Skip to main content

9 Alasan Kenapa Harus Menulis

#OPEy2020Day11

#goresanyumna

.

9 Alasan Kenapa Harus Menulis

.

Oleh: Yumna Umm Nusaybah

(Member Revowriter London).

.

Hari ini lima tulisan paling Glowing dari proyek OPEy Revowriter 10 hari pertama sudah dirilis oleh Ibu Ketua Lilik Yani


Alhamdulillah, aku dapat durian runtuh. Tulisan Yumna Umm Nusaybah dengan judul ‘Merajut Benang Rencana’ terpilih sebagai tulisan paling glowing di 10 hari pertama. Berikut ungkapan Bu Ketua:

.

“Mbak satu ini anggota revowriter dari London lho. Keren ya, masyaAllah. Luarbiasa semangatnya. Aku suka.”


“Tulisan berisi tentang sebuah cita-cita atau goal harus ada batas waktu (deadline) untuk mencapainya. Kemudian akan dibuat rencana secara rinci jika goal sudah jelas.”

.

Alhamdulillah ini ketiga kalinya mendapat apresiasi dari Revowriter. Pertama, ketika ikut audisi Hari Ibu. Tulisan feature based menjadi pemenang pertama. Dapat rupiah pula. Aih bahagianya. 

.

Apresiasi kedua saat bulan Ramadan. Revowriter menggagas ide menulis 29 hari selama Ramadan. Proyeknya di sebut Senyum Revowriter Di Bulan Ramadan. Dan OpEy ini menjadi apresiasi ketiga. 

.

Manusiawi lah jika apresiasi ini semakin mengobarkan semangat. Ketika sebuah tulisan mampu menggugah potensi orang sekitar. Rasanya puas dan senang. Bonus jika bisa menang. Tujuan awal menulis adalah menorehkan apa yang ada di pikiran. Menjadikannya ladang pahala. Beharap menjadi amal jariyah yang terus mengalir meski nyawa tak lagi berjasad. 

.

Alasan lain yang sungguh bisa aku rasakan saat menulis diantaranya 

.

1. Menulis seperti merapikan pikiran. Benak kita dipenuhi oleh berbagai macam informasi. Andaikan sebuah lemari. Ada baju, kaos,celana, sarung, jilbab, kerudung, kemeja dan lain sebagainya. Dengan mengeluarkan semua isinya. Mau tidak mau kita harus merapikannya jika ingin menaruhnya kembali. Ketika menulis, kita mengeluarkan semua ide yang pernah kita dengar, kita baca, kita fikirkan sendiri dan setelah tertuang dalam tulisan maka saat itulah kita merapikannya kembali. Endingnya, benak kita akan terasa ringan setelah kita menuliskannya. Karena sekarang banyak ‘file’ yang sudah tertata.

.

2. Menulis mengajari kita untuk menggali dan mengidentifikasi emosi mendasar dan paling dalam. Sungguh, dunia kita selalu berputar. Menjadi ibu, istri, anak dan anggota masyarakat kadang membuat hari-hari kita terus bergerak. Sibuk tanpa jeda. Duduk dan menuliskan apa yang kita rasakan membantu mengurai emosi yang ruwet. Membantu kita mengenalinya. Ujungnya kita akan bisa melihat permasalahan dengan jelas tanpa ada bayang-bayang emosi yang menyelimuti. 

.

3. Menulis akan membantu melihat perkembangan kita sendiri seiring berjalannya waktu. Sejak 2005 aku menulis di blog. Membaca tulisan lama membawaku kembali ke suasana hati dan pikiran saat menuliskannya. Menakjubkan sekali jika diteliti. Foto memang mengggugah memori tapi tulisan seperti memutar kembali memori lengkap dengan rasa yang menyertainya. Kadang ada rasa geli dengan gaya tulisan kita. Tapi dari situlah kita bisa melihat perkembangan kita. 

.

4. Menulis akan melahirkan kepuasan. Karena akhirnya kita bisa menyampaikan apa yang kita fikirkan. Setelah menyaring, menyusun, menata dan melihatnya dari sudut pandang yang kita inginkan. Kemudian menyebarkannya dan bermanfaat untuk orang.

.

5. Terkadang menulis membuat kita menjelajahi wilayah yang tak pernah terjamah. Mengarungi pemikiran yang belum pernah kita asah. Bahkan kadang menemukan sebuah sudut pandang yang belum pernah terpikirkan. Bisa jadi kita membaca, mendengar kisah dan berita yang sama. Tapi ternyata memiliki efek berbeda bagi para pembaca. Kenapa? Karena ada bias dari sang pembaca sekaligus penulisnya. Perbedaan pengalaman hidup, pengetahuan, dan persepsi. Semuanya berperan dalam menentukan sebuah sudut pandang. Meski ideologi sama. Hasil tulisan bisa jadi menyentuh orang dengan cara berbeda. Seperti kata cikgu “setiap tulisan akan selalu ada jodohnya”

.

6. Menulis mendorong penulisnya untuk bertindak. Ketika kita menuliskan harapan. Kenangan. Motivasi. Maka itu sebenarnya memberi manfaat kepada penulisnya sendiri. Karena itu awal dari sebuah aksi. 

.

7. Menulis seperti meletakkan sebuah beban. Ibarat sebuah kotak. Ketika isi dari kotak kita keluarkan maka akan ada ruang untuk meletakkan benda lain di dalamnya. Ketika benak yang penuh dengan beban pikiran, ide, luapan emosi, kemudian kita tuliskan maka ruang pikiran itu akan kembali kosong. Kemudian bisa kita isi kembali dengan hal baru yang menambah wawasan dan meningkatkan level berfikir kita. Dari semula hanya mengindera akhirnya bisa menganalisa.

.

8. Dengan menulis kita bisa menceritakan kisah kita. Tanpa editor. Langsung dari sumbernya. Setiap kita pasti punya cerita. Sedih, senang, menakjubkan sekaligus mengerikan. Semua akan bisa menginspirasi orang. Kuncinya: tuliskan!

.

9. Menulis akan menjadi bagian dari kita jika terbiasa. Sisihkan waktu sedikit saja. Lama kelamaan menulis akan menjadi kebutuhan. Kalaulah terupload di sosial media. Siap siap saja dengan penilaian orang. Namun ingat, setiap orang berhak menilai dengan cara mereka. Tak perlu patah semangat jika tidak banyak yang suka. Karena jika satu orang saja mendapatkan manfaat. Maka sudah dua orang mendapatkan kebaikan darinya, satu pembaca dan penulisnya.

.

Ingin merasakan hal yang sama? Silahkan mencoba! Jangan lupa belajar juga kepada ahlinya (kedipin cikgu Asri Supatmiati dan bergabung dengan komunitas online para penulis yang karyanya sering tembus media. Revowriter namanya.🙂

.

London, 11 Januari 2020

.

#OPEy2020bersamaRevowriter

#Revowriter

#KompakNulis

#KisahDariInggris

#GeMesDa

#OnePostEveryday

#MutiaraUmmat

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam