Skip to main content

Nikmati Saja Prosesnya!

#OPEy2020Day21

#motivasi_part6

.

Nikmati Saja Prosesnya!

.

Oleh: Yumna Umm Nusaybah

(Member Revowriter London)

.

Alhamdulillah, dinobatkan kembali sebagai terglowing pertama di Babak Ke-2 OPEy Revowriter 2020 oleh Bu Rut Sri Wahyuningsih sebagai ketua. Duh rasanya seperti dapat tiket gratis pulang ke Indonesia. Belum pernah sih ada yang begitu dermawan ngasih tiket gratis kecuali misua. Tapi bayangkan saja deh gembiranya. Seperti itulah ‘mekroknya’ hatiku mendengar pengumuman semalam. 

.

Siapa sih yang tidak senang jika kita ikut perlombaan, lalu kita dinobatkan sebagai pemenang? Sangat tidak wajar jika malah kecewa atau biasa-biasa saja. Emosi yang seharusnya muncul: bahagia. OPEy memang bukan ajang lomba. Tapi disepakati akan dipilih tulisan yang paling glowing alias bercahaya. Tahun ini adalah kali pertama aku mencoba. Menulis 30 hari tanpa jeda. Niat awalku hanya ingin menempa diri. Membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku bisa. Memaksa diri untuk terus berusaha. Karena aku tipe orang yang gampang sekali bosan. Mungkin efek dari dunia yang mengajari instan. Jadi menekuni satu hal dalam jangka waktu lama adalah sebuah kesulitan.

.

Tapi sungguh ajaib! Sekarang menulis justru menjadi sebuah kebutuhan. Ada yang kurang jika tidak menulis. Ada yang ‘nggrundel’ di pikiran jika tidak dituangkan dalam tulisan. Ide bertebaran layaknya laron di musim hujan. Aku tangkap kemudian aku renungkan. Bagaimana ide ini bisa menjadi sebuah pelajaran. Bagi diriku dan bagi para pembaca yang Budiman. 

.

Dalam proses nge-OPEy inipun kadang ada rasa cemburu. Pada teman-teman yang mampu menulis opini. Menantang ide-ide bobrok tanpa ragu. Tapi ibarat sebuah rumah. Ada tembok, pintu dan jendela. Masing-masing punya fungsinya. Ciri khas dan kapasitas. Ketika bersama dalam sebuah bangunan akan mampu membentuk rumah yang indah dan fungsional. 

.

Demikian juga tulisan. Topik boleh berbeda. Pilih saja mana yang menjadi passion kita. Tak semua harus menulis opini. Tak semua mampu berpuisi. Pun menulis fiksi yang mengaduk aduk nurani. Ketika semua bacaan baik itu tersedia dan bisa di akses oleh berbagai ragam manusia. Pelan-pelan akan membentuk sebuah kerangka. 

Karena ada yang membaca untuk mencari hiburan. 

Membaca untuk membuktikan bahwa mereka tidak sendirian menghadapi kesulitan. 

Membaca untuk meyakinkan bahwa proses berat yang mereka alami adalah wajar. 

Membaca untuk menggugah kembali semangat yang hampir padam. 

Membaca untuk melihat bagaimana Allah sudah begitu banyak memberi kenikmatan. 

Membaca untuk mengingatkan pada diri sendiri bahwa kita belum seberapa. 

Membaca untuk menyadarkan bahwa kita istimewa. Dipilih oleh Allah karena bisa baca tulis. Punya akses internet. Punya gadget. Maka harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Dari sinilah akhirnya kita berani tampil beda. Nikmati saja prosesnya. Dan posisikan diri sebagai salah satu batu bata dalam sebuah bangunan. 

.

Ada Sebuah quote yang aku pernah baca, “winning and losing isn’t everything. Sometimes the journey is just as important as the outcome”

.

Menang dan kalah bukanlah segalanya. Kadang perjalanan (proses) itu sama penting dengan hasilnya.

.

Karena sekarang jaman instan. Tak banyak yang mampu bersabar. Pinginnya setiap keberhasilan datang dalam sekejap. Padahal setiap kemenangan ada proses panjang. Menjadi atlet Olimpiade, butuh training harian selama berjam-jam. Menjadi penyanyi beken, butuh latihan vokal berbulan bulan. Menjadi ibu, butuh kesabaran. Menjadi dokter, insinyur dan pekerja profesional, butuh tahunan. Menjadi penghuni surga pun, butuh keistiqomahan dalam kebaikan. Inilah sunnatullah. Tak ada satupun yang instan. Bahkan Indomie instan pun harus di rebus dan nggak langsung dimakan (eh ada juga tapi yang demikian). 

.

Jadi yang perlu dilatih justru menikmati proses dan perjalanan.

.

Proses itulah yang menempa kita. Menguji ketangguhan. Yang nanti mampu membuktikan. Terbuat dari apakah kita? karet atau baja? Ibarat sebuah pisau tajam. Ketajaman pisau bergantung pada jumlah tempaan dan panasnya bara api yang membakar. Semakin tinggi suhu, maka semakin mudah ditempa. Semakin banyak tempaan dari pandai besi maka akan semakin tajam. Jadi jangan pernah melihat kesulitan sebagai kekurangan. Justru kesulitan itulah yang menyiapkan kita menjadi tajam. Sehingga bisa menunaikan tugas dan kewajiban yang telah digariskan.

.

Menikmati proses adalah sebuah mindset dan pilihan. Jika kita terus mengeluh tanpa melihat betapa kita telah tumbuh dan berkembang. Maka rasa jemu, tidak PeDe, menyerah akan terus datang. Jika kita melihatnya sebagai bagian dari pengalaman yang berharga. Melihatnya sebagai hal yang istimewa. Diberikan oleh Allah untuk menempa kita. Dan setiap kesulitan hanya sementara. Maka proses menuju sebuah cita-cita tidak akan terasa beratnya. 

.

Bukankah perjalanan hidup Rasulullah ï·º pun demikian? Dipenuhi proses yang berliku-liku. Tapi dari proses itulah, kita bisa melihat perbedaan antara pecundang dan pemenang. Sahabat yang setia dan kaum munafik yang berpura pura. Sahabat terdepan dan yang memilih ada di barisan belakang. 

.

Tak perlu risau kepada hasil. Karena itu sudah tertulis di Lauhul Makhfufz. Fokus saja pada upaya. Karena itu saja tugas manusia. Mau menikmati atau nggak, toh kita harus melaluinya. Maka sangat disayangkan jika perjalanan panjang hanya di isi dengan keluh kesah tanpa arah.

.

Selamat kepada empat penulis glowing lainnya. Dan lebih selamat lagi kepada para pejuang pena yang terus mencoba. Dan sebisa mungkin menikmati prosesnya. 

.

London, 21 Januari 2020


#OPEy2020bersamaRevowriter

#Revowriter

#KompakNulis

#GeMesDa

#OnePostEveryday

#MutiaraUmmat

#goresanyumna

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam