#Motivasi_Part1
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member Revowriter, London)
.
Sebuah ungkapan berbahasa Inggris menyatakan:
.
A dream written down with a date becomes a goal.
A goal broken down into steps becomes a plan.
A plan backed by actions becomes reality.
.
Kurang lebih artinya, mimpi yang ditulis beserta tanggalnya (ada deadline) menjadi cita-cita. Cita-cita yang dirinci akan menjadi rencana.
Rencana yang didukung dengan perbuatan menjadi kenyataan.
.
Walhasil, mimpi saja tidak cukup. Semua orang bisa bermimpi dan bercita cita. Tapi yang membedakan pemimpi dengan realis (Realist) ada pada ‘rencana’. Rencana tanpa ada tenggang waktu juga tidak berguna. Deadline is crucial! Perlu ada rincian step menuju ke sana. Hal itupun tidak cukup! Harus ada tekad untuk berbuat. Harus ada upaya mengambil langkah pertama sampai mimpi itu menjadi nyata.
.
Pola pikir seperti ini bisa dipakai untuk berbagai level kehidupan. Mimpi untuk akherat sekaligus mimpi di dunia.
.
Mulai dari mimpi besar masuk surga tertinggi.
Mimpi bisa bersama Rasulullah ﷺ di surga.
Mimpi bisa selamat menyeberangi sirat.
Mimpi bisa diberi ampunan di akherat.
Mimpi bisa di jauhkan dari api neraka.
Mimpi punya anak soleh/ah.
Mimpi suatu saat bisa menulis sebuah buku.
Mimpi bisa rutin menulis setiap hari selama 30 hari.
Mimpi langgeng berumah tangga.
Mimpi punya rumah sendiri tanpa riba. Mimpi bisa memiliki kendaraan bagus dan bisa memberi tumpangan saudara.
Mimpi bisa sukses dengan bisnis onlinenya.
Mimpi bisa menjadi orang yang selalu berpositive thinking.
Mimpi untuk bisa menjadi seorang yang penyabar.
Mimpi bisa membaca karakter orang dengan cepat tanpa harus terlibat jauh.
Mimpi bisa memiliki kemampuan berfikir kritis, efektif, objektif dan mendalam.
Mimpi bisa jalan jalan kelur negeri.
Mimpi bisa menjadi anak berbakti bagi orang tua kita yang sudah renta.
Mimpi bisa berkontribusi besar untuk Din Islam.
Mimpi bisa menajdi penghafal Quran.
Mimpi bisa menguasai bahasa Arab.
Mimpi bisa melihat ajaran Islam diterapkan.
Termasuk mimpi rahasia yang terkubur di lubuk hati paling dalam.
.
Semua orang bisa bermimpi! Karena hal itu merupakan bagian dari naluri mempertahankan diri. Jauh dan tingginya mimpi bergantung kepada informasi yang masuk ke benak kita. Satu contoh, jika kita nggak pernah mendengar ada sebuah negara di Afrika. Keindahan alamnya luar biasa. Nama negara itu Zanzibar. Mana mungkin kita punya mimpi untuk kesana?
.
Karenanya, mari kita perbanyak membaca, berinteraksi, bertukar pikiran dengan orang di luar sana. Mari luaskan cakrawala dengan mendengar, menganalisa, dan berdebat sehat. Atau hanya sekedar mengamati apa yang ada di sekitar kita. Syukur syukur jika kita punya teman yang jauh lebih cerdas, kritis dan luas wawasannya. Karena energi dan ilmu mereka bisa menular kepada orang di sekitarnya.
.
Yang menjadi masalah, jika seseorang sudah merasa hebat. Merasa tahu banyak hal. Merasa sudah berpengalaman. Merasa sudah menaklukkan banyak hal. Hanya karena dia berbeda dari orang di sekitarnya. Jangan jangan orang seperti ini sengaja memilih teman yang ‘lebih’ minim pengetahuannya untuk menunjukkan eksistensinya. Atau sengaja melingkupi dirinya dengan orang orang yang berpikiran sama demi merasa senada dan seirama.
.
Ketangguhan dan keunggulan konsep dari seseorang akan teruji saat mereka berada di lingkungan yang berbeda dengan pandangannya. Kalau kumpulannya itu itu saja, ya wajar jika selalu merasa benar. Eh...Apakah tidak malah mengundang masalah jika kita berteman dengan orang-orang yang berseberangan? Tergantung! Jika orangnya punya adab meski berbeda pandangan, dekatilah. Jika mereka tipe ‘murahan’ semisal suka mengumpat dan sekedar mencaci tanpa menyodorkan pandangan. Jauhi!
.
Kembali pada titian mimpi. Awal tahun baru biasanya menjadi saat monumental bagi seseorang. Di Inggris sendiri, ditengarai banyak orang pindah pekerjaan di bulan Januari. Ada yang memulai program diet. Memulai mencari kesibukan yang fokus untuk perbaikan diri baik dari segi fisik, psikis, mental dan spiritual.
.
Sebenarnya, bangun tidur di tanggal 1 Januari dan bangun di tanggal 31 Desember tetaplah sama. Yakni sama sama bangun. Tempat tidurnya pun sama (kecuali yang sedang berlibur dan tidur di kamar hotel atau kamar masa kanak-kanak kita di desa). Nama kita juga sama. Apa yang ada di sekitar kita juga sama. Kondisi kita sama (kecuali jika ada kejadian dramatis di malam sebelumnya). Lalu kenapa ada perasaan sedikit berbeda? Ada semangat sedikit berbeda? Hal Itu karena persepsi kita saja. Kita asosiasikan 1 Januari sebagai momentum perubahan. Wajar jika terbentuk perasaan senada.
.
Nah...Yang menarik, seberapa tinggi mimpi kita, sedikit banyak bergantung pada persepsi tentang diri kita sendiri. Jika seseorang sudah rendah diri dengan kemampuannya, masa lalunya, latar belakang keluarganya, pendidikannya, dan lain sebagainya maka hal ini bisa menjadi penyebab perasaan minder untuk bermimpi setinggi langit. Ada rasa tidak pantas atau seolah tidak berhak bermimpi tinggi jika kita begini begini saja dan banyak memiliki keterbatasan.
.
Nah kalau mimpi saja tidak berani, lantas bagaimana kita bisa naik level dan lebih baik dalam segala hal di masa depan?
.
Karenanya, start with yourself! Give yourself a credit. Pompa self-worth alias kehormatan kita. Camkan bahwa kita ini makhluk berharga. Jika kita saja menghargai diri kita dengan nilai rendah. Jangan salahkan jika orang di luar menilai kita jauh lebih rendah. You are what you want to portrait. Allah ﷻ memberi kita hidup hanya sekali. Dia muliakan kita di atas makhluk lain ciptaanNya.
Allah berfirman dalam QS. Al-Isra [17] : 70).
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
.
Ayat di atas seharusnya sudah cukup untuk mendongkrak rasa PeDe kita. Posisi kita sama di mataNya. Kalau orang bisa menguntai mimpi yang tinggi. Maka kita pun berhak dan seharusnya bisa. Kadang, kita sendirilah yang menjadi penghalangnya.
.
Kesimpulan. Untai mimpi itu dengan:
1. Menggali banyak informasi.
2. Susun informasi itu menjadi sebuah konsep yang membuat kita bergerak.
3. Yakinkan diri dan kobarkan semangat bahwa kita berhak bermimpi setinggi langit seperti orang lain.
4. Gabungkan mimpi itu dengan Tawakkal kepada Allah. Jangan bergantung pada dohir kemampuan kita semata. Selama Allah ﷻ bersama kita, maka kita pasti bisa.
5. Keyakinan itu akan membuahkan tekad yang bulat untuk berusaha. Kalaulah berhasil, maka karena Allah ﷻ membantu kita. Kalaulah tidak tercapai, paling nggak kita bisa mengatakan pada diri kita sendiri bahwa kita sudah mencoba.
Mimpi tinggi ini pun seharusnya dimiliki oleh Ummat Rasulullah Muhammad ﷺ. Kondisi ummat di berbagai dunia sangatlah menyedihkan. Yang terbaru adalah banjir di Jakarta. Kashmir yang terkoyak. Uighur yang tak berdaya. Rohingya yang terabaikan. Yaman yang kelaparan. Suriah yang terus berdarah.
.
Memimpikan ummat untuk bangkit saja sudah sulit. Namun bermimpi akan kembalinya kejayaan Islam bukan hanya kebutuhan tapi kewajiban. Karena janji Allah ﷻ adalah benar. Bahwa kaum muslimin akan kembali dimuliakan.
.
Pertanyaannya, apakah kita saja masih merasa minder? Padahal kita punya berjuta potensi. Akankah kita hanya bergantung pada kekuatan dohir kita sendiri? Mosok mimpi saja nggak berani?
.
London, 2 Januari 2020
#OPEy2020bersamaRevowriter
#Revowriter
#KompakNulis
#KisahDariInggris
#Islam
#GeMesDa
#OnePostEveryday
#MutiaraUmmat
Comments