#goresanyumna
.
Keistimewaan Sebuah Adab
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member Revowriter London)
.
Sister yang mengirim SMS dibawah adalah seorang ibu dari sekolahnya anak-anak yang lahir dan besar di Inggris bagian utara. Karena dia menikah, akhirnya dia harus pindah ke London. Setelah sekian tahun hidup di London, dia belum juga memiliki teman dekat. Teman yang dia harapkan bisa membantunya makin dekat dengan Allah ﷻ
.
Sejak kajian dwi mingguan di adakan di sekolah, dia salah satu peserta yang paling semangat ماشاء الله.
Semoga Allah ﷻ menjaga semangat itu.
.
Bukan tidak tertarik, sudah sejak lama dia ingin menghadiri majlis ilmu namun yang sering menjadi kendala adalah waktu yang tidak cocok, kesibukan karena kerja, tempat yang jauh, dan lain sebagainya. Namun ada satu alasan yang menggelitik hatiku, dia sampaikan bahwa salah satu yang membuat dia tidak ‘sreg’ datang ke pengajian adalah karena kesan eksklusif dari penyelenggara dan para audiens yang menghadirinya. Atmosfer Islam yang seharusnya memberi kehangatan tidak dia dapatkan. Justru para audiens yang sudah lama datang ber-haha hihi sendiri tanpa memperhatikan peserta baru. Hal sudah pernah aku dengar sebelumnya.
.
Di akui atau tidak, hal ini sering menjadi penghalang seseorang untuk mendatangi majlis ilmu. Orang yang ingin belajar Islam malah terhalangi karena kesan dingin, tidak ramah. Pandangan judgemental (menghakimi). Bahkan sikap cuek bebek dari peserta! Bukankah sangat di sayangkan jika mereka menjauhi majlis ilmu dan tidak lagi tertarik Islam karena perilaku pengembannya? Sebaliknya, seseorang yang mengaku membawa nama Islam seharusnya menjadi contoh akhlak mulia. Kehangatan pribadinya, lemah lembut tutur katanya, tegas namun bijak dalam bersikap, Islam terpancar dari cara mereka dealing dengan orang di sekitarnya.
.
Mudah sekali untuk berkoar koar layaknya singa podium. menyuarakan Islam dengan lantang namun saat isterinya ditanya apakah dia suami seperti yang orang bayangkan? Jauh dari kebenaran.
.
Atau isteri yang mengasuh banyak majlis taklim, namun dalam keseharian dirumah tidak menampakkan aura Islam.
.
Ada sebuah nasehat dari teman, jika ingin tahu tabiat seseorang, bertanyalah kepada isteri/suami dan anak-anaknya. Karena merekalah cermin yang sebenarnya. Bagaimana karakter mereka yang sesungguhnya.
.
Ada sebuah kisah menarik dari perjalanan hidup Rasulullah ﷺ. Meski beliau rasul, kepala negara, guru sekaligus sahabat bagi para pengikutnya, beliau tidak pernah memandang orang sebelah mata. Coba tengok ungkapan seorang sahabat
Amru Bin Al-Ash. Setiap beliau lewat atau berkhotbah, Amru Bin Ash selalu merasa istimewa. Tatapan beliau seolah mengindikasikan bahwa Amru Bin Ash adalah sahabat paling beliau cinta. Meski pada kenyataannya, saat Amru Bin Ash bertanya langsung kepada Rasulullah ﷺ, jawabannya justru berbeda.
.
Amru bin Ash bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling anda cintai?”
Rasul menjawab: “Aisyah”.
“Maksud saya ialah dari kalangan laki-laki?”.
Beliau menjawab: “Bapaknya (Abu Bakar)”.
“Kemudian siapa?”
“Umar bin Khattab”. Lalu beliau menyebutkan beberapa nama yang ia cintai.(Hr. Bukhari dan Muslim).
.
Meski jawabannya bukan seperti yang beliau dengar namun kenyataan bahwa Amru bin Ash merasa spesial sebelum beliau memberikan jawaban, cukup membuktikan kepada kita betapa Rasulullah selalu memberikan tatapan Istimewa kepada sahabatnya ﷺ.
.
Sungguh, inilah adab yang seharusnya kita miliki. Tidak memandang sebelah mata. Memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara. Membuat mereka merasa terhomat. Merasa dihargai jika kita bersamanya.
.
Betapa banyak kisah dimana non muslim mulai tertarik belajar Islam karena adab yang ditampakkan oleh seorang muslim.
.
Satu kisah dari seorang sahabat Rasulullah ﷺ bernama Abu Dujanah. Setiap usai menjalankan ibadah salat berjamaah shubuh bersama Nabi, Abu Dujanah selalu terburu-buru pulang tanpa menunggu pembacaan doa oleh Nabi Muhammad ﷺ ketika selesai salat. Suatu Ketika, Nabi mencoba meminta klarifikasi pada Abu Dujanah ketika bertemu dengannya.
.
“Hai, apakah kamu ini tidak punya permintaan yang perlu kamu sampaikan pada Allah sehingga kamu tidak pernah menungguku selesai berdoa. Kenapa kamu buru-buru pulang begitu? Ada apa?” tanya Nabi Muhammad kepada Abu Dujanah.
.
Abu Dujanah pun menjawab, “Ehmm Rasulullah, saya punya satu alasan.
.
“Apa alasanmu? Coba kamu utarakan!” Lanjut Nabi Muhammad SAW.
.
“Begini,” kata Abu Dujanah sambil memulai menceritakan alasannya. “Rumah kami berdampingan persis dengan rumah seorang laki-laki. Nah, di atas pekarangan rumah milik tetangga kami ini, terdapat satu pohon kurma menjulang, dahannya menjuntai ke rumah kami. Setiap kali ada angin bertiup di malam hari, kurma-kurma tetanggaku tersebut saling berjatuhan, mendarat di rumah kami.”
.
“Ya Rasul, kami keluarga orang yang tak berpunya. Anak-anakku sering kelaparan, kurang makan. Saya takut saat anak-anak kami bangun, apa pun yang didapat, mereka makan. Oleh karena itu, setelah selesai shalat, Saya bergegas segera pulang sebelum anak-anak terbangun dari tidurnya dan memakannya. Kami kumpulkan kurma-kurma yang berceceran di rumah, lalu kami kembalikan kepada pemiliknya.
:
Satu saat, kami pernah agak terlambat pulang. saya menemukan anakku yang sudah terlanjur makan kurma hasil temuannya. Mata kepala saya sendiri menyaksikan, tampak ia sedang mengunyah kurma basah di dalam mulutnya yang ia pungut di bawah tanah tepat di rumah kami.”
.
Mengetahui itu, Abu Dujanah pun memasukan jari-jari tangannya ke mulut anaknya itu. dia keluarkan apa pun yang ada di mulut anaknya. Abu Dujanah mengatakan pada anaknya, "Nak, janganlah kau permalukan ayahmu ini di akhirat kelak." Anakku lalu menangis, kedua pasang kelopak matanya mengalirkan air karena sangat kelaparan.
.
Dia katakan kembali kepada anaknya itu, ‘Hingga nyawamu lepas pun, aku tidak akan rela meninggalkan harta haram dalam perutmu. Seluruh isi perut yang haram itu, akan aku keluarkan dan akan aku kembalikan bersama kurma-kurma yang lain kepada pemiliknya yang berhak.” (Muslim.okezone.com)
.
Dalam sebuah riwayat, disampaikan Abu Bakr RA akhirnya membeli pohon kurma itu untuk Abu Dujanah. Sehingga anak-anak Abu Dujanah bisa menikmatinya. Dan sang pemilik buah kurma terkesima dengan adab dan ketakwaan Abu Dujanah hingga akhirnya memilih Islam.
.
Semoga Allah ﷻ memberi kita kemudahan untuk selalu menjadi pejuang Islam disertai adab yang menakjubkan.
Amin
.
London, 12 Januari 2020
.
#OPEy2020bersamaRevowriter
#Revowriter
#KompakNulis
#KisahDariInggris
#GeMesDa
#OnePostEveryday
#MutiaraUmmat
Comments