Skip to main content

Gagal? Siapa Takut?

#OPEy2020Day04

#Motivasi_Part3

.

Gagal? Siapa Takut?

.

Oleh: Yumna Umm Nusaybah

(Member Revowriter London) 

.

“Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.”

.

Pasti kita sudah sering mendengar ungkapan ini. Enak dibaca, ringan kedengarannya tapi sulit untuk diterima. Siapapun pasti pernah gagal dalam hidupnya. Gagal dalam ujian sekolah, gagal dalam pernikahan, gagal masuk universitas impian, gagal dalam interview pekerjaan, gagal menjadi seorang teman, gagal menjadi seorang pedagang, sampai hal terkecil gagal menahan diri alias naik pitam. 

.

Saya pun pernah gagal. Ujian pernah mengulang. Pernah juga dapat lima interview, semuanya gagal. Baru bisa dapat pekerjaan di interview yang ketujuh. Pernah juga mengecewakan teman. Bertahun-tahun belajar bahasa Arab masih saja belum mumpuni seperti yang diharapkan. 

.

Anak kecil pun demikian. Dari bayi mereka terus belajar dan sering juga gagal dipercobaan pertama. Belajar berjalan, jatuh. Bersepeda, jatuh. Berlari, jatuh. Melompat, jatuh. Tapi apa yang mereka lakukan? Mereka tetap terus berjalan.

Terus mencoba. Kita sebagai orang tua tidak pernah berhenti menyemangati hanya karena mereka jatuh sekali. Kenapa? Karena kita tahu ini adalah bagian dari sebuah proses menuju suatu titik. Yakni MAMPU. Bayangkan jika orang tua tidak mau lagi mendorong anaknya belajar berjalan hanya karena khawatir atau takut anaknya jatuh terluka. Pasti kita bertanya, apa mereka sudah gila! Yang seharusnya dilakukan adalah mengkondisikan supaya resiko jatuh rendah, dan sakit akibat jatuh juga tidak terasa. Itu baru masuk akal.

.

Namun anehnya, ketika kita dewasa kemampuan ini justru berkurang. Kita takut gagal. Kita takut mencoba dan mencoba. Kita ingin semua hal berhasil dicapai dengan sekali jalan. Sekali percobaan. Maunya instan. Tak perlu perjuangan. Tak perlu pengorbanan dan tak perlu berusah payah. Padahal sudah menjadi hukum alam bahwa manusia harus bergerak dan berupaya. Hanya orang yang berani mengambil resiko yang akan mendapat hasil luar biasa!

.

Kata orang Inggris, “The best view comes after the hardest climb”. Makna ungkapan ini sangat dalam. Jika kita ingin melihat pemandangan yang paling cantik. Lihatlah dari ketinggian. Untuk meraih ketinggian tadi kita harus mendaki bukit yang terjal. Semakin tinggi, semakin indah pemandangan.

.

Demikianlah hidup. Jika kita memiliki cita-cita. Kita gantung tinggi di langit. Namun kita tidak bersedia mendaki bukit yang terjal alias melalui berbagai kesulitan. Jangan harap mimpi itu bisa terealisasikan.

.

Ingin menjadi penduduk surga tertinggi namun enggan berkorban waktu, tenaga, energi dan harta untuk perjuangan Islam. 

Ingin mendapat ampunan tapi masih berkubang dengan keharaman hanya karena merasa sulit menjauhinya. 

Ingin bersama Rasulullah ﷺ tapi enggan menapaki jalan dakwah yang beliau dicontohkan.

Ingin hidup tenang, bahagia, tanpa masalah dan penuh barakah namun enggan menerapkan Islam. Apakah memungkingkan? 

.

Padahal Rasulullah mengetuk pintu pembesar Quraisy untuk mendakwahkan Islam dan beliau ditentang habis habisan. Beliau dicaci maki tanpa henti. Fitnah disebar dengan keji. Boikot dan pengasingan oleh Bani beliau sendiri. Meminta bantuan ke Thaif malah dilempari batu. Puncaknya ketika musuh Islam berupaya membunuh beliau ﷺ. Apakah beliau berhenti? Tidak sama sekali. Tetap berjalan. Tetap tegar. Tetap bertahan. Karena semua adalah proses yang harus beliau ﷺ lalui. Kini perjuangan itu menjadi amunisi. Bagi ummatnya yang menginginkan kejayaan Islam dan kalimat Allah ﷻ kembali tinggi. 

.

Karenanya, sebelum memulai pendakian, siapkan perbekalan. Kuatkan fisik dan mental. Perbekalan ini tidak hanya untuk urusan dakwah. Namun juga target keseharian. 

.

Beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab ketahanan diri seseorang terancam dan akhirnya gagal di antaranya.


1. Kurangnya ketekunan. 


Kegagalan seseorang umumnya tidak disebabkan karena kurangnya ilmu atau kemampuan. Namun kurang tekun dalam berupaya meraih yang dia inginkan. Kurang mampu menahan diri dari hal yang seharusnya ditinggalkan. Jika satu cara gagal berkali kali (selama metode itu bisa diubah) maka mencari cara baru dan mencobanya adalah sebuah keharusan. Jangan bosan menyesuaikan dengan keadaan. Yang penting jangan menyerah.


2. Kurangnya keyakinan. 


Orang yang tidak yakin dengan apa yang dia lalukan akan cenderung memilih jalan tengah. Kalau kita berkendara dan memilih berjalan di tengah, apa yang terjadi? Jelas tertabrak! Siapa yang tidak yakin dengan visi, misi dan mimpinya sendiri, maka dia akan tergerus oleh visi dan misi orang di sekitarnya. Dia tidak akan menjadi pribadi yang percaya diri. Karenanya, putuskan! Apa sebenarnya hal terpenting dalam hidup kita?Rencana paling agung? Pilihan paling mulia? Pegang erat dan warnai orang sekitar dengannya!


3. Rasionalisasi. 


Ubah perspektif. Jangan pernah merasa bahwa gagal sekali tanda tak mampu. Apalagi menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kita buat. Misal pemikiran saya nggak lulus karena pengujinya ‘kejam’. Saya tidak bisa mengaji Quran karena orang tua. Saya tidak punya teman karena mereka semua tidak suka orang seperti saya. Jika kita selalu membuat ‘excuse’ maka kita tidak akan mampu mengakui kesalahan diri kita sendiri dan tidak akan pernah bisa berubah. 


4. Mengabaikan kesalahan di masa lampau. 


Berbuat salah bukan berarti kita lemah. Bukan berarti tidak mampu atau bahkan tidak berguna. Bukan sama sekali. Kesalahan adalah guru yang terbaik. Jika dimanfaatkan dengan benar maka kita bisa menyiapkan kuda-kuda untuk langkah selanjutnya. 


5. Kurangnya disiplin. 


Disiplin berasal dari kemampuan mengontrol diri dari segala godaan dan selingan. Orang yang ingin berhasil harus benar benar bisa mengesampingkan godaan. Bersabar dalam proses tersebut.


6. Kurang percaya diri. 


Memang gagal berkali kali akan bisa menggerogoti kePDan kita. Namun PD bisa di dapat jika kita punya ilmu dan berani mencoba. Meski itu harus berkali-kali. Anggap saja ini adalah proses menajamkan indera. Mengasah kemampuan analisa. 


8. Pasrah tanpa usaha. 


Secara syariat, tidak pernah di ajarkan oleh baginda ﷺ. Pasrah adalah amal hati. Sedang perbuatan adalah amal badan. Keduanya berjalan bersama secara simultan. Pasrah dan Tawakkal harus namun beramal juga diwajibkan. 


(Disarikan dari artikel berjudul, The 7 Reasons We Fail oleh Harvey Mackay)

.

Sungguh, telah jelas hasil akhir dari perjalanan dakwah Rasulullah Muhammad ﷺ. Kemenangan dan bantuan dari Allah ﷻ melalui penolong-penolongnya, kaum Anshar di Madinah. 10 tahun pertama bukanlah perjalanan dakwah yang mudah. Penuh dengan airmata, keringat dan darah. Namun beliau tidak menyerah. Sampai Islam tegak dan menjadi cahaya. 

.

Demikian juga kita. Tak layak kita takut gagal. Dalam segala hal. Entah itu target pribadi maupun target membangkitkan ummat. Sabarlah mendaki. Maka pasti akan ada pemandangan indah yang bisa dinikmati.


London, 4 Januari 2020


#OPEy2020bersamaRevowriter

#Revowriter

#KompakNulis

#KisahDariInggris

#Islam

#GeMesDa

#OnePostEveryday

#MutiaraUmmat

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam