Skip to main content

Ramadan dan Mudik Lebaran

#RamadanDay25

.

Ramadan dan Mudik Lebaran

.

Oleh: Yumna Umm Nusaybah

(Member of Revowriter London) 

.

Lebaran tak lama lagi. Biasanya beranda sosial media sudah dipenuhi foto perjalanan mudik teman semua. Lebaran tahun ini istimewa. Tak seperti biasa. Banyak terungkap kesedihan para sahabat karena tak bisa berkumpul sanak saudara. Tak bisa mengunjungi orang tua tercinta. Ortu di desa lebaran sendirian saja. Sedang kita cuma berdua atau berlima bersama anak-anak. Aku pun merasakan kesedihan. Biasanya kakak dan kembaranku sudah kerja bakti membantu Bapak dan Abah bersih-bersih rumah. Mengisi toples dengan kue lebaran. Sekarang? Tak ada! Abah dan Bapak harus menyiapkan sendiri segala printhilannya. 

.

Himbauan untuk #dirumahaja di Indonesia pun tak lagi di dengar. Rakyat diminta berdamai dengan #corona. Entah bagaimana caranya? Mungkin memulai ‘the new normal’ yang jelas abnormal. Namun jangan heran. Di Inggris pun tak jauh beda. Lockdown masih berlangsung tapi toko sudah mulai buka. Orang sudah sibuk kesana kemari. Kadang heran juga, katanya negara maju tapi kok perilaku manusianya tak jauh beda dengan negara berkembang? Inggris menduduki peringkat kedua dengan jumlah kematian terbesar di dunia. Peringkat pertama seperti sudah diduga. Amerika! Ada kesan pemerintah tak serius mengikis habis corona. Ada teori dan tuduhan dari media bahwa pemerintah Inggris ingin herd imunity sejak awalnya. Tak masalah jika ada korban berjatuhan di sana sini. Yang penting biaya mengurus pandemi bisa ditekan dan ekonomi masih berjalan. Angka pengangguran meningkat tajam sejak April 2020. 70% dari angka sebelum pandemi! Jumlah keluarga yang mengajukan bantuan keuangan (benefit) melonjak menjadi 2.1 juta! Resesi dan krisis ekonomi diperkirakan akan berlangsung lama. Proses pemulihannya pun bisa berbulan bulan. Bahkan Sekneg Inggris, Mr Sunak mengindikasikan adanya ‘scar/bekas’ yang permanen. Artinya akan ada pemulihan ekonomi namun akan ada kecacatan.

.

Kembali ke urusan mudik. Yang main perasaan, mereka maksa mudik! Yang tidak memakai perasaan sebagai dasar sebuah amal akan berusaha menahan diri untuk tidak menambah masalah. Mengurangi penyebaran. Sedih? Tentu saja! semoga kesedihan ini akan membuat kita nantinya mengapresiasi pertemuan keluarga. 

.

Banyak yang berdalih, kalau waktunya jatuh sakit kena covid ya akan sakit, meski hanya di rumah saja. Tentu saja! Tak ada peristiwa yang terjadi tanpA izinNya. Tapi bukan itu letak masalahnya. Sebagai manusia yang beriman dan bertawakal ada hal yang harus dilakukan selain bergantung pada Qadr. Manusia di haruskan untuk mengikat tali untanya alias BERUSAHA. Kita tidak ditanya kenapa ada corona? Tapi kita akan ditanya oleh Allah tentang cara kita merespon masalah yang ada. Memang Jaminan keamanan dan keselamatan di tangan Allah سبحانه و تعالى semata, namun tidak boleh kita membahayakan diri dan orang disekitar kita. Hidup dan mati adalah perkara Qadha. Tapi sejauh mana kita mengambil peran sebelum kematian. Sebesar apakah usaha kita? Sekuat apa kita mencoba? itulah yang akan Allah سبحانه و تعالى pertimbangkan. Karenanya berhati-hatilah dalam mengambil keputusan.

.

Sekiranya bergantung pada Allah tanpa berbuat sudah cukup, maka Hajar tak akan berlari tujuh kali dari safa ke marwa. Rasulullah ﷺ tidak perlu merencanakan proses hijrah sedetail mungkin. Nabi Musa tak harus memukulkan tongkatnya ke laut merah. Mereka sebagai Rasul bisa dengan gampang memakai dalih bahwa mereka adalah utusan Tuhan. Pasti Allah سبحانه و تعالى akan menolong mereka. Tak perlu susah payah dan menderita. Namun kenyataanya, para nabi berusaha. Mereka tak berhenti mencoba. Menghitung segala resiko dan berbuat dengan penuh perhitungan. itulah mengapa diberi aqal. 

.

Disinilah esensi tawakal dan taqwa. Kita ingat dan yakin Allah سبحانه و تعالى melihat perbuatan dan akan mempertanyakan pilihan-pilihan kita. Karenanya, tahan diri. Jika memang tak bisa mudik sekarang, agendakan video call dengan keluarga di hari lebaran. Kirim hadiah untuk mereka. Keraskan takbir malam hari raya di rumah. Ajak anak-anak menyambut lebaran dengan suka cita meski sedikit berbeda dari biasanya. 

.

Semoga ini lebaran terakhir di tengah pandemik

.

London 20 Mei 2020 pukul 14:11pm

Ditulis di hari ke-27 Ramadan

.

#GoresanYumna

#Revowriter

#KompakNulis

#GeMesDa

#Covid19

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1 ...

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y...

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam...