Skip to main content

Filosofi Cinta Part 1

#OPEy2020Day13

#SeriNafsiyah

.

Filosofi Cinta (Part 1)

.

Oleh: Yumna Umm Nusaybah

(Member Revowriter London).

.

Malam menjelang tidur.

.

“Okay Children, sweet dream. Berdoa ya..and I love you so much. I love you to the moon and back.”

.

Anak keduaku Rumaysa langsung cepat merespon, “I love you more, Mama! I love you to all the planets and back.” 

.

“Awwww that’s very sweet Rumaysa. I love you even more!” Jawabku sumringah. Wis ra mari mari yen mbok’e ga ngalah.

.

Nusaybah ikut nimbrung, “So...Mama, is it possible for a child to love her/his mom more than their mom love them?” (Mama, mungkinkah seorang anak mencintai ibunya lebih dari sang ibu mencintai anaknya?)

.

Hayyah! Si Emak udah capek, malah dapat pertanyaan filosofis beginian. Sambil muter otak. Akhirnya aku balik tanya.

.

“Before I answer your questions, let me ask you, what is love?” (Sebelum aku jawab pertanyaanmu, aku tanya dulu, apa itu cinta?)

.

“Ermm...I don’t know how to describe it. I just feel it” jawab Nusaybah (eeeem...aku nggak tahu bagaimana menggambarkannya. Aku hanya bisa merasakannya)

.

“You’re right, love is an emotion. It’s a feeling that make you prepare to sacrifice everything for those whom you love. A mother would sacrifice anything to make sure her baby born safe and healthy. The mothers often sacrifice their sleep if the children are ill. Now...will the children do the same things? I think that’s how we can measure if a child can love the mother more or vice versa. But listen...it doesn’t really matter. As long as we love one another. That’s what matters. We’ll discuss again tomorrow, you’ll wake up late for school tomorrow if you don’t sleep now.” Jelasku panjang lebar.

.

(Benar sekali, cinta adalah emosi. Rasa yang mampu membuatmu siap mengorbankan apa saja demi orang yang kau cintai. Seorang ibu bersedia mengorbankan apa saja asala anaknya lahir sehat dan selamat. Mereka mau mengorbankan waktu tidurnya saat anak-anaknya sakit untuk menjaga mereka. Nah...akankah seorang anak bersedia melakukan hal yang sama? Sepertinya dari situ kita akan bisa melihat siapa yang cintanya lebih besar. Tapi...dengar ya. Nggak masalah siapa yang cintanya lebih besar. Selama kita saling mencintai, itu yang terpenting).

.

Definisi ini aku peroleh dari diskusi dengan kembaranku Umm Adam saat dia berkunjung ke London di Musim panas kemarin. Jika ada yang bertanya apa itu CINTA? Aku yakin akan banyak versi jawabannya. Tidak seperti ilmu matematika. Cek saja mbah Google. Dia juga memberi definisi yang beragam. Cinta memang memiliki berbagai dimensi. Cinta kepada Allah dan RasulNya. Cinta kepada harta. Cinta kepada lawan jenis (romantic feeling). Cinta kepada keturunan. Cinta kepada teman. 

.

Kita tahu, kesemua cinta yang kusebutkan diatas tidaklah sama rasanya. Cinta kepada teman berbeda dengan cinta kepada harta. Cinta kepada anak berbeda dengan cinta kepada pasangan. Namun ada benang merah dari semuanya. Karena rasa cinta itu ada didalam dada. Manusia hanya bisa merasakannya. Sepandai apapun manusia mendeskripsikannya, tak akan mampu mewakili rasa.

.

Ibarat makan buah durian. Coba deskripsikan rasanya kepada orang yang belum pernah mencobanya. Gambarkan rasa enaknya. Lembutnya. Baunya. Sulitkan menggambarkan keseluruhannya? Karena rasa hanya akan bisa benar benar terwakili jika lidah kita mencobanya. Indah hanya akan bisa terwakili jika mata melihatnya. Keras dan lembut suara hanya akan terwakili jika telinga mendengarnya. 

.

Demikian juga cinta. Semua ada didalam dada. Qalbu tepatnya. Cinta tidak pernah bisa digambarkan dengan kata. Yang bisa kita lihat adalah tanda tandanya. Tanda itu bisa di indera dari aksi/tingkah laku sang pecinta. Jika dia melakukan hal yang senada dengan klaim cintanya, membuktikan bahwa cintanya bukan omong kosong belaka. 

.

Apa tanda tandanya?

.

1. Dia akan mampu mengorbankan apa saja demi yang dicintainya. 

.

Seorang ibu akan mau dan bersedia memilih sakit jika itu membuat anaknya sembuh. Seorang isteri akan bersedia mengorbankan beberapa kesenangannya (makanan kesukaan, teman, warna pakaian) demi menyenangkan suaminya. Ketika orang mengklaim dia mencintai Allah ﷻ dan rasulNya maka konsekuensinya adalah kemauan. Bersedia tanpa pikir panjang. Kerelaan berkorban. Demi ketaatan pada syariatNya. Membela agamaNya. Menyuarakan kebenaran DiinNya. Meski kadang harus jatuh bangun. Terseok seok. Hilang timbul. Tak pernah lelah. Niat kuatnya menutupi semua kekurangan tadi. Berupaya terus berjalan untuk membuktikan kebenaran cintaNya. 

.

2. Dia akan sering memikirkan, menyebutkan dan menceritakan segala hal yang berkaitan dengan kecintaannya. 

.

Coba tengok baginda Rasulullah ﷺ. Kecintaan beliau kepada Khadijah RA tidak lekang oleh waktu. Meski maut memisahkan, beliau ﷺ selalu teringat dengan kekasih hatinya RA. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

.

‎مَا غِرْتُ عَلَى امْرَأَةٍ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ وَلَقَدْ هَلَكَتْ قَبْلَ أَنْ يَتَزَوَّجَنِى بِثَلاَثِ سِنِينَ لِمَا كُنْتُ أَسْمَعُهُ يَذْكُرُهَا وَلَقَدْ أَمَرَهُ رَبُّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُبَشِّرَهَا بِبَيْتٍ مِنْ قَصَبٍ فِى الْجَنَّةِ وَإِنْ كَانَ لَيَذْبَحُ الشَّاةَ ثُمَّ يُهْدِيهَا إِلَى خَلاَئِلِهَا

.

“Aku tidak cemburu pada seorang wanita pun melebihi kecemburuanku pada Khadijah. Sungguh dia telah wafat tiga tahun sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku. 

.

Kecemburuanku disebabkan aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut-nyebut dia (Khadijah). 

.

Rabbnya pun menyuruh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberikan kabar gembira kepadanya (Khadijah) bahwa ia mendapatkan rumah di surga yang terbuat dari perhiasan. Ditambah lagi apabila beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelih kambing lalu beliau akan menghadiahkan sahabat-sahabat Khadijah.” (HR. Muslim, no. 2435)

.

Demikianlah cinta yang sesungguhnya. Jika kita mencintai Rabb kita maka tiada hari tanpa menyebutkan keagunganNya. Bersyukur atas kenikmatan yang sudah Dia berikan. Sholat, dzikir, dan ibadah mahdoh lainnya adalah jalur komunikasi langsung denganNya. Namun itu saja tidaklah cukup. Jika ada yang menyepelekan ajaranNya, maka kita menjadi tameng pertama yang akan membelaNya. Jika ada yang tidak peduli, maka kita yang membantu mengingatkan mereka kembali tentang tugas dan kewajiban kita terhadapNya. 

.

3. Tidak akan pernah cukup waktu bersama dengan yang si Dia. 

.

Satu jam serasa satu menit. Setahun berasa sehari. Karena ada kenikmatan saat bersama siapapun yang kita cintai. Tak heran jika seorang sahabat yang mencintai Al Quran dan membacanya tidak merasakan capeknya kaki berdiri, puluhan panah menghujam ke tubuhnya. Semua tidak beliau rasa karena cintanya kepada firman Allah ﷻ. 


Dialah Abbas Bin Bisyr. Ketika Rasulullah kembali dari Perang Dzatur Riqa’, beliau beristirahat dengan seluruh pasukan Muslim di lereng sebuah bukit. Setibanya di tempat perhentian di atas bukit Rasulullah bertanya, “Siapa yang bertugas jaga malam ini?” Abbad bin Bisyr dan Ammar bin Yasir berdiri, “Kami, ya Rasulullah!” kata keduanya serentak. Rasulullah telah menjadikan keduanya bersaudara ketika kaum Muhajirin baru tiba di Madinah. Ketika keduanya keluar ke pos penjagaan, Abbad bertanya kepada Ammar, “Siapa di antara kita yang berjaga terlebih dahulu?” Aku yang tidur lebih dahulu,” jawab Ammar yang bersiap-siap untuk berbaring tidak jauh dari tempat penjagaan. Dalam suasana malam yang tenang dan hening, Abbad shalat malam dan larut dalam manisnya ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacanya. 


Dalam shalat itu ia membaca surat Al-Kahfi dengan suara memilukan bagi siapa saja yang mendengarnya. Ketika Abbad tenggelam dalam mahabbah dengan Rabb-nya, seorang laki-laki datang dengan tergesa-gesa dan melihat seorang hamba Allah sedang beribadah. Lelaki itu yakin bahwa Rasulullah ada di tempat itu dan orang yang sedang shalat itu adalah pengawal yang bertugas jaga. Orang itu menyiapkan anak panah dan memanah Abbad dengan tepat mengenai tubuhnya. Abbad mencabut anak panah yang bersarang di tubuhnya sambil meneruskan bacaan dan tenggelam dalam shalat. Orang itu memanah lagi dan mengenai Abbad dengan jitu. Abbad kembali mencabut anak panah lalu meneruskan ibadahnya. Kemudian orang itu memanah lagi. Abbad mencabut lagi anak panah dari tubuhnya seperti dua anak panah terdahulu. Giliran jaga bagi Ammar bin Yasir pun tiba. 


Abbad merangkak ke dekat saudaranya yang tidur, lalu membangunkannya seraya berkata, “Bangunlah! Aku terluka parah dan lemas.” Sementara itu, melihat mereka berdua, si pemanah buru-buru melarikan diri. Ammar menoleh ke arah Abbad dan melihat darah bercucuran dari tiga luka di tubuhnya. 


“Subhanallah! Mengapa engkau tidak membangunkan aku ketika panah pertama mengenaimu?” tanyanya keheranan. “Aku sedang membaca Al-Qur'an dalam shalat. Aku tidak ingin memutuskan bacaanku sebelum selesai. Demi Allah, kalaulah tidak karena takut akan menyia-nyiakan tugas jaga yang dibebankan Rasulullah, menjaga pos perkemahan kaum Muslimin, biarlah tubuhku putus daripada memutuskan bacaan dalam shalat,” jawab Abbad.


Jika seseorang mencintai dakwah, maka akan ada rasa kurang. Memberikan lebih setiap harinya. Tak kuat menunggu saat berkumpul dan membicarakan Islam. Tak ingin berakhir saat majlis penuh barakah itu hadir. Jika itu yang kita rasakan. Bersyukurlah. Karena Allah ﷻ telah menumbuhkan kecintaan itu dalam diri kita.

.

4. Sekedar berfikir tentang adanya kesempatan dan kemungkinan bertemu dengan kecintaan, sudah membuat hati girang. 

.

Bagaimana kita bisa mengukur level cinta kita. Ukur saja seberapa bahagianya kita bertemu dengannya. Sebelum bertemupun, perut sudah seperti diaduk aduk. Kepala seperti melayang. Degup jantung bergetar kencang. Itulah tanda kita benar benar ‘excited’ akan pertemuan dengan kecintaan. Sekarang bayangkan, apakah kita merasa demikian jika kita berfikir tentang bertemu dengan Allah ﷻ ? Akankah rasa yang sama muncul saat kita memikirkan pertemuan pertama dengan baginda Rasulullah ﷺ? Jika iya Alhamdulillah. Jika belum perlu kembali menengok kadar cinta kita untuk beliau ﷺ.

.

InsyaAllah bersambung ke tulisan berikutnya 


London, 13 Januari 2020


#OPEy2020bersamaRevowriter

#Revowriter

#KompakNulis

#KisahDariInggris

#GeMesDa

#OnePostEveryday

#MutiaraUmmat

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam