#RamadhanBersamaPelitaRevowriter
#PelitaRevowriter
#challengeday26
#Post19
#RamadanDay17
.
Ramadan dan Harapan
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member of Revowriter London)
.
Entah berapa postingan yang sudah kutulis seputar topik Tawakkal. Namun semakin sering kita belajar kisah para Nabi, semakin kita mendalami kisah para pendahulu, semakin kita memahami kehidupan para sahabat dan tabi’in maka semakin jelas makna dan penerapan konsep Tawakkal itu sendiri.
.
Beberapa hari yang lalu, aku didaulat untuk memberi materi tentang Tawakkal. Di moderatori oleh baker ternama Jasmine Umm Isa dalam forum kajian mingguan E12. Jika orang merasa mendapat pencerahan dari kajian yang kita berikan, sungguh bagiku keuntungan yang aku dapatkan ketika mempersiapkan konten kajian jauh lebih besar dari yang mampu aku berikan. Karenanya aku yakin, ketika ilmu itu dibagi maka barakahnya semakin banyak. Pemahaman akan semakin menancap dan kontemplasi akan semakin sering dilakukan. Kajian aku awali dengan sebuah kisah. Didalam kisah ini nampak sekali kekuatan Tawakkal dari dua pelakunya. Mereka sama-sama yakin bahwa Allah adalah sebaik baik Penolong dan Penjamin. Ketika kesulitan menghimpit dan kita hanya bergantung kepadaNya sembari melakukan upaya maksimal, maka Allah sendiri yang akan membuka jalan! Dia yang akan menyelesaikan. Mengingatkanku betapa banyak dari kita merasa kondisi bangsa dan ummat Islam di seluruh dunia seolah tak akan terselesaikan. Terlalu kompleks dan kita sendiri masih banyak kekurangan. Membicarakan kemenangan dan keunggulan Islam terkesan mengulang-ulang sejarah yang melenakan. Kenyataan yang ada adalah keterpurukan. Banyak yang meragukan akan kembalinya syariat Islam. Padahal jika seseorang bergantung pada kekuatan Allah سبحانه و تعالى saja. Jika mereka memperkuat Tawakkalnya. Jika mereka mau dan mampu melakukan upaya sesuai tuntutan syara’ maka tak ada yang mustahil bagiNya.
.
Mari kita renungkan kisah berikut.
.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau pernah mengisahkan bahwa ada seorang dari Bani Israil yang meminjam uang seribu dinar kepada Bani Israil lainnya. Orang yang meminjamkan berkata, “Datangkanlah saksi-saksi! Aku ingin mempersaksikan peminjaman ini kepada mereka.” Peminjam berkata, “Cukuplah Allah sebagai saksinya.” Orang yang meminjamkan berkata lagi, “Datangkanlah seorang penjamin.” Peminjam berkata, “Cukuplah Allah sebagai penjamin.” Orang yang meminjamkan berkata, “Kamu benar.” Kemudian dia memberikan uang itu hingga tempo waktu tertentu. Kemudian orang yang meminjam uang itu pergi ke laut untuk memenuhi hajatnya. Dia pun mencari perahu untuk dianikinya guna mengantarkan uang pinjamannya yang sudah jatuh tempo pembayarannya. Namun dia tidak menemukannya. Kemudian dia mengambil kayu dan melubanginya. Lalu dia memasukkan ke dalamnya uang seribu dinar beserta secarik tulisan yang ditujukan kepada pemilik uang. Kemudian ia melapisinya agar tidak terkena air. Lalu dia membawa kayu ke laut. Dia berkata, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku telah meminjam uang seribu dinar kepada si fulan. Dia meminta penjamin dariku, kemudian kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai penjamin, dan dia pun rela. Dia memintaku mendatangkan saksi, lalu kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai saksi, dan dia pun rela.
.
Sesungguhnya aku telah berusaha untuk mendapatkan perahu yang akan kugunakan untuk mengantarkan uangku kepadanya, namun aku tidak mendapatkannya. Kini, kutitipkan uang itu kepada-Mu.” Kemudian dia melemparkan kayu itu hingga tenggelam. Dia pun pergi. Walau demikian, dia tetap berusaha mencari perahu yang menuju ke negerinya. Orang yang meminjamkan uang pergi untuk menanti, barangkali ada perahu datang membawa piutangnya. Tiba-tiba dia menemukan kayu yang berisi uang itu. Dia membawanya pulang sebagai kayu bakar untuk istrinya. Tatkala dia membelahnya, dia menemukan uang dan secarik pesan.
.
Sementara itu, si peminjam pun datang membawa seribu dinar. Dia berkata, “Demi Allah, sebelum aku datang sekarang, aku senantiasa berusaha untuk mencari perahu guna mengantarkan uangmu kepadamu, namun aku tidak mendapatkan satu perahupun sebelum aku tiba dengan menaiki perahu yang aku tumpangi ini.” Orang yang meminjamkan berkata, “Apakah kamu mengirimkan sesuatu kepadaku?” Peminjam berkata, “Aku telah sampaikan kepadamu bahwa aku tidak menemukan perahu, sebelum aku mendapatkannya sekarang ini?” Orang yang meminjamkan berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengantarkan pinjamanmu yang kau taruh dalam kayu. Maka gunakanlah uangmu yang seribu dinar itu dengan baik, maka bawalah kembali seribut dinarmu itu."
(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari).
.
Jika kisah ini masih juga belum membuat kita yakin bahwa cukuplah Allah سبحانه و تعالى sebagai penolong dan pembuka jalan. Cukuplah Allah سبحانه و تعالى sebagai penopang. Cukuplah Allah سبحانه و تعالى sebagai Penjamin hasil dari usaha kita. Maka entah apalagi yang akan mampu meyakinkan kita? Keadaan kaum Muslimin memang sangat memprihatinkan. Kondisi ummat sudah berada pada titik terendah. Walhasil Keinginan untuk menang. Untuk bangkit kembali sebagai pemimpin peradaban. Untuk kembali menjadi menjadi ummat terbaik, bisa dianggap sebagai khayalan atau mimpi di siang bolong. Tapi sungguh, bagi para mutawakkilun, mereka tidak bergantung kepada keadaan, situasi, dan kemampuan kasat mata . Mereka hanya bergantung kepada Pencipta keadaan tadi. Allah سبحانه و تعالى Yang Maha Perkasa.
.
London, 13 Mei 2020
Ditulis di hari ke-20 Ramadan
.
#GoresanYumna
#Revowriter
#KompakNulis
#GeMesDa
#Covid19
Comments