#motivasi_part6
.
Nikmati Saja Prosesnya!
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member Revowriter London)
.
Alhamdulillah, dinobatkan kembali sebagai terglowing pertama di Babak Ke-2 OPEy Revowriter 2020 oleh Bu Rut Sri Wahyuningsih sebagai ketua. Duh rasanya seperti dapat tiket gratis pulang ke Indonesia. Belum pernah sih ada yang begitu dermawan ngasih tiket gratis kecuali misua. Tapi bayangkan saja deh gembiranya. Seperti itulah ‘mekroknya’ hatiku mendengar pengumuman semalam.
.
Siapa sih yang tidak senang jika kita ikut perlombaan, lalu kita dinobatkan sebagai pemenang? Sangat tidak wajar jika malah kecewa atau biasa-biasa saja. Emosi yang seharusnya muncul: bahagia. OPEy memang bukan ajang lomba. Tapi disepakati akan dipilih tulisan yang paling glowing alias bercahaya. Tahun ini adalah kali pertama aku mencoba. Menulis 30 hari tanpa jeda. Niat awalku hanya ingin menempa diri. Membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku bisa. Memaksa diri untuk terus berusaha. Karena aku tipe orang yang gampang sekali bosan. Mungkin efek dari dunia yang mengajari instan. Jadi menekuni satu hal dalam jangka waktu lama adalah sebuah kesulitan.
.
Tapi sungguh ajaib! Sekarang menulis justru menjadi sebuah kebutuhan. Ada yang kurang jika tidak menulis. Ada yang ‘nggrundel’ di pikiran jika tidak dituangkan dalam tulisan. Ide bertebaran layaknya laron di musim hujan. Aku tangkap kemudian aku renungkan. Bagaimana ide ini bisa menjadi sebuah pelajaran. Bagi diriku dan bagi para pembaca yang Budiman.
.
Dalam proses nge-OPEy inipun kadang ada rasa cemburu. Pada teman-teman yang mampu menulis opini. Menantang ide-ide bobrok tanpa ragu. Tapi ibarat sebuah rumah. Ada tembok, pintu dan jendela. Masing-masing punya fungsinya. Ciri khas dan kapasitas. Ketika bersama dalam sebuah bangunan akan mampu membentuk rumah yang indah dan fungsional.
.
Demikian juga tulisan. Topik boleh berbeda. Pilih saja mana yang menjadi passion kita. Tak semua harus menulis opini. Tak semua mampu berpuisi. Pun menulis fiksi yang mengaduk aduk nurani. Ketika semua bacaan baik itu tersedia dan bisa di akses oleh berbagai ragam manusia. Pelan-pelan akan membentuk sebuah kerangka.
Karena ada yang membaca untuk mencari hiburan.
Membaca untuk membuktikan bahwa mereka tidak sendirian menghadapi kesulitan.
Membaca untuk meyakinkan bahwa proses berat yang mereka alami adalah wajar.
Membaca untuk menggugah kembali semangat yang hampir padam.
Membaca untuk melihat bagaimana Allah sudah begitu banyak memberi kenikmatan.
Membaca untuk mengingatkan pada diri sendiri bahwa kita belum seberapa.
Membaca untuk menyadarkan bahwa kita istimewa. Dipilih oleh Allah karena bisa baca tulis. Punya akses internet. Punya gadget. Maka harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Dari sinilah akhirnya kita berani tampil beda. Nikmati saja prosesnya. Dan posisikan diri sebagai salah satu batu bata dalam sebuah bangunan.
.
Ada Sebuah quote yang aku pernah baca, “winning and losing isn’t everything. Sometimes the journey is just as important as the outcome”
.
Menang dan kalah bukanlah segalanya. Kadang perjalanan (proses) itu sama penting dengan hasilnya.
.
Karena sekarang jaman instan. Tak banyak yang mampu bersabar. Pinginnya setiap keberhasilan datang dalam sekejap. Padahal setiap kemenangan ada proses panjang. Menjadi atlet Olimpiade, butuh training harian selama berjam-jam. Menjadi penyanyi beken, butuh latihan vokal berbulan bulan. Menjadi ibu, butuh kesabaran. Menjadi dokter, insinyur dan pekerja profesional, butuh tahunan. Menjadi penghuni surga pun, butuh keistiqomahan dalam kebaikan. Inilah sunnatullah. Tak ada satupun yang instan. Bahkan Indomie instan pun harus di rebus dan nggak langsung dimakan (eh ada juga tapi yang demikian).
.
Jadi yang perlu dilatih justru menikmati proses dan perjalanan.
.
Proses itulah yang menempa kita. Menguji ketangguhan. Yang nanti mampu membuktikan. Terbuat dari apakah kita? karet atau baja? Ibarat sebuah pisau tajam. Ketajaman pisau bergantung pada jumlah tempaan dan panasnya bara api yang membakar. Semakin tinggi suhu, maka semakin mudah ditempa. Semakin banyak tempaan dari pandai besi maka akan semakin tajam. Jadi jangan pernah melihat kesulitan sebagai kekurangan. Justru kesulitan itulah yang menyiapkan kita menjadi tajam. Sehingga bisa menunaikan tugas dan kewajiban yang telah digariskan.
.
Menikmati proses adalah sebuah mindset dan pilihan. Jika kita terus mengeluh tanpa melihat betapa kita telah tumbuh dan berkembang. Maka rasa jemu, tidak PeDe, menyerah akan terus datang. Jika kita melihatnya sebagai bagian dari pengalaman yang berharga. Melihatnya sebagai hal yang istimewa. Diberikan oleh Allah untuk menempa kita. Dan setiap kesulitan hanya sementara. Maka proses menuju sebuah cita-cita tidak akan terasa beratnya.
.
Bukankah perjalanan hidup Rasulullah ï·º pun demikian? Dipenuhi proses yang berliku-liku. Tapi dari proses itulah, kita bisa melihat perbedaan antara pecundang dan pemenang. Sahabat yang setia dan kaum munafik yang berpura pura. Sahabat terdepan dan yang memilih ada di barisan belakang.
.
Tak perlu risau kepada hasil. Karena itu sudah tertulis di Lauhul Makhfufz. Fokus saja pada upaya. Karena itu saja tugas manusia. Mau menikmati atau nggak, toh kita harus melaluinya. Maka sangat disayangkan jika perjalanan panjang hanya di isi dengan keluh kesah tanpa arah.
.
Selamat kepada empat penulis glowing lainnya. Dan lebih selamat lagi kepada para pejuang pena yang terus mencoba. Dan sebisa mungkin menikmati prosesnya.
.
London, 21 Januari 2020
#OPEy2020bersamaRevowriter
#Revowriter
#KompakNulis
#GeMesDa
#OnePostEveryday
#MutiaraUmmat
#goresanyumna
Comments