#goresanyumna
.
9 Alasan Kenapa Harus Menulis
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member Revowriter London).
.
Hari ini lima tulisan paling Glowing dari proyek OPEy Revowriter 10 hari pertama sudah dirilis oleh Ibu Ketua Lilik Yani
Alhamdulillah, aku dapat durian runtuh. Tulisan Yumna Umm Nusaybah dengan judul ‘Merajut Benang Rencana’ terpilih sebagai tulisan paling glowing di 10 hari pertama. Berikut ungkapan Bu Ketua:
.
“Mbak satu ini anggota revowriter dari London lho. Keren ya, masyaAllah. Luarbiasa semangatnya. Aku suka.”
“Tulisan berisi tentang sebuah cita-cita atau goal harus ada batas waktu (deadline) untuk mencapainya. Kemudian akan dibuat rencana secara rinci jika goal sudah jelas.”
.
Alhamdulillah ini ketiga kalinya mendapat apresiasi dari Revowriter. Pertama, ketika ikut audisi Hari Ibu. Tulisan feature based menjadi pemenang pertama. Dapat rupiah pula. Aih bahagianya.
.
Apresiasi kedua saat bulan Ramadan. Revowriter menggagas ide menulis 29 hari selama Ramadan. Proyeknya di sebut Senyum Revowriter Di Bulan Ramadan. Dan OpEy ini menjadi apresiasi ketiga.
.
Manusiawi lah jika apresiasi ini semakin mengobarkan semangat. Ketika sebuah tulisan mampu menggugah potensi orang sekitar. Rasanya puas dan senang. Bonus jika bisa menang. Tujuan awal menulis adalah menorehkan apa yang ada di pikiran. Menjadikannya ladang pahala. Beharap menjadi amal jariyah yang terus mengalir meski nyawa tak lagi berjasad.
.
Alasan lain yang sungguh bisa aku rasakan saat menulis diantaranya
.
1. Menulis seperti merapikan pikiran. Benak kita dipenuhi oleh berbagai macam informasi. Andaikan sebuah lemari. Ada baju, kaos,celana, sarung, jilbab, kerudung, kemeja dan lain sebagainya. Dengan mengeluarkan semua isinya. Mau tidak mau kita harus merapikannya jika ingin menaruhnya kembali. Ketika menulis, kita mengeluarkan semua ide yang pernah kita dengar, kita baca, kita fikirkan sendiri dan setelah tertuang dalam tulisan maka saat itulah kita merapikannya kembali. Endingnya, benak kita akan terasa ringan setelah kita menuliskannya. Karena sekarang banyak ‘file’ yang sudah tertata.
.
2. Menulis mengajari kita untuk menggali dan mengidentifikasi emosi mendasar dan paling dalam. Sungguh, dunia kita selalu berputar. Menjadi ibu, istri, anak dan anggota masyarakat kadang membuat hari-hari kita terus bergerak. Sibuk tanpa jeda. Duduk dan menuliskan apa yang kita rasakan membantu mengurai emosi yang ruwet. Membantu kita mengenalinya. Ujungnya kita akan bisa melihat permasalahan dengan jelas tanpa ada bayang-bayang emosi yang menyelimuti.
.
3. Menulis akan membantu melihat perkembangan kita sendiri seiring berjalannya waktu. Sejak 2005 aku menulis di blog. Membaca tulisan lama membawaku kembali ke suasana hati dan pikiran saat menuliskannya. Menakjubkan sekali jika diteliti. Foto memang mengggugah memori tapi tulisan seperti memutar kembali memori lengkap dengan rasa yang menyertainya. Kadang ada rasa geli dengan gaya tulisan kita. Tapi dari situlah kita bisa melihat perkembangan kita.
.
4. Menulis akan melahirkan kepuasan. Karena akhirnya kita bisa menyampaikan apa yang kita fikirkan. Setelah menyaring, menyusun, menata dan melihatnya dari sudut pandang yang kita inginkan. Kemudian menyebarkannya dan bermanfaat untuk orang.
.
5. Terkadang menulis membuat kita menjelajahi wilayah yang tak pernah terjamah. Mengarungi pemikiran yang belum pernah kita asah. Bahkan kadang menemukan sebuah sudut pandang yang belum pernah terpikirkan. Bisa jadi kita membaca, mendengar kisah dan berita yang sama. Tapi ternyata memiliki efek berbeda bagi para pembaca. Kenapa? Karena ada bias dari sang pembaca sekaligus penulisnya. Perbedaan pengalaman hidup, pengetahuan, dan persepsi. Semuanya berperan dalam menentukan sebuah sudut pandang. Meski ideologi sama. Hasil tulisan bisa jadi menyentuh orang dengan cara berbeda. Seperti kata cikgu “setiap tulisan akan selalu ada jodohnya”
.
6. Menulis mendorong penulisnya untuk bertindak. Ketika kita menuliskan harapan. Kenangan. Motivasi. Maka itu sebenarnya memberi manfaat kepada penulisnya sendiri. Karena itu awal dari sebuah aksi.
.
7. Menulis seperti meletakkan sebuah beban. Ibarat sebuah kotak. Ketika isi dari kotak kita keluarkan maka akan ada ruang untuk meletakkan benda lain di dalamnya. Ketika benak yang penuh dengan beban pikiran, ide, luapan emosi, kemudian kita tuliskan maka ruang pikiran itu akan kembali kosong. Kemudian bisa kita isi kembali dengan hal baru yang menambah wawasan dan meningkatkan level berfikir kita. Dari semula hanya mengindera akhirnya bisa menganalisa.
.
8. Dengan menulis kita bisa menceritakan kisah kita. Tanpa editor. Langsung dari sumbernya. Setiap kita pasti punya cerita. Sedih, senang, menakjubkan sekaligus mengerikan. Semua akan bisa menginspirasi orang. Kuncinya: tuliskan!
.
9. Menulis akan menjadi bagian dari kita jika terbiasa. Sisihkan waktu sedikit saja. Lama kelamaan menulis akan menjadi kebutuhan. Kalaulah terupload di sosial media. Siap siap saja dengan penilaian orang. Namun ingat, setiap orang berhak menilai dengan cara mereka. Tak perlu patah semangat jika tidak banyak yang suka. Karena jika satu orang saja mendapatkan manfaat. Maka sudah dua orang mendapatkan kebaikan darinya, satu pembaca dan penulisnya.
.
Ingin merasakan hal yang sama? Silahkan mencoba! Jangan lupa belajar juga kepada ahlinya (kedipin cikgu Asri Supatmiati dan bergabung dengan komunitas online para penulis yang karyanya sering tembus media. Revowriter namanya.🙂
.
London, 11 Januari 2020
.
#OPEy2020bersamaRevowriter
#Revowriter
#KompakNulis
#KisahDariInggris
#GeMesDa
#OnePostEveryday
#MutiaraUmmat
Comments