Skip to main content

Suami Isteri Satu Frekuensi 

#OPEy2020Day01

#RisalahPernikahan

Oleh: Yumna Umm Nusaybah

(Member Revowriter London)

.

“What big plan do you have for this year?” tanya suami pagi ini.

.

Pertanyaan suami yang hampir tiap tahun menjadi pertanyaan awal di pagi tahun baru. Mungkin agak telat karena sudah masuk 1 Januari. Tapi ini semacam pertanyaan untuk menyamakan frekuensi. Mengingat kita adalah satu unit. Harus ada saling bertukar pikiran. Tentang prioritas aktivitas di mata syariat. Atau hal mubah yang mungkin harus dikurangi. Juga kebiasaan yang harus di ubah. 

.

Menurutku, menyamakan frekuensi lewat diskusi dengan kepala dingin sangatlah penting. Sebisa mungkin kita jelaskan kepada pasangan kita tentang mimpi, aspirasi, dan rencana kita ke depan. Apakah itu rencana kita sebagai seorang individu (hamba Allah). Sebagai sebuah keluarga. Atau yang lebih kompleks lagi rencana sebagai bagian dari Ummat Muhammad ﷺ. Rencana karir, finansial keluarga, pendidikan akademis dan non akademis anak-anak, dan topik penting lainnya. Semua perlu di bicarakan, di rencanakan dan di sosialisasikan. 

.

Layaknya sebuah radio, jika frekuensi tidak pas maka kita tidak akan bisa mendengar pesan dengan jelas. Kita hanya mengira ira. Lambat laun pun kita malas untuk mendengar kelanjutannya. Ada rasa tidak nyaman untuk di dengarkan. Sangat tidak menggugah pikiran. Walhasil radio di matikan!

.

Dari sekian banyak observasi, aku bisa simpulkan bahwa ada kalanya suami sibuk dengan perkerjaanya, dakwahnya, pertemanannya, bisnisnya dan segala hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan sang isteri. Demikian juga sang isteri, mereka disibukkan mendidik anak, mengajari baca tulis, mengaji Quran, antar jemput anak sekolah, mendidik ummat seklaigus juga nge-charge energi dengan bersosialisasi dengan temannya. 

.

Pada akhirnya mereka berada pada frekuensi yang berbeda. Jika ini terus dibiarkan akan ada jarak yang semakin lebar menganga. Pada akhirnya suami dan isteri tidak akan bisa saling mengerti. Isteri merasa tidak di hargai. Suami merasa tidak lagi berarti. Tak heran jika pernikahan yang sudah dibina berpuluh puluh tahun kandas di tengah jalan. Penyebabnya adalah masing masing ada pada frekuensi yang jauh berbeda. Mereka bersama hanya demi anak-anak. Ketika anak anak sudah beranjak dewasa, mereka lebih memilih berpisah karena sudah tidak ada lagi perekat. 


Karenanya, penting bagi setiap pasangan untuk sementara waktu menggantung egonya. Mendengar pasangan dengan seksama. Apa yang mereka inginkan. Bagaimana kita bisa saling membantu.

.

Bagi para isteri, teruslah bersyukur atas kebaikan suami. Sekecil apapun kebaikan itu. Karena rasa syukur itulah yang akan menumbuhkan cinta. Ketika kita mampu mengapresiasi kebaikan suami kita, artinya kita mendahulukan fakta obyektif dan tidak melihatnya lewat kacamata perasaan.


Bukankah baginda telah bersabda,


‎لا ينظرُ اللَّهُ إلى امرأةٍ لا تشكُرُ لزوجِها وَهيَ لا تستَغني عنهُ


“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan ia tidak merasa cukup dengan apa yang diberikan suaminya” 

(HR. An Nasa’i no. 9086, Al Baihaqi dalam Sunanul Kubra [7/294], dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 1944)

.

Di hadis lain juga di jelaskan,Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

.

‎أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أكْثَرُ أهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ قيلَ: أيَكْفُرْنَ باللَّهِ؟ قالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، ويَكْفُرْنَ الإحْسَانَ، لو أحْسَنْتَ إلى إحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شيئًا، قالَتْ: ما رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

.

“Diperlihatkan kepadaku neraka, dan aku melihat kebanyakan penduduknya adalah wanita”. Para wanita bertanya: “apakah karena mereka kufur kepada Allah?”. Nabi menjawab: “Karena mereka kufur kepada suami mereka dan kufur kepada kebaikan suami mereka. Jika engkau para suami, berlaku baik kepada istri kalian sepanjang waktu, kemudian sang istri melihat satu keburukan dari dirimu, maka sang istri akan mengatakan: aku tidak pernah melihat kebaikan dari dirimu.” 

(HR. Bukhari no. 29, Muslim no. 907)

.

Bagi para suami, tidaklah masalah mengambil keputusan atas saran sang isteri. Ini bukan berarti suami lemah. Atau menunjukkan bahwa dia tak berpendirian. Kadang, bagi para lelaki, mendengar dan mengambil pandangan isteri adalah sebuah kesulitan. Mengingat mereka adalah qawwam. Merasa selalunya harus benar. Padahal, Rasulullah ﷺ bertanya kepada isterinya tentang sebuah keputusan di beberapa kesempatan. Baginda ﷺ melibatkan Ummu Salamah RA dan meminta pendapat beliau usai perjanjian Hudaybiyah.


Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menandatangani perjanjian Hudaibiyah, beliau berkata kepada para sahabatnya,


‎قُومُوا فَانْحَرُوا، ثُمَّ احْلِقُوا


“Berdirilah dan semebelihlah hewan kurban kalian. Setelah itu gundulilah kepala kalian.”


Tak ada seorang pun dari mereka yang melaksanakan perintah nabi. Hingga beliau merasa perlu mengulangi perintahnya sampai tiga kali. Walaupun demikian, masih belum ada yang melakukannya. Karena mereka berat dengan putusan Perjanjian Hudaibiyah, dan mereka masih berharap Rasulullah berubah pikiran atau turun wahyu kepada beliau. 


Melihat keadaan itu, Nabi pun masuk ke tenda menemui istrinya, Ummu Salamah. Beliau ceritakan keadaan para sahabatnya kepada istrinya. Ummu Salamah merespon curahan hati beliau dengan mengatakan,


‎يا نبي الله أتحبُّ ذلك؟ اخرج ثم لا تكلِّم أحدًا منهم كلمة حتى تنحر بُدْنَك وتدعو حالقك فيحلقك


“Wahai Nabi Allah kalau Anda mau, keluarlah tanpa berbicara dengan seorang pun dari mereka. Kemudian sembelihlah hewan Anda. Panggil tukang cukur Anda, dan cukurlah rambut Anda.”


Nabi pun keluar tanpa berbicara sepatah kata pun kepada mereka hingga beliau melakukan apa yang dianjurkan Ummu Salamah. Beliau semebelih hewannya. Memanggil tukang cukurnya dan mencukur rambutnya. Saat melihat beliau melakukan itu, para sahabat pun berdiri dan menyembelih hewan mereka. 


Sebagian mereka mencukur sebagian yang lain. Mereka sibuk melakukan yang demikian (Ibnu Katsir: as-Sirah an-Nabawiyah, 3/334). (Dikutip dari kisahmuslim.com)


Jika lelaki mulia baginda Rasulullah ﷺ saja, yang jelas jelas mendapat wahyu dari Sang Maha Pencipta masih mau mendengar, berdiskusi, mencari second opinion dari isterinya. Kenapa kita tidak? Ego yang tinggi harus di tundukkan. Memang sulit tapi bisa jika memaksa diri melakukannya. Demi misi besar berumah tangga.


Semoga Allah ﷻ menjaga pernikahan kita semua hingga berujung surga.


‎اللهمّ امين يا ربّ العالمين


London, 1 Januari 2020


#OPEy2020bersamaRevowriter

#Revowriter

#KompakNulis

#KisahDariInggris

#Islam

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam