#RamadhanBersamaPelitaRevowriter
#PelitaRevowriter
#challengeday22
#Post15
#RamadanDay13
.
Ramadan dan Adab
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member of Revowriter London)
.
Forgiveness doesn’t excuse their behaviour; forgiveness prevents their behaviours from destroying your heart - unknown
Memaafkan bukan berarti kita menyetujui kesalahan yang mereka lakukan. Tapi kemaafan mencegah hati kita hancur karena perbuatan buruk mereka (yang telah menyakiti kita)
.
Memang kata maaf dan memaafkan sering dipakai terutama jika kita membahas psikologi manusia, nafsiyah dan yang sejenisnya. Kemaafan tidaklah seperti jajanan risoles yang jelas bisa di lihat, dipegang dan di rasakan. Kemaafan bersifat abstrak. Hanya bisa di rasakan tapi sulit untuk digambarkan. Hal-hal yang abstrak hanya bisa dilihat dari efek yang keluar. Layaknya sakit kepala. Sakitnya tak bisa di lihat orang, si pasien hanya bisa mengeluh dan menunjukkan tanda fisik yang bermacam-macam. Ada yang mengeluh pusing dan cenderung tiduran, ada yang uring-uringan, ada yang hanya diam tak berkomentar. Sekalinya dia meminum Obat, kita akan bisa melihat efeknya. Dia kembali tertawa, kembali beraktivitas seperti semula. Dengan melihat tanda-tandanya, kita bisa meyakini bahwa obatnya sudah mulai bekerja meskipun kita tidak melihat prosesnya dengan kasat mata.
.
Demikian pula gambaran abstrak ketika hati seseorang tersakiti dan proses memaafkannya. Sakit hati kadang diwakili oleh airmata, kemarahan yang luar biasa, atau diam seribu bahasa. Proses memaafkannya pun bisa jadi berlangsung cepat. Bisa juga lama. Ada yang butuh waktu hanya sejam, sehari atau seminggu. Namun ada pula yang butuh waktu bertahun tahun.
.
Proses ini dipengaruhi oleh banyak hal. Beberapa di antaranya:
.
.
1. Skala kesalahannya dan besar kecilnya efek yang muncul akibat kesalahan tadi. Kesalahan bisa kecil namun efeknya luar biasa (misal menuliskan komen yang membuat malu TAPI di lapak umum yang dilihat para calon klien bisnis, calon suami/isteri, dsb)
.
.
2. Kedekatan hubungan antara yang tersakiti dan yang menyakiti. Semakin dekat seseorang semakin mudah memaafkan. Namun jika kesalahannya sangat besar maka justru semakin sulit untuk memaafkan karena akan ada perasaan seolah kita dikhianati dan ditusuk dari belakang.
.
.
3. Kemampuan berkomunikasi diantara keduanya. Kadang kesalahan kecil akan nampak besar dan sulit dimaafkan karena proses komunikasi yang tidak berjalan. Tak ada kejujuran sejak awal. Kadang mbulet tak bersedia langsung konfrontasi. Menunggu orang ketiga dan ke-empat untuk menyampaikannya.
.
.
Menurut pengamatan sederhanaku ada beberapa jenis orang yang biasanya menyakiti kita atau sebaliknya bisa jadi kita termasuk salah satu yang pernah menyakiti:
1. Tipe Polosan.
.
Dia yang benar benar tak berniat menyakiti. Dia tidak menyangka perbuatan/perkataan itu itu benar-benar menyakiti kita. Secara umum dia sopan, baik, bahkan bisa jadi teman dekat. Saking dekatnya mereka bisa jadi ikut-ikutan nimbrung urusan pribadi tanpa diminta. Padahal batas privasi orang kan berbeda-beda. Komentar dia bisa jadi biasa dan sederhana tapi karena kondisi emosi kita sedang tidak stabil, jadilah perang besar.
.
.
2. Tipe Blak-Blakan.
.
Dia yang memang cenderung nggak punya saringan. Ngomong apa adanya. Memang sudah menjadi karakter dia. Bicara dan berbuat tanpa pertimbangan matang. Walhasil sering berbenturan dengan orang karena tak pernah ada perenungan dan pertimbangan akan efek yang di akibatkan. Mungkin dia memang tidak dibesarkan dengan pola asuh bahwa kata dan cara bisa menyakiti orang. Maksud hatinya bisa jadi baik tapi poor on its delivery (ga tahu cara membawakannya). Ujungnya menyakiti teman dan orang-orang tercinta.
.
.
3. Tipe Sak Karepe Dhewe.
.
Dia yang memang suka merendahkan orang. Bisa jadi si dia nggak sadar kalau dia tipe orang yang suka mengkritisi orang lain tanpa diminta. Memprotes tanpa aba-aba. Selalu melihat negatif dari setiap peristiwa. Tak pernah bisa mentolerir kenyataan yang berbeda dari keinginan dan persepsinya. Meminta maaf bagi mereka sangatlah sulit karena jarang sekali mereka sadar kalau perbuatannya menyakiti orang.
.
.
Proses memaafkan ketiga orang diatas pun akan berbeda. Memaafkan seseorang tergantung dari jenis kesalahan. Masalahnya, standar apa yang kita pakai untuk menilai sebuah kesalahan. Apakah hanya modal perasaan? Atau ada yang lebih substansial.
.
Langkah pertama yang harus kita tempuh sebagai seorang Muslim adalah melihat apa yang Allah sebut sebagai dosa dan kesalahan, sebagai kesalahan juga di mata kita. Jika Allah melihatnya Mubah maka tak perlu marah sambil terengah-engah. Santai saja! Siapapun yang di mata Allah melanggar hak orang lain maka kita harus melihatnya sebagai kesalahan. Misalkan, jika ada suami berpoligami tapi sembunyi-sembunyi. Dia membohongi isteri. Bermuka dua dihadapan isteri. Maka kesalahan bukan pada poligaminya, tapi cara dia membawa diri. Kebohongan itulah yang perlu di sadari. Suami perlu meminta maaf dan mengakui jika hal itu salah. Karena cara seperti itu terkesan tidak menghargai perasaan si isteri. Dalil poligaminya memang islami tapi delivery-nya sangat menyakiti. itulah yang harus kita lihat sebagai kesalahan.
.
Contoh lain, seseorang memberi nasehat namun tak memakai adab. Seseorang yang nge-klaim mau menerima nasehat tapi bermuka masam sambil ‘mencak-mencak’ alias defensive. Atau misal, memberi sumbangan dengan cara melempar sambil menghina dan merendahkan. Sadaqahnya sudah benar. Tapi Islam kan tidak hanya menganjurkan beramal tapi juga ada akhlak yang mengiringi amal tadi.
.
Sebenarnya, yang lebih sering menyebabkan sakit hati justru cara kita delivery. Nah, belajar delivery berarti harus belajar ilmu komunikasi, people skills, adab dan akhlak yang Rasulullah ﷺ contohkan. Seiring perjalanan waktu, usia yang makin bertambah, social cirlce yang semakin berkembang, maka kemampuan ini akan semakin terasah ASAL kita mau kontemplasi, berkaca dan terus ingin memperbaiki diri.
.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an:
.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
.
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)
.
Saking pentingnya adab, sampai sampai Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
.
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
.
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
.
Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,
.
بالأدب تفهم العلم
.
“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”
.
Ibnul Mubarok berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
.
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.” (Muslim.or.id)
.
Sungguh, kebenaran yang tersampaikan tanpa dibarengi adab akan bisa menjadi penyebab tidak diterimanya kebenaran tadi. Memang, akhlak bukan akar dari permasalahan namun tidak berakhlak juga bagian dari sebuah masalah yang harus juga diselesaikan.
.
Ibarat sebuah hadiah, andaikan kita ingin memberi sebuah berlian, tapi kita bungkus dengan kertas koran dan kardus murahan maka bisa jadi orang mengabaikan.
.
Bersambung..
.
London, 9 Mei 2020
Ditulis di hari ke-16 Ramadan
.
#GoresanYumna
#Revowriter
#KompakNulis
#GeMesDa
#Covid19
Comments