.
Ramadan dan Mudik Lebaran
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member of Revowriter London)
.
Lebaran tak lama lagi. Biasanya beranda sosial media sudah dipenuhi foto perjalanan mudik teman semua. Lebaran tahun ini istimewa. Tak seperti biasa. Banyak terungkap kesedihan para sahabat karena tak bisa berkumpul sanak saudara. Tak bisa mengunjungi orang tua tercinta. Ortu di desa lebaran sendirian saja. Sedang kita cuma berdua atau berlima bersama anak-anak. Aku pun merasakan kesedihan. Biasanya kakak dan kembaranku sudah kerja bakti membantu Bapak dan Abah bersih-bersih rumah. Mengisi toples dengan kue lebaran. Sekarang? Tak ada! Abah dan Bapak harus menyiapkan sendiri segala printhilannya.
.
Himbauan untuk #dirumahaja di Indonesia pun tak lagi di dengar. Rakyat diminta berdamai dengan #corona. Entah bagaimana caranya? Mungkin memulai ‘the new normal’ yang jelas abnormal. Namun jangan heran. Di Inggris pun tak jauh beda. Lockdown masih berlangsung tapi toko sudah mulai buka. Orang sudah sibuk kesana kemari. Kadang heran juga, katanya negara maju tapi kok perilaku manusianya tak jauh beda dengan negara berkembang? Inggris menduduki peringkat kedua dengan jumlah kematian terbesar di dunia. Peringkat pertama seperti sudah diduga. Amerika! Ada kesan pemerintah tak serius mengikis habis corona. Ada teori dan tuduhan dari media bahwa pemerintah Inggris ingin herd imunity sejak awalnya. Tak masalah jika ada korban berjatuhan di sana sini. Yang penting biaya mengurus pandemi bisa ditekan dan ekonomi masih berjalan. Angka pengangguran meningkat tajam sejak April 2020. 70% dari angka sebelum pandemi! Jumlah keluarga yang mengajukan bantuan keuangan (benefit) melonjak menjadi 2.1 juta! Resesi dan krisis ekonomi diperkirakan akan berlangsung lama. Proses pemulihannya pun bisa berbulan bulan. Bahkan Sekneg Inggris, Mr Sunak mengindikasikan adanya ‘scar/bekas’ yang permanen. Artinya akan ada pemulihan ekonomi namun akan ada kecacatan.
.
Kembali ke urusan mudik. Yang main perasaan, mereka maksa mudik! Yang tidak memakai perasaan sebagai dasar sebuah amal akan berusaha menahan diri untuk tidak menambah masalah. Mengurangi penyebaran. Sedih? Tentu saja! semoga kesedihan ini akan membuat kita nantinya mengapresiasi pertemuan keluarga.
.
Banyak yang berdalih, kalau waktunya jatuh sakit kena covid ya akan sakit, meski hanya di rumah saja. Tentu saja! Tak ada peristiwa yang terjadi tanpA izinNya. Tapi bukan itu letak masalahnya. Sebagai manusia yang beriman dan bertawakal ada hal yang harus dilakukan selain bergantung pada Qadr. Manusia di haruskan untuk mengikat tali untanya alias BERUSAHA. Kita tidak ditanya kenapa ada corona? Tapi kita akan ditanya oleh Allah tentang cara kita merespon masalah yang ada. Memang Jaminan keamanan dan keselamatan di tangan Allah سبحانه و تعالى semata, namun tidak boleh kita membahayakan diri dan orang disekitar kita. Hidup dan mati adalah perkara Qadha. Tapi sejauh mana kita mengambil peran sebelum kematian. Sebesar apakah usaha kita? Sekuat apa kita mencoba? itulah yang akan Allah سبحانه و تعالى pertimbangkan. Karenanya berhati-hatilah dalam mengambil keputusan.
.
Sekiranya bergantung pada Allah tanpa berbuat sudah cukup, maka Hajar tak akan berlari tujuh kali dari safa ke marwa. Rasulullah ﷺ tidak perlu merencanakan proses hijrah sedetail mungkin. Nabi Musa tak harus memukulkan tongkatnya ke laut merah. Mereka sebagai Rasul bisa dengan gampang memakai dalih bahwa mereka adalah utusan Tuhan. Pasti Allah سبحانه و تعالى akan menolong mereka. Tak perlu susah payah dan menderita. Namun kenyataanya, para nabi berusaha. Mereka tak berhenti mencoba. Menghitung segala resiko dan berbuat dengan penuh perhitungan. itulah mengapa diberi aqal.
.
Disinilah esensi tawakal dan taqwa. Kita ingat dan yakin Allah سبحانه و تعالى melihat perbuatan dan akan mempertanyakan pilihan-pilihan kita. Karenanya, tahan diri. Jika memang tak bisa mudik sekarang, agendakan video call dengan keluarga di hari lebaran. Kirim hadiah untuk mereka. Keraskan takbir malam hari raya di rumah. Ajak anak-anak menyambut lebaran dengan suka cita meski sedikit berbeda dari biasanya.
.
Semoga ini lebaran terakhir di tengah pandemik
.
London 20 Mei 2020 pukul 14:11pm
Ditulis di hari ke-27 Ramadan
.
#GoresanYumna
#Revowriter
#KompakNulis
#GeMesDa
#Covid19
Comments