Skip to main content

Ramadan & Keturunan

#RamadanDay24

.

Ramadan dan Keturunan

.

Oleh: Yumna Umm Nusaybah

(Member of Revowriter London)

.

Dua hari yang lalu aku mendengar kabar sedih dari seorang teman. Dia hamil anak kedua. Memasuki minggu ke-13. Allah berkehendak mengambil si janin. Doaku semoga Allah سبحانه و تعالى mengganti dengan yang lebih baik. Berbaik sangka kepada Allah سبحانه و تعالى ketika mendapat musibah adalah sumber kekuatan yang tak ada duanya. Memang berat, apalagi jika janin ini sudah menjadi penantian sekian lama. Pasti bertumpuk tumpuk rasa sedihnya. 

.

Bagi seorang wanita, memiliki keturunan dan bisa mengandung, melahirkan dan membesarkan anak kandung adalah sebuah impian. Tak semua bisa mendapatkannya. Apalagi jika harapan itu sudah di ambang mata kemudian hilang seketika. Seperti mencabut pohon dari akarnya. Perih, pedih, sakit, merasa bersalah, khawatir kedepannya. Semua rasa campur aduk menjadi satu dalam sesaat. Jika tidak dikendalikan akan bisa mendorong seseorang ke jurang depresi. Yang lebih menyakitkan jika datang nasehat nasehat yang terkesan memojokkan. Bukannya mengajak bersabar dan mendoakan kebaikan tapi malah memberi komentar yang menyakitkan.

.

Sudah menjadi kebiasaan kaum hawa. Mengajukan pertanyaan yang susah dijawab. Jika ada wanita belum menikah, pastilah ditanya kapan menikah? Lah padahal si empunya juga penasaran kapan bisa bertemu dengan jodohnya? Dimana dia? Kenapa lama sekali tak menjemput? Adakah dia akan dipertemukan dengan jodoh dunia? Atau Allah سبحانه و تعالى menyimpannya di surga? 

.

Kalaulah wanita itu sudah menikah, pertanyaannya semakin sulit. Berkali kali ditanya kapan punya anak? Seolah dia yang mengontrol segalanya. Kenapa lama? Apa memang ada rencana menunda (catet: this is the most annoying and intrusive question I’ve ever heard). Seolah wanita yang ditanya tahu jawabannya. pertanyaan ‘risih’ ini dibungkus lafad peduli padahal kenyataannya justru menyakiti. Mungkin ada yang berdalih “Duh nggak usah Sensi deh!” Lah kalau tahu itu pertanyaan bikin sensi ngapain juga ditanyakan? 

.

Sebagai wanita yang sudah menikah dan punya anak, aku mungkin tak mampu menyelami sedalam dalamnya rasa gundah, gulana dan kerinduan wanita yang menunggu keturunannya. Kalimat dan puisi seindah apapun tak mampu menghibur kekosongan itu. Nasehat kesehatan dan saran ini itu tak akan juga membantu meringankan beban. 

.

Yang harus kita lakukan sebagai teman hanya mendengarkan saat mereka siap menuturkan. Menjadi pendengar setia. Tak perlu bertanya jika mereka tak ingin berbagi rasa. Memberikan nasehat kebaikan jika tepat waktunya. Beri mereka semangat dan support saat mereka memerlukannya.

.

Duhai wanita perhiasan dunia ... memang tak mudah menerima kenyataan bahwa jalan hidup kita berbeda. Di saat wanita lain menimang bayi, engkau merasakan sesak di dalam dada, merindukan buah hati. Di saat wanita lain bercengkrama dengan keluarganya, engkau berjalan menatap masa depan sendirian saja.

.

Tak perlu risau Adinda ...Karena manusia mulia yang tersebut dalam Al Quran pun pernah mengalami ujian yang serupa. Sarah alaihassalam yang merindukan seorang anak harus menunggu hingga usia senja. Justru bayi Ismail itu lahir dari rahimnya Hajar. Asiya alaihassalam pun harus menimang bayi Musa namun dia tidak terlahir dari rahimnya. Maryam ‘alaihassalam yang tak menginginkan bayi justru diberi karunia bayi Isa. 

.

Kadang Allah سبحانه و تعالى menyimpan sesuatu untuk kebaikan kita

Kadang Allah سبحانه و تعالى tidak memberi apa yang kita pinta karena Dia Maha Tahu efek buruk dari ‘kenikmatan’ itu

Kadang Allah سبحانه و تعالى mengambil sedikit dari apa yang ada di tangan kita untuk memberikan karunia yang lebih besar

.

Allah Ta’ala pun telah berfirman,


‎و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ


“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)

.

Hidup tidak hanya tentang menikah dan punya keturunan. Ada banyak wanita hebat yang mampu mengguncang dunia. Menopang peradaban meski mereka belum menikah dan tidak punya keturunan. Sebut saja ibunda Aisyah رضي الله عنها .Ada juga Fatimah Al Fihri. Seorang wanita ternama pendiri universitas Al qarawiyyin di Maroko. Universitas pertama! 

.

Ada banyak peran yang bisa kita tunaikan sebagai hamba Allah سبحانه و تعالى. Selama ada dalam koridor syara’ teruslah berkarya! 

.

London 20 Mei 2020 pukul 12:57pm

Ditulis di hari ke-27 Ramadan

.

#GoresanYumna

#Revowriter

#KompakNulis

#GeMesDa

#Covid19

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam