.
Ramadan dan Kedermawanan
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member of Revowriter London)
.
“Are you going to stay up, Mama?” Tanya anak sulungku Nusaybah setiap malam di 10 hari terakhir Ramadan.
.
Jika pertanyaan itu diajukan tahun lalu atau 10 tahun terakhir maka jawabannya kemungkinan besar TIDAK. Terakhir kali aku bisa duduk dan menikmati kesendirian malam tanpa ada rengekan, tangisan anak atau jeda jeda yang berhubungan dengan tugas negara sebagai ibu adalah 10 tahun yang lalu. Yakni sebelum si sulung lahir. Kenapa kok setelah lahiran menjadi tak seperti sebelumnya? Apakah karena malas? Tak mau menyisihkan waktu? Tak bisa membagi waktu? Tak mau mengorbankan waktu tidur? Kecapekan? Kesimpulanku sih kombinasi banyak hal. Siapapun yang pernah punya anak kecil pasti tahu betapa kehidupan kita kadang terasa tidak ada dalam kontrol kita pribadi. Segalanya berpusar pada makhluk mungil bernama bayi! Kita tak bisa lagi makan se-enaknya. Harus ‘mendapat izin’ dari anak alias menunggu sampai si anak tak mengganggu. Anak pertama sedikit independen eh lahir lah anak kedua, ketiga dan seterusnya. Tahu tahu udah 10 tahun aja!
.
Masih lekat dalam ingatanku bagaimana saat mahasiswa aku bisa berlenggang ria dari satu masjid ke masjid lain untuk I’tikaf. Awal pernikahan pun masih bisa ke masjid World Muslim League di central London bersama suami dan sepasang teman. Kami menikmati kesendirian di tengah malam-malam ganjil.
.
Akhirnya fase itu datang kembali di Ramadan ini. Hikmah dan berkah lockdown. Kebaikan dari ujian virus corona adalah kita harus #dirumahaja. Walhasil tak ada acara bangun pagi pagi sekali. Tak perlu ngedrop dan jemput anak. Ada sedikit extra Waktu yang ada dalam kontrol kita.
.
Malam ke-27 Ramadan, aku sudah merencanakan banyak hal. Diantaranya solat, baca Quran, berdoa, berdzikir. Hp mau aku matikan. Pokoknya pingin fokus! Toh malamnya pendek sekali. Buka puasa pukul 9 kurang 5 menit. Usai beres-beres, mulai solat tarawih dirumah pukul 10:20 malam. Usai tarawih pukul 11. Barulah bisa mengeksekusi rencana. Namun entah mengapa HP tak jadi kumatikan. Pukul 1 pagi ada SMS masuk. Seorang teman menanyakan penggalangan dana untuk Al Noor foundation dalam rangka mendirikan SMP Islam khusus cowok. Kebetulan bulan Ramadan ini Al noor membuka peluang untuk orang yang punya uang ‘nganggur’ (nggak terpakai) agar mereka bersedia meminjamkannya ke Al noor dan akan dikembalikan dalam Tempo setahun. Pinjaman berupa qardan Hasana. £1000 per orang. Butuh 1000 orang yang bisa meminjamkan. Uang ini akan di investasikan dan keuntungannya akan dipakai oleh Al noor untuk membayar pinjaman dari tahun lalu. Dan membeli tanah untuk pendirian sekolah. Aku masuk tim PTFA (Parents teacher and friends association). Ada 10 orang anggota PTFA. Masing-masing mengupayakan sekuat tenaga untuk mengumpulkan dana pinjaman. Ada yang sudah menggalang £40,000 ada yang mencapai £30,000. Nah Aku satu satunya orang yang belum berhasil menggalang dana sepeserpun. Maklum, selama ini memang belum fokus untuk mencari calon donatur. Tapi malam itu aku dapat SMS dari seorang teman. “Tolong kirimi lagi bagaimana aku bisa ikut program qardan hasana”
Deg! Inikah Rezeqi malam 27? Setelah aku kasih detailnya dia setuju akan meminjamkan £1000 (sekitar 18 juta) untuk Al noor.
الله اكبر.
Selang beberapa menit, ada SMS dari teman lain. Sebelumnya memang sudah aku SMS tentang program ini, aku tanyakan kembali apakah dia tertarik. Ternyata dia juga berjanji meminjamkan £1000. Keduanya terjadi hampir di menit yang sama! Beberapa menit setelahnya, ketua ptfa SMS aku, dia sampaikan ada 2 donatur yang masing-masing meminjamkan £1000 dan bergabung atas saran dan SMS yang aku kirimkan!
.
Tak Kuduga. Dari sekian banyak anggota ptfa, aku yang semula tak mampu berkontribusi apa apa, ternyata dalam semalam ada 4 saudara muslimah yang begitu dermawan meminjamkan total £4000! Kenapa aku gembira? Toh uangnya tak masuk kantongku. Yang membuatku gembira adalah karena aku menjadi pipa mereka alias penyalur saja. Meski aku tak punya dana £1000 yang bisa dipinjamkan tapi ternyata bisa menjadi wasilah dari para aghniya untuk menyalurkan kedermawanannya.
.
Di malam yang sama,target fundraising untuk boat race yang dijadwalkan di bulan Agustus nanti, tercapai juga!
.
Masing-masing peserta yang akan ikut mengayuh perahu di lomba balap perahu (Boat Race) harus menggalang dana minimal £200. Lagi lagi ini akan dipakai untuk membangun sekolah Islam. Dan selama beberapa minggu sebelumnya, jumlah yang terkumpul hanya £20 tapi di malam 27 itu target £200 berhasil terlampaui bahkan lebih. Jumlah yang terkumpul £234.
.
Moral of The story.
.
Rencana awal menjauhkan HP tak terlaksana. Meski demikian, ada kebaikan yang justru tak akan aku dapatkan jika HP itu aku matikan. Rencana harus ada tapi fleksibel aja dalam pelaksanaannya.
.
Sungguh tercapainya sebuah target bukan karena kehebatan kita, tapi karena rahmat Allah سبحانه و تعالى yang melihat keseriusan usaha hambaNya.
.
Alhamdulillah, kami dikelilingi oleh orang-orang yang sangat dermawan. Mereka mau dan mampu mendukung berbagai banyak kegiatan sosial karena kecintaan mereka kepada ummat dan kemajuan komunitas muslim di negeri minoritas ini.
.
Demikian secuil kisah dari malam 27 yang jauh dari rencana awal. Tapi justru kebaikan yang besar yang kita dapatkan.
.
Usai menyaksikan kedermawanan teman-teman, hati seperti tersiram air segar. Ya ...memang benar bahwa masih banyak kebaikan dan kebagusan dari ummat Rasulullah Muhammad ﷺ
.
Ummati Ummati Ummati
.
London 21 Mei 2020 pukul 02:27am
Ditulis di hari ke-28 Ramadan
.
#GoresanYumna
#Revowriter
#KompakNulis
#GeMesDa
#Covid19
Comments