#Motivasi_Part2
.
Merajut Benang Rencana
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member Revowriter London)
.
Merajut dan menguntai mimpi? sudah! Selanjutnya? Membuat rincian rencana.
Karena mimpi tanpa rencana hanya menjadi angan-angan belaka.
.
Membuat rencana ini pun harus disertai dengan batasan waktu kapan akan meraihnya atau bahasa kerennya ‘deadline’.
Sebuah pepatah mengatakan, “A goal is a dream with a deadline.” Artinya, cita-cita adalah mimpi yang memiliki batas waktu. Gantunglah cita-cita dengan rencana sekaligus batas waktu pencapaiannya.
.
Rencana akan bisa dibuat dengan rinci jika goal/tujuan/cita-cita itu sudah jelas di benak kita. Misal, kita siap siap keluar rumah dengan memakai kerudung, jilbab dan sepatu. Lalu orang di rumah bertanya “mau kemana?”. Kita jawab, “Mau keluar”. “Keluar kemana?”. “Nggak tahu pokoknya keluar”. Ya pasti orang rumah khawatir. Jangan-jangan kita lagi suntuk dan ingin melarikan diri. Atau kita lagi bingung. Contoh kecil ini sudah menunjukkan bahwa tujuan itu harus jelas. Saya mau keluar, ke pasar, membeli jeruk, karena lagi butuh vitamin C, budget limapuluh ribu, berangkat dan pulang jalan kaki.
.
Nah! ini juga membuktikan bahwa setiap orang sebenarnya sudah pernah bahkan sering dan selalu berencana. Merincinya sekaligus mengeksekusinya. Mungkin detail perencanaannya saja yang berbeda. Atau mimpinya saja yang tak sama. Tapi yakinlah, berencana dan mengeksekusi adalah keahlian yang ada dalam setiap orang. Sebagian orang terasah dan tajam. Sebagian masih tumpul dan perlu banyak pengulangan.
.
Goal/tujuan/cita-cita pun banyak versinya.
.
1. Jangka panjang (5-10 tahun ke depan)
2. Jangka menengah (1-5 tahun ke depan)
3. Jangka pendek (harian-bulanan)
.
Misalkan kita punya cita-cita besar dalam waktu 10 tahun saya ingin hafal seluruh Al Quran. Ini satu goal saja. Tentunya dalam waktu 10 tahun ada banyak cita-cita. Apalagi bagi ibu-ibu seperti saya yang anak-anaknya bakal tumbuh dewasa. Kita harus membantu menyiapkan cita-cita anak-anak, dan goal bersama pasangan juga.
.
Sebagai studi kasus, kita ambil hafalan Quran sebagai rencana jangka panjang. Nah, rencana jangka menengahnya: selama setahun kedepan saya akan menguasai ilmu tajwid sampai bagus. Mengumpulkan segala informasi tentang bagaimana tehnik yang tepat untuk menghafal. Mempertahankan hafalan. Waktu terbaik untuk menghafal. Sekaligus mencari inspirasi dari para hafid/ah.
Rencana jangka pendeknya adalah dengan mulai menghafal. Mulailah menyusun rencana harian, mingguan, bulanan.
.
Ketika kita menyusun rencana, susunlah dari tujuan akhir. Tujuan akhir: hafal 30 juz. Ada kurang lebih 6236 ayat. Diharapkan selesai dalam waktu 10 tahun. Jika setahun berisi 365 hari maka 10 tahun setara dengan 3650 hari. Jika 6236 dibagi 3650 maka hasilnya 1.7. Artinya jika ingin selesai dalam 10 tahun, harus disiplin menghafal 2 ayat (minimal) per hari selama 10 tahun.
.
Sekarang, dalam rentang 10 tahun pasti akan banyak kejadian yang memungkinkan tidak bisa menghafal. Karenanya bisa kita rencanakan 20 ayat perminggu sekiranya ada hal yang membuat kita tidak bisa menghafal harian. Yang penting ini masuk dalam rencana dan hitungan.
.
Seorang teman pernah mengajarkan, “Yumna, when you create a plan make sure you use SMART principle.
.
* Specific (jelas)
* Measurable (bisa diukur)
* Achievable (memungkinkan untuk diraih)
* Relevant (harus bernilai bagi diri kita)
* Time bound (punya tenggang waktu)
.
Spesifik bisa di wujudkan dengan menghafal 2 ayat per hari. Berlari mengelilingi rumah selama 30 menit per hari setelah anak berangkat sekolah. Menulis 10 menit sebelum berangkat tidur.
.
Measurable diartikan bahwa langkah yang kita ambil harus bisa diukur. Jika kita bisa melihat perkembangan proses tadi maka semangat akan makin membara. Kita ingin menurunkan berat badan. Mengurangi intake kalori. Mengatur jadwal makan dan porsinya. Dalam seminggu bisa turun 0.3 kg, maka pasti akan bahagia. semangat makin menggelora.
.
Achievable. Buatlah rencana yang memungkinkan untuk dilakukan. Jangan terlalu mengada-ada. Jangan pula terlalu idealis. Bisa bisa kita justru putus asa sebelum sampai tujuan. Namun rencana itu perlu memberi kita tantangan. Memang akan terasa sulit. Tapi di situlah kita bisa melatih ketahanan diri (resilience). Ketika merencanakan pun harus dipertimbangkan kesibukan kita lainnya. Kemungkinan bepergian, berkunjung ke handai tolan, tambahan amanah, dan lain sebagainya.
.
Relevant. Sebisa mungkin rencana itu adalah hal yang kita inginkan. Bukan keinginan orang lain. Bukan pula karena ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa kita mampu. Apalagi karena iri dan ingin menyaingi dan menyamai si dia. Jadikan tujuan itu sebagai sarana menjadikan diri kita lebih baik. Rencana tadi harus berhubungan dengan aspirasi kita di masa depan.
.
Time bound. Harus ada batas waktu kapan rincian rencana itu harus selesai di eksekusi. Walau kadang harus ‘last minute’ namun jika setiap rencana masih masuk batas waktu, tak jadi masalah.
.
Mungkin terlihat ribet bin mbulet tapi inilah usaha yang masuk ranah kita. Hasil di tangan Allah subhanahu Wata’ala. Demikian Rasulullah Muhammad ﷺ mengajarkan kita. Selalu membuat rencana detail dengan target jelas. Coba kita tengok proses perjalanan hijrah Rasulullah ﷺ bersama Abu Bakr As-Siddiq RA.
.
Imam Bukhâri dan ath-Thabari meriwayatkan hadits dari Ibnu Ishâq, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan izin untuk hijrah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke rumah Abu Bakar dengan mengenakan kain penutup wajah. Kedatangannya bukan pada waktu yang biasanya untuk berkunjung. Abu Bakar mengetahui, kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tak lazim ini mengisyaratkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dengan membawa masalah yang sangat penting.
Setelah mendapatkan izin masuk, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun masuk dan meminta kepada semua yang ada di rumah selain Abu Bakar Radhiyallahu anhu untuk keluar supaya mereka tidak mengetahui pembicaraan yang hendak disampaikan kepada Abu Bakar.
.
Abu Bakar Radhiyallahu anhu pun memberitahukan, bahwa semua yang hadir adalah keluarganya sendiri. Setelah itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan, bahwa Allah telah memberikan izin kepadanya untuk berhijrah sembari meminta Abu Bakar Radhiyallahu anhu menemaninya.
.
Dengan permintaan ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan isyarat yang telah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikan sebelumnya, yaitu ketika Abu Bakar hendak berangkat hijrah, namun ditahan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Abu Bakar pun menawarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memilih salah satu di antara dua kendaraan yang disukainya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersedia memilih, namun tetap dengan membayarnya.
.
Dalam pertemuan itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu anhu membahas rencana hijrah dan caranya keluar dari tipu daya kaum kafir Quraisy ini. Di antara rencana-rencana itu yang disebutkan dalam riwayat Imam Bukhâri dan Ibnu ishâq ialah:
.
1. Mereka akan keluar menuju gua Tsûr di sebelah barat daya Makkah pada malam hari. Ini untuk mengelabui kaum kafir, karena perhatian mereka dalam mencari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan tertuju ke arah utara Makkah, yaitu arah menuju Madinah.
.
2. Mereka akan tinggal di gua Tsûr selama tiga hari, sehingga usaha pencaharian mulai surut.
.
3. Mereka menyewa seorang penunjuk jalan yang mengerti perjalanan di padang pasir, yaitu ‘Abdullah bin Urqud, seorang musyrik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar merahasiakan permasalahan mereka kepada si penunjuk jalan ini.
.
4. Asma` menyediakan bekal untuk mereka berdua. Ikat pinggang miliknya ia potong untuk mengikat bekal. Sehingga ia dikenal dengan sebutan Dzatun-Nithâq atau Dzatun-Nithâqain.
.
5. Abu Bakar menyuruh anaknya, ‘Abdullah untuk menyadap informasi permbicaraan masyarakat Makkah tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu anhu , lalu menyampaikan berita tersebut kepada mereka di gua Tsûr pada malam hari.
.
6. Abu Bakar menyuruh budaknya yang bernama ‘Âmir bin Fuhairah untuk menggembalakan kambingnya di siang hari dan menggiringnya untuk di istirahat di gua Tsûr saat sore hari, supaya mereka bisa memanfaatkan susu dan dagingnya.
.
7. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu dan memintanya untuk mengembalikan barang-barang titipan penduduk Makkah, karena banyak penduduk Makkah yang menitipkan barang-barang berharga mereka kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga meminta Ali Radhiyallahu anhu tidur di tempat tidurnya.
.
8. Abu Bakar meminta budaknya ‘Âmir bin Fuhairah menemaninya dalam hijrah untuk membantu mereka.
Demikianlah beberapa peristiwa yang mengawali hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Abu Bakar z ke Madinah. (almanhaj.or.id)
.
Semoga bermanfaat
London, 3 Januari 2020
#OPEy2020bersamaRevowriter
#Revowriter
#KompakNulis
#KisahDariInggris
#Islam
#GeMesDa
#OnePostEveryday
#MutiaraUmmat
Comments