperbolehkan. Hubungan kami harus tetap profesional. Jika mereka ingin berbicara dengan tim medis harus lewat telpon bangsal. Atau Nomer telpon khusus yang memang dialokasikan.
.
"Damel nopo, Bu?" (Buat apa, Bu?) Jawabku dengan bahasa Jawa kromo supaya terdengar sopan.
.
"Nanti saya jelaskan, Mbak" jawab si Ibu.
.
"Oh...nggih pun.Monggo" aku tulis Nomer HPku di secarik kertas.
"Matur Nuwun Mbak Yumna. Begini mbak...Saya kan punya anak laki-laki. Anak saya ini sudah tahu tentang mbak Yumna. Muslimah calon dokter. Mbak Yumna pasti sudah pernah juga mendengar mamanya. Namanya Sayyid (Nama samaran). Anak saya lagi cari calon isteri, Mbak. Sepertinya anak saya pernah lihat sampeyan. Nah, kemarin pas anak saya besuk bapaknya, dia tahu kalau sampeyan lagi dinas di bangsal yang sama. Makanya saya tadi dipesenin sama anak saya untuk minta Nomer HP sampeyan. Katanya ada keperluan. Alhamdulillah, Mbak Yumna nggak keberatan. Sekali lagi terima kasih ya, Mbak"
.
Hah! Ibu ini ibundanya Ustad Sayyid? Ya kenal lah. Banyak temanku yang kenal juga. Duh...berbagai pertanyaan dan pernyataan mulai muncul di benak.
Nekad sekali sih Ustad! Kapan ketemu sama aku? Dimana? Berarti selama ini diam diam memperhatikan? ih syerem amat ya! Kok tahu kalau namaku Yumna? Dari siapa? Dia tahu nggak kalau aku kembar? Jangan jangan dia melihat kembaranku dan asal nembak!
.
Aku pamitan kepada sang Ibu sambil menyembunyikan kebingunganku. Aku upayakan tenang meski sebenarnya penasaran. Dalam hati sedikit geram. Coba tadi bilang diawal. Kalau sang ibu adalah mak comblang. Nomer HP ku bakal aku sembunyikan. Aku kan nggak pernah bikin pengumuman bahwa aku lagi cari ikhwan. Pasti aku sampaikan kalau aku keberatan.
.
Nasi udah menjadi bubur. Aku tunggu aja apa yang mau diperbuat si ikhwan?
.
Jam 10 malam. Biasanya aku sudah tertidur pulas. Malam itu aku dan kembaranku masih ngobrol ngalor ngidul. Kami juga membicarakan kejadian ada ikhwan minta Nomer HP lewat ibunya.
.
Tiiit...Tiiit. Tiiiiit...Tiiiit.
Tanda suara SMS masuk ke HP Nokia kami. Yup! kami hanya punya satu telpon genggam. Satu buat berdua. Jaman itu HP masih barang langka. Tak sanggup lah kalau harus beli dua sekaligus isi pulsa. Toh kami berdua tidak punya rahasia. Jadi pesan untukku juga akan terbaca oleh kembar satunya 🙂
.
Tertera Nomer baru yang belum kami kenal. Demikian bunyi SMSnya.
.
"Assalamualaikum Ukhti Yumna. Nama saya Sayyid. Tadi ukhti ketemu dengan ibu saya di Rumah Sakit. Saya yakin Ibu sudah memberi sedikit informasi kenapa beliau meminta No HP anti. Saya sudah menyampaikan kepada Ibu tentang niat saya. Dan sebelum saya menyampaikannya kepada anti, saya ingin Ibu menilai dan melihat sendiri. Alhamdulillah beliau suka dan setuju. Oleh karenanya saya ingin bertanya apakah ukhti masih halal untuk dikhitbah (dipinang)?"
.
Deg! Jantung seperti mau copot!
Kami berdua saling berpandangan. Kok cepat banget Ustad ini kirim
SMS? Nampaknya udah mantap sekali. Sampai kita heran. Emang sudah berapa lama kami diperhatikan? Dan apa dia tahu benar mana Yumna dan mana yang bukan?
.
Setelah diskusi panjang lebar dengan kembaranku, aku mengirim SMS jawaban.
.
"Wa’alaikum Salam Ustad. Jazakallah Khair atas SMSnya. Mohon maaf sebelumnya. Yumna harus menolak tawaran khitbah karena saya sudah tidak halal untuk dipinang. Saya sudah dikhitbah oleh seorang Ikhwan. Tapi kalau Ustad tertarik. Saya punya saudara kembar. Dia belum dipinang."
.
Pesan terkirim! We honestly didn’t know what we were doing. We were young and naive. Namanya ikhtiar kawan. Pesan Mami, kami harus nikah bersamaan. Lah kalau aku udah ada calon, maka sebisa mungkin membantu saudara kembarku cepet dapat pinangan. Supaya bisa barengan.
.
Secara logika, sedikit riweh (awkward) juga sih kalau si ikhwannya mau. Kan tadinya niat berproses sama Yumna. Mosok sekarang sama kembarannya 🙂. Mungkinkah Ustad berfikir, "Ah...nggak bisa mengkhitbah Yumna? Kembarannya pun tak apa!" Kesannya kok kembaranku jadi pilihan kedua. Tapi saat itu kami nggak kepikiran kesana.
.
Selang setengah jam kami terima SMS jawaban dari si Ikhwan
.
"Oh iya? Baiklah kalau Yumna sudah dipinang. Kalau begitu, bolehkah saya ta’aruf dengan saudara kembarnya?"
.
Kita berdua geli! Salah kami sendiri menawarkan diri. Ada ada saja Ikhwan ini.
.
Pesan moral:
1. Buat para ikhwan, kalau mau ngajak Ta’aruf seorang akhwat, mohon ditanya dulu, si akhwat punya saudara kembar nggak?🤪
2. Jika punya, tanya juga apakah satu HP untuk berdua? Kalau iya, dijamin semua SMS dibaca sama keduanya. Jadi harap hati-hati dalam memilih kata. Jangan sampai bikin marah salah satunya 🙂.
3. Demi kesopanan dan mencegah sakit hati, kalau bisa jangan nembak akhwat yang saling kenal (entah itu teman, saudara apalagi kembaran) di minggu yang sama. Lebih-lebih di hari dan jam yang sama! 🤦♀️
4. Bolehlah seorang ikhwan meminta ibunya jadi mak comblang tapi tolong kasih juga sang ibu daftar pertanyaan yang perlu disampaikan. Jadi kedua ikhwan akhwat tidak perlu terlibat jauh sebelum benar benar kenalan.
5. Buat para akhwat. Kalau ada Ikhwan baik dan sopan, taat pada Islam, kasih lah mereka kesempatan. Kecuali kalau memang sudah tak halal lagi dijadikan pinangan.
6. Para jomblolillah, jaga akhlakmu di luar sana! Siapa tahu ada ikhwan yang diam diam memperhatikan. Hayyah ini mah nasehat guyonan. Jaga akhlakmu karena memang Allah ï·» suka yang demikian.
.
Kisah lanjutannya sengaja tidak dituliskan. Demi membuat pembaca penasaran. Jika ada yang bertanya, nggak akan dijawab juga di kolom komentar 🙂.
.
PS: Ditulis sambil kliyengan. Kisahnya 25 tahun yang lalu. Detail dan plot-nya bisa jadi sedikit berbeda. Tapi pesan moralnya tetap sama. Sudah konsultasi sama saudara kembar Umm Adam dan dia nggak keberatan untuk ditayangkan. Ini sekedar kisah lucu lika liku si kembar. Nggak perlu dianalisa apalagi disimpulkan.
.
London, 9 Januari 2020
.
#OPEy2020bersamaRevowriter
#Revowriter
#KompakNulis
#KisahDariInggris
#GeMesDa
#OnePostEveryday
#MutiaraUmmat
#GoresanYumna
Comments