#SeriPsikologi
.
Bintang Asli VS Bintang KW
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member Revowriter London)
.
‘Good friends are like stars. You don’t always see them, but you know they are there’
.
Teman baik itu ibarat bintang. Meski kita tak melihatnya namun kita tahu bahwa mereka selalu ada di sana (buat kita).
.
Berkah program One Post Everyday (OPEy) dari Revowriter selama bulan Januari ini, pertemananku bertambah ratusan. Semula tak lebih dari 2000-an kini ada 2900 in total! ماشاء الله
.
Follower pun juga nambah dari 160 menjadi 260-an. Apakah ini prestasi? Tidak juga. Semua karena kebaikan para netijen istimewa. Teman yang aku kenal di dunia nyata sekaligus teman baru yang belum pernah bersua. Dari kedermawanan mereka yang mau berbagi tulisanku. Akhirnya banyak yang mengajukan pertemanan. Mungkin sebagian ada yang didorong rasa penasaran. Meski kami belum pernah bertemu, namun ikatan Aqidah dan pemikiran menjadikan kami bersaudara. Enak aja bawaannya. Jazakumullah Khairan Katsira kepada semua yang sudah setia. Kepada yang sudah membaca, nge-like dan nge-share karya yang masih apa adanya. Kalianlah para bintang bagiku. Teman virtual yang baik hati. Dan tak bosan untuk menyemangati.
.
Dunia nyata memang sedikit beda dengan dunia maya. Namun keduanya memiliki persamaan. Sama sama dihuni oleh manusia. Manusia dengan berbagai pesona. Berbagai karakter yang ingin mereka proyeksikan di sosIal media. Karena dunia maya dipenuhi berbagai jenis manusia dengan segala pola pikirnya maka jika sebuah tulisan disajikan, layaknya lafad yang keluar dari lisan, keduanya akan sama sama mampu menyentuh jiwa. Sama sama bisa mengoyak benak. Sama sama bisa mengubah semangat menjadi gerak. Aku yakin dari ribuan teman, akan ada yang menjadi sahabat dekat. Yang selalu dirindu. Ku berharap suatu saat bisa saling mendekap.
.
Setelah 20 tahunan melalang buana di dunia maya. Banyak teman baik yang aku punya. Kopi darat dengan teman ‘maya’ pun sering aku jalani. Tak ketinggalan, proyek menjodohkan teman yang kukenal dari MIRC (chat room). Keduanya tinggal di Bogor namun bertemu di sebuah forum maya. Akhirnya mereka bertemu di sebuah masjid. Setelah taaruf ternyata keduanya mantap. Si akhwat meneleponku dengan nada riang gembira. Beberapa bulan kemudian mereka bersanding ke pelaminan. Pernikahan digelar di Tangerang. Karena dia teman istimewa, aku bersusah payah menyaksikan dan menghadiri hari H mereka. Dia lah teman setia yang menemaniku saat aku wawancara visa. Bersama bayi mungilnya. Dia yang selalu mengirim foto dan membagi kabar bahagia kelahiran kedua puterinya. Sayangnya, Allah telah memanggilnya. Setelah beberapa bulan sakit mendera. Lama aku tak mendengar suaranya namun hati ini masih tertambat dan ingat akan semua kebaikannya. Allah Yarhamuha
.
Kisah lain adalah ketika aku bertemu teman yang kukenal melalui blog ameeratuljannah.blogspot.com. Dia tinggal di Jakarta. Sempat sempatnya nyamperin aku ke bandara Soekarno Hatta. Meski hanya sekejap saja. Kebetulan aku hanya transit beberapa jam sebelum tolak ke Surabaya. Berhubung aku harus antri di pintu imigrasi, kami hanya bisa sejenak saja bercengkrama. Kami menjadi sangat dekat. Si dia menghadapi krisis besar. Aku membersamainya seolah Allah memang mempertemukan kami dengan maksud untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Kini dia telah menikah dan bahagia bersama putera puterinya.
.
Kesan berharga lainnya adalah saat aku dan suami liburan ke Turki tahun 2008. Aku kenal si akhwat dari multiply. Dia menikah dengan pria Turki. Akhirnya kami bertemu di sebuah restoran di Izmir. Masyaa Allah. Seolah aku menemukan adik baru di sela-sela liburan. Dan yang tak terduga adalah ketika Haji di tahun yang sama, 2008. Aku di pertemukan oleh Allah dengan seorang mahasiswa kedokteran dari Sulawesi. Kami bertemu di depan Ka’bah setelah sekian lama merajut pertemanan lewat media Friendster. Sungguh tak terduga! Namun itulah skenario yang Indah. Belum lagi teman-teman dari Mutiara Ummat yang sudah seperti saudara.
.
Mungkin ada banyak orang diluar sana yang meragukan akan keseriusan teman dari dunia maya. Wajar jika belum pernah membuktikannya. Tergantung juga kerumunan teman yang pernah kita temukan. Jika kita lebih sering terbentur dengan kaum narsistik, tentu akan ada trauma.
.
Siapa itu kaum narsistik (narcissist) Sebelumnya perlu dibedakan antara kecenderungan narsisistik dan (penyakit) Narcissistic Personality Disorder (NPD). Berdasar pada American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi Kelima (DSM-5), NPD didefinisikan sebagai kelainan yang melingkupi rasa ‘hebat dan istimewa’ entah dalam persepsi maupun perilaku. Kebutuhan untuk selalu dikagumi. Selalu mencari dan membutuhkan empati. NPD adalah gangguan kepribadian orang dewasa dan seseorang harus memiliki lima dari sembilan sifat ini.
.
.
* Merasa menjadi orang yang paling penting sedunia. Walhasil setiap pembicaraan harus tentangnya. Apapun yang kelur dari mulutnya nampak hebat dan luar biasa. Harus menjadi buah bibir. Dia bangga jika orang mendiskusikannya.
.
.
* Benaknya dipenuhi fantasi tentang atas kehebatan dia dari sisi kecantikan, penampilan, kecerdasan, kekuatan, dan sebagainya.
.
.
* Keyakinan bahwa dirinya SPESIAL dan hanya bisa nyambung dengan kaum dan golongan tertentu yang spesial pula. Dia hanya mau diasosiasikan dengan orang-orang penting dan orang-orang hebat lainnya.
.
.
* Kebutuhan untuk selalu ingin dipuji-puji di hadapan orang banyak. Wajar kalau Islam mengatur urusan memuji teman di hadapan mereka.
.
.
* Perasaan bahwa mereka berhak atas segalanya. Berhak di perlakukan istimewa. Berhak dihormati. Berhak dipuja. A sense of entitlement
.
.
* Seringnya mengeksploitasi kebaikan teman. Karena dia merasa berhak, walhasil mereka merasa harus diutamakan oleh teman temannya. Masalah yang dia hadapi harus menjadi prioritas utama orang-orang disekitarnya.
.
.
* Kurang empati. Ironis memang! Saat dia kesulitan seluruh dunia harus ikut pusing memikirkan penyelesaiannya namun saat orang lain kesusahan, dia tidak bergeming bahkan tidak merasa harus ikut berempati. Karena jik demikian, dia tidak lagi pusat perhatian.
.
.
* Iri dengan keberhasilan orang. Atau merasa bahwa orang begitu iri dengan pencapaian dia. Padahal yang dia cari biasa-biasa saja. Baper deh nih orang!
.
.
* Sering menunjukkan sikap sombong. Paling segala galanya di seluruh dunia.
.
.
Sebel kan membaca ciri-cirinya? Sekarang ini contoh sederhana. Misal, kita punya hajat. Maka si narsistik akan selau berusaha mencuri perhatian. Perkara acara ini bukan hajatan dia. Tak masalah!
Dia harus menjadi pusat perhatian. Menjadi titik pembahasan. Menjadi bahan perbincangan. Karena dunia memang harus berputar di bawah kakinya
.
Yang menarik, orang narsistik memang banyak menarik perhatian. Kenapa? Karena mereka cenderung menyebar karisma. Karisma yang sudah di poles bertahun tahun lamanya. Walhasil orang melihatnya sebagai sebuah pesona kepercayaan diri. Padahal sebenarnya sebuah INSECURITY. Mereka sebenarnya tidak percaya diri. Justru apa yang mereka lalukan adalah untuk menutupi ketidak-PD-annya. Dia tidak suka dengan yang biasa-biasa saja. Karenanya bisanya mereka bertingkah ‘nyleneh’ demi kelihatan berbeda. Lagi-lagi semua dia lakukan demi ‘image’ yang ingin dia jaga.
.
Pernah bertemu dengan model orang yang demikian?
.
Tenggelamkan ke laut saja 😃. Kalau nggak bisa, ya dijauhi saja. Merekalah bintang-bintang KW alias palsu. Bersembunyi di balik pesona palsu.
So...waspada sembari berdoa kepada Allah ﷻ supaya dijauhkan dari manusia yang SOK istimewa. Mohonlah juga supaya Allah ﷻ HANYA menghadirkan bintang-bintang yang akan membawa pijar dalam kehidupan kita.
.
London,29 Januari 2020
.
#OPEy2020bersamaRevowriter
#Revowriter
#KompakNulis
#GeMesDa
#OnePostEveryday
#MutiaraUmmat
#goresanyumna
Comments