#RamadhanBersamaPelitaRevowriter
#PelitaRevowriter
#challengeday24
#Post17
#RamadanDay15
.
Ramadan dan Ungkapan Cinta
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member of Revowriter London)
.
“Assalamualaikum Yumna. I feel this overwhelming urge to let you know this.... I Iove you sooo much for the sake of Allah. You are one of a kind. I feel safe and warmth in your presence. I never found you to be judgemental. You are kind, funny, you touch my heart in ways not many can and I am grateful to Allah that he blessed me the company of someone like you. Stay you ❤️”
.
(Assalamualaikum Yumna. Aku merasakan dorongan yang luar biasa untuk memberi tahumu tentang hal ini .... Aku sangat mencintaimu karena Allah. Kamu jenis istimewa. Aku merasakan keamanan dan kehangatan di dekatmu. Aku tak pernah merasa dihakimi olehmu. Kamu baik, lucu, dan kamu mampu menyentuh hatiku dengan cara yang tak banyak orang bisa melakukannya dan aku bersyukur kepada Allah karena telah memberkatiku dengan hadirnya orang sepertimu. Tetaplah menjadi dirimu ❤️)
.
Demikianlah isi SMS yang aku terima dua hari yang lalu saat bangun pagi di jam sahur. Hati ini terasa seperti disiram air segar. Cinta yang dirasakan dan diungkapkan oleh temanku ternyata makin menumbuhkan cintaku padanya. Doaku semoga Allah سبحانه و تعالى mengkaruniakan surga kepada kami karena kecintaan karenaNya. Dan semoga Allah سبحانه و تعالى menyatukan kami di surgaNya.
.
Dibesarkan di Indonesia di era 80-an menjadikanku orang yang kurang ekspresif dalam urusan perasaan. Mungkin hanya orang yang lagi di mabuk cinta saja yang mampu merangkai kata. Di keseharian, mengungkapkan rasa cinta kepada teman dan saudara (yang selau ada untuk kita) jarang menjadi pilihan. Kenapa?
.
1. Alasan pertama, karena kita teman lama atau saudara, sudah tahu lah kita saling mencinta. Nggak perlu diumbar dengan kata-kata. Toh tanpa bicara, bukti cinta itu terlihat dari perbuatan kita. Toh tanpa bicara, kita tahu bahwa mereka akan selalu menjadi penopang kita.
.
Respon: Memangnya cinta hanya perlu dibuktikan dengan perbuatan? Siapa yang bisa menebak isi perasaan seseorang? Siapa yang tahu dalamnya cinta itu? Siapa yang bisa menduga sebesar apa ‘impact’ dari perbuatan kita kepadanya? Tak ada yang tahu jika rasa itu tidak diungkapkan, tidak dituliskan dan tidak dikomunikasikan. Bukan kita lebay atau baper, tapi Rasulullah ﷺ pun mengajarkan demikian.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ إِيَّاهُ
Jika salah seorang dari kalian mencintai saudaranya, maka beritahukan padanya (HR. Tarmidzi)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu diceritakan bahwa beliau duduk bersama Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat lainnya. Kemudian lewat seorang lak-laki. Di antara sahabat yang duduk tadi kemudian ada yang berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لأُحِبُّ هَذَا الرَّجُلَ ، قَالَ : هَلْ أَعْلَمْتَهُ ذَلِكَ ، قَالَ : لا فَقَالَ قُمْ فَأَعْلِمْهُ ، قَالَ فَقَامَ إِلَيْهِ فَقَالَ : يَا هَذَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فِي اللَّهِ ، قَالَ : أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ
Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai laki-laki ini. Rasulullah bertanya, apakah engkau sudah memberitahukannya? Ia mengatakan, belum. Maka Rasulullah mengatakan, berdirilah dan sampaikan padanya. Kemudian ia berdiri dan mengatakan kepada saudaranya, wahai fulan, demi Allah sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah. Orang tadi menjawab semoga engkau dicintai oleh Dzat yang engkau mencintaiku karena-Nya (HR. Ahmad)
2. Alasan kedua, “ah saya mah karakter orang pendiam. Jadi tak berharap pujian dan tak merasa perlu memberi pujian”.
.
Respon: Ah apa iya kita tak suka kalau dipuji? Ah apa iya kita lebih suka dicaci? Ah apa iya kita nggak merasa diacuhkan jika tak diberi perhatian? Ah apa iya kita nggak sumringah jika teman(sejenis), saudara, dan pasangan menyatakan cintanya dengan kata-kata? Kalau mau jujur pasti lah setiap orang seneng-seneng saja di puji dan dicintai. Lalu kenapa kita menjadikan kebiasaan baik itu tersembunyi? Mengapa protes dan negative energy itu justru yang kita pelihara? Sekarang bayangkan, jika kita telah berbuat banyak untuk orang (anak, suami, mertua, bos) tapi tak pernah diberi pujian dan dorongan, lalu saat melakukan satu kesalahan kecil saja, eh ... protes dan saran perbaikan muncul terus terusan. Tiada henti! Capek nggak tuh hati?
.
Karenanya, penting untuk membiasakan fokus pada kebaikan. Penting untuk menyebutkan kebaikan mereka. Penting untuk menyatakan cinta.
Balaslah Kebaikan Orang Lain dengan Memuji Kebaikannya.
Rasulullah ﷺ bersabda,
.
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوْفٌ فَلْيَجْزِهِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ مَا يَجْزِيْهِ فَلْيُثْنِ عَلَيْهِ، فَإِنَّهُ إِذَا أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَدْ شَكَرَهُ وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ …
.
“Barangsiapa diperlakukan baik (oleh orang), hendaknya ia membalasnya. Apabila dia tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya, hendaknya ia memujinya. Jika ia memujinya maka ia telah berterimakasih kepadanya namun jika menyembunyikannya berarti dia telah mengingkarinya ….”
.
(HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, lihat Shahih al-Adab al-Mufrad no. 157)
.
Jika ini terus dilakukan maka akan membentuk kebiasaan. Lalu kebiasaan ini akan menular. Termasuk kepada orang yang mengaku pendiam atau yang tak suka mengumbar kata.
.
Kalaulah ada hal negatif yang harus disampaikan, tahan dulu. Cari suasana, tempat, kondisi emosi yang pas agar saran itu diterima dan didengar. Kalau ada hal yang bagus, sampaikan. Kalau ada masukan yang baik dan ahsan dalam mengemas, terima dengan lapang dada. Kalau ada masukan tapi menyakitkan, ambil isinya, buang bungkusnya.
.
Bukankah Rasulullah sudah mengajarkan satu prinsip dalam berkata-kata?
.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.”
.
(Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
.
Bagaimana dengan menasehati penguasa? Sama saja! Adab dan akhlak menyampaikan harus ada. Tak perlu sumpah serapah. Tak perlu jargon besar yang terus diulang tanpa penjelasan. Karena keduanya tak akan mampu mengubah cara berfikir seseorang. Sumpah serapah dan cacian hanya menunjukkan kelemahan argumen kita. Nasehat harus tajam dan sarat makna. Namun perlu diingat, isi kata dan kalimat mungkin setajam pedang tapi bungkus dari pedang itu harus cantik dan menakjubkan. Sehingga yang diberi nasehat pun bisa menerima pedang yang tajam tanpa merasa dirinya terancam.
.
Perlu kiranya kita terus mencoba mencari cara terbaik untuk membungkus pesan Islam dengan hikmah dan kebagusan. Disamping memohon kepada Allah سبحانه و تعالى agar diberi lidah yang diberkahi sehingga yang muncul selalu kebaikan dan kebenaran. اللهمّ امين يا ربّ العالمين
.
London, 11 Mei 2020
Ditulis di hari ke-18 Ramadan
.
#GoresanYumna
#Revowriter
#KompakNulis
#GeMesDa
#Covid19
Comments