#OPEy2021Day01
.
Sahabat Dari Ujung Dunia
.
oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member of Revowriter London dan Co-founder Dokter Kembar)
.
"I am sooo excited today!" laporku ke anak-anak saat membantu mereka siap untuk pergi sekolah.
"Why, Mama?" tanya si sulung.
"Because, I am going to meet my friend from Australiaaaaa" jawabku dengan muka girang dan jeritan gembira.
"What? Australia?? Wait ... is she coming from Australia? How could you have a friend all the way in Australia? You have friends everywhere...Turkey, Canada, Netherlands, Qatar, India, Malaysia, and now Australia? I want to be like you when I grow up! To have friends from different parts of the world!" ulas si Sulung.
.
“No, she is not coming from Australia to meet me, she moved to England from Australia because her husband got a job here, but I will go all the way to Wimbledon to meet her”, terangku panjang lebar.
.
Yup! tanggal 8 Desember menjadi hari istimewa. Hari ini sudah kami tunggu ratusan purnama (Ciyaaah hiperbol banget). Berhubung Si Dia baru mendarat di Inggris dan harus isolasi mandiri selama 14 hari sekaligus menunggu longgarnya lockdown, akhirnya kami putuskan untuk bertemu Selasa, 8 Desember 2020. Kami hanya boleh bertemu di luar rumah (public place) karena aturan tier 2. Padahal pingin banget bisa menjamu dan mengundang dia dan keluarganya ke rumah.
.
Minggu sebelumnya, ijin suami sudah kukantongi. Aku ingatkan kembali tiap dua tiga hari sekali karena di hari penting itu, aku tak akan bisa menjemput anak-anak dari sekolah. Pokoknya bebas tugas karena aku bakal keluar seharian.
.
Untuk menentukan lokasi pertemuan, diskusinya panjang. Ternyata jarak rumah kami berdua masih juga berjauhan. Kalau mengendarai mobil bisa memakan waktu 1.5 jam. Aku putuskan naik kereta. Malam sebelum hari H kami pun belum punya titik temu akan bertemu di mana? Inginnya memilih area di tengah tapi tak harus gonta-ganti kereta. Semula setuju bertemu di Wimbledon, berubah posisi menjadi Morden, berubah lagi menjadi London Bridge, dan akhirnya kembali ke rencana semula, Wimbledon (area dimana tennis grand slam biasanya di selenggarakan). Aku sendiri belum pernah ke daerah situ. Tapi asal ada jalur tube, sebenarnya gampang. Tapi seperti biasa, emak nyasar juga! Sok gaya pingin cari jalur paling cepat dengan ganti kereta, eh malah turun di stasiun yang salah. Akhirnya harus kembali ikut jalur yang memakan waktu lebih lama demi menghindari kesasar.
.
Si dia sudah di depan stasiun pukul 11 pagi sedang aku masih nyasar di tengah kota. 20 menit kemudian kereta sampai di Wimbledon. Sebelum berangkat aku sudah grogi banget, perut mulas layaknya ketemu jodoh saja! Maklumlah pertemanan kami sudah lebih dari satu dasa warsa. Lintas benua pula. Bahkan si dia pun sudah pindah 3 negara sejak kami berteman. Hari itu adalah kali pertama kita bisa bertatap muka.
.
Saat aku keluar stasiun, si dia berdiri sambil
menunduk khusyuk membaca pesan di HPnya. Muncul ide gila, bagaimana jika aku memberi kejutan dengan memeluknya dari belakang?!Tapi apa daya, si dia memakai masker, tak yakin juga! Kalau salah peluk orang kan berabe jadinya.
.
Ku ketuk pundaknya dan ternyata ... memang DIA! Kamipun berpelukan cukup lama. Airmata menggenang. Rasa syukur dan bahagia karena Allah ﷻ mengijinkan kami bersua.
.
Sama sama tak tahu area Wimbledon, kami putuskan makan di restoran halal Persia dekat stasiun. Mereka pun baru buka karena masih pukul 11:30 pagi. Kami adalah customer pertama. Tak ada satupun pelayan. Tapi tak
kami hiraukan karena kami sudah tenggelam dalam obrolan panjang. Usai makan, kami saling tukar hadiah dan foto bersama. Dilanjutkan pindah warung untuk menghangatkan diri dengan minum coklat panas dan wafle sambil mojok numpang solat. Selama hampir 3 jam obrolan mengalir tanpa jeda. Mulai dari kisah hidup kami, jaman SMA, masa kecil, keluarga, dakwah di Australia, tantangan hidup di Australia, perbedaan karakter komunitas muslim di Australia dan Inggris, sekolahnya anak-anak sampai dengan obrolan politik. Kadang obrolan memakai bahasa Jawa, kadang memakai bahasa Indonesia dan tak jarang berbahasa Inggris. Aneh deh pokoknya!
.
Seperti dugaanku, kami klop seperti sepasang sandal. Senyum dia yang manis benar benar semanis karakternya. Allahumma Bariklaha. Memang benar kata pujangga bahwa:
A strong friendship doesn’t need daily conversations,
It doesn’t always need togetherness,
As long as the relationship lives in the heart
True friends will never part.
.
Meski, kami baru sekali bertemu namun mahabbah Fillah itu benar-benar terasa.
Allah ﷻ lah yang meletakkan cinta karenaNya di hati kami.
.
أحبك في الله ukhti Irma
.
So ... Kesan pertama begitu menggoda!
selanjutnya?
Untuk bertemu lagi kami harus menunggu tier 4 menjadi tier 2.
.
London, 1 Januari 2021
.
#Kompaknulis
#OPEy2021bersamaRevowriter
#positifliterasi
#GoresanYumna
#Revowriter
#GeMesDa
.
Sahabat Dari Ujung Dunia
.
oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member of Revowriter London dan Co-founder Dokter Kembar)
.
"I am sooo excited today!" laporku ke anak-anak saat membantu mereka siap untuk pergi sekolah.
"Why, Mama?" tanya si sulung.
"Because, I am going to meet my friend from Australiaaaaa" jawabku dengan muka girang dan jeritan gembira.
"What? Australia?? Wait ... is she coming from Australia? How could you have a friend all the way in Australia? You have friends everywhere...Turkey, Canada, Netherlands, Qatar, India, Malaysia, and now Australia? I want to be like you when I grow up! To have friends from different parts of the world!" ulas si Sulung.
.
“No, she is not coming from Australia to meet me, she moved to England from Australia because her husband got a job here, but I will go all the way to Wimbledon to meet her”, terangku panjang lebar.
.
Yup! tanggal 8 Desember menjadi hari istimewa. Hari ini sudah kami tunggu ratusan purnama (Ciyaaah hiperbol banget). Berhubung Si Dia baru mendarat di Inggris dan harus isolasi mandiri selama 14 hari sekaligus menunggu longgarnya lockdown, akhirnya kami putuskan untuk bertemu Selasa, 8 Desember 2020. Kami hanya boleh bertemu di luar rumah (public place) karena aturan tier 2. Padahal pingin banget bisa menjamu dan mengundang dia dan keluarganya ke rumah.
.
Minggu sebelumnya, ijin suami sudah kukantongi. Aku ingatkan kembali tiap dua tiga hari sekali karena di hari penting itu, aku tak akan bisa menjemput anak-anak dari sekolah. Pokoknya bebas tugas karena aku bakal keluar seharian.
.
Untuk menentukan lokasi pertemuan, diskusinya panjang. Ternyata jarak rumah kami berdua masih juga berjauhan. Kalau mengendarai mobil bisa memakan waktu 1.5 jam. Aku putuskan naik kereta. Malam sebelum hari H kami pun belum punya titik temu akan bertemu di mana? Inginnya memilih area di tengah tapi tak harus gonta-ganti kereta. Semula setuju bertemu di Wimbledon, berubah posisi menjadi Morden, berubah lagi menjadi London Bridge, dan akhirnya kembali ke rencana semula, Wimbledon (area dimana tennis grand slam biasanya di selenggarakan). Aku sendiri belum pernah ke daerah situ. Tapi asal ada jalur tube, sebenarnya gampang. Tapi seperti biasa, emak nyasar juga! Sok gaya pingin cari jalur paling cepat dengan ganti kereta, eh malah turun di stasiun yang salah. Akhirnya harus kembali ikut jalur yang memakan waktu lebih lama demi menghindari kesasar.
.
Si dia sudah di depan stasiun pukul 11 pagi sedang aku masih nyasar di tengah kota. 20 menit kemudian kereta sampai di Wimbledon. Sebelum berangkat aku sudah grogi banget, perut mulas layaknya ketemu jodoh saja! Maklumlah pertemanan kami sudah lebih dari satu dasa warsa. Lintas benua pula. Bahkan si dia pun sudah pindah 3 negara sejak kami berteman. Hari itu adalah kali pertama kita bisa bertatap muka.
.
Saat aku keluar stasiun, si dia berdiri sambil
menunduk khusyuk membaca pesan di HPnya. Muncul ide gila, bagaimana jika aku memberi kejutan dengan memeluknya dari belakang?!Tapi apa daya, si dia memakai masker, tak yakin juga! Kalau salah peluk orang kan berabe jadinya.
.
Ku ketuk pundaknya dan ternyata ... memang DIA! Kamipun berpelukan cukup lama. Airmata menggenang. Rasa syukur dan bahagia karena Allah ﷻ mengijinkan kami bersua.
.
Sama sama tak tahu area Wimbledon, kami putuskan makan di restoran halal Persia dekat stasiun. Mereka pun baru buka karena masih pukul 11:30 pagi. Kami adalah customer pertama. Tak ada satupun pelayan. Tapi tak
kami hiraukan karena kami sudah tenggelam dalam obrolan panjang. Usai makan, kami saling tukar hadiah dan foto bersama. Dilanjutkan pindah warung untuk menghangatkan diri dengan minum coklat panas dan wafle sambil mojok numpang solat. Selama hampir 3 jam obrolan mengalir tanpa jeda. Mulai dari kisah hidup kami, jaman SMA, masa kecil, keluarga, dakwah di Australia, tantangan hidup di Australia, perbedaan karakter komunitas muslim di Australia dan Inggris, sekolahnya anak-anak sampai dengan obrolan politik. Kadang obrolan memakai bahasa Jawa, kadang memakai bahasa Indonesia dan tak jarang berbahasa Inggris. Aneh deh pokoknya!
.
Seperti dugaanku, kami klop seperti sepasang sandal. Senyum dia yang manis benar benar semanis karakternya. Allahumma Bariklaha. Memang benar kata pujangga bahwa:
A strong friendship doesn’t need daily conversations,
It doesn’t always need togetherness,
As long as the relationship lives in the heart
True friends will never part.
.
Meski, kami baru sekali bertemu namun mahabbah Fillah itu benar-benar terasa.
Allah ﷻ lah yang meletakkan cinta karenaNya di hati kami.
.
أحبك في الله ukhti Irma
Ummu Aaqilah
.
So ... Kesan pertama begitu menggoda!
selanjutnya?
Untuk bertemu lagi kami harus menunggu tier 4 menjadi tier 2.
.
London, 1 Januari 2021
.
#Kompaknulis
#OPEy2021bersamaRevowriter
#positifliterasi
#GoresanYumna
#Revowriter
#GeMesDa
Comments