#OPEy2021Day07
Disclaimer: tulisannya panjang, mohon sabar
.
4 Tipe Perlekatan (Attachment Style)
.
oleh Yumna Umm Nusaybah
(Member of Revowriter London dan Co-founder Dokter Kembar)
.
“Suamiku tuh ga perhatian banget deh Sya, masa aku potong rambut ga dikomentari. Mbokya bilang cantik kek, seger kek atau apalah. Mana kalau ngantor ga pernah mau SMS atau nelpon. Kalau dia nggak makan siang dirumah, aku curiga, jangan jangan dia makan siang sama kolega perempuannya” curhat seseorang mamah muda. Sebut saja namanya Bela
.
Lain halnya dengan Bela, Tasya punya pandangan lain, “Kamu sih Bel ... jadi isteri tuh mbokya jangan terkesan butuh banget sama suami. Yang PeDe gitu loh. Jangan tunjukkan kalau kita takut ditinggal mereka. Kita kan wanita perkasa.” Jelas Tasya.
.
Berapa kali kita bertemu dengan istri / perempuan / teman yang seperti Bela dan Tasya. Bela yang begitu ‘needy’ alias membutuhkan. Tipe isteri pencemburu. Dia sering cemas dan takut posisinya digantikan oleh wanita lain. Akhirnya, Bela menjadi isteri yang selalu merasa kurang perhatian. Dia menuntut suami untuk selalu lapor tentang kemana dan apa yang sedang / telah / akan dia lakukan. Isteri seperti ini merasa ada yang salah/ kurang dengan pernikahan mereka. Isteri merasa harga dirinya bergantung pada perhatian suaminya.
.
Sedang Tasya sebaliknya. Dia cenderung wanita ‘sok’ perkasa. Tak butuh sosok lelaki. Kalaulah dia menikah maka suami hanya pelengkap status saja. Suami bukan hal pertama dan utama. Hidup berputar dan berporos mengelilingi dirinya. Dia tak memberi kesempatan pada dirinya sendiri dan pasangannya untuk mempertanyakan apakah mereka sedih, kecewa, bahagia dan cinta selama tinggal bersama? Kenapa? Karena dia merasa aman jika sebuah hubungan itu tak terlalu mendalam (deep). Dia khawatir dan takut jika dia memberi hati sepenuhnya lalu dia kecewa. Dia takut tak bisa ‘melarikan diri’ saat hubungan itu bermasalah. Maksudnya sih baik, dia hanya ingin mengurangi resiko sakit hati jika suatu hari dia dicampakkan oleh orang tersayang (suami).
.
Dalam sebuah pernikahan, kedua model diatas sama sama toxic alias tidak sehat. Islam mengajarkan bahwa suami isteri di dalam pernikahan Islam seharusnya seperti sahabat. Masalahnya sekarang, cara bersahabat satu orang dengan orang lainnya bisa berbeda. Ada sahabat yang sangat needy dan clingy seperti Bela. Ada sahabat yang merasa tak harus menunjukkan bahwa kita butuh mereka karena ketakutan menjalin hubungan lebih mendalam. Ada sahabat yang oke oke saja saat sahabatnya butuh waktu sendiri. Dia tidak gundah saat suami ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Meski berjauhan mereka masih bisa saling percaya. Kenapa? Karena dia adalah pribadi yang dewasa, ‘secure’ dan pasangannya adalah orang yang bisa dipercaya.
.
Cara dia ‘bersahabat’ dengan pasangan, dipengaruhi oleh attachment style (tipe perlekatan) kepada seseorang. Karenanya, profil pernikahan ideal tidaklah satu warna. Ada gradiennya (Shade). Yang terpenting, suami isteri bisa mengerti cara masing-masing ‘bersahabat’. Hal ini juga bisa dilihat dari dinamika pernikahan Rasulullah ﷺ bersama para isteri beliau. Cara Rasulullah ﷺ memperlakukan Sayyidah Ummu Salamah RA berbeda dengan approach beliau menghadapi Sayyidah Aisyah RA. Beliau adalah sebaik-baik panutan. Para ummahatul mukminin pun mengerti posisi mereka di hadapan Baginda ﷺ .
.
Tipe attachment ini sedikit banyak dipengaruhi oleh cara kita dibesarkan. Karakter yang terbentuk mempengaruhi bagaimana kita mengolah sebuah hubungan.
.
Apa itu attachment style? Dalam ilmu psikologi dimaknai sebagai cara kita mendekati atau menghindari hubungan dengan orang yang kita cintai. Bisa jadi orang tersebut adalah pasangan, anak, ataupun teman. Memahami tipe perlekatan (attachment) kita sendiri dan memperhatikan attachment type orang-orang yang kita sayangi adalah DUA KUNCI penting untuk menciptakan hubungan interpersonal yang sehat, penuh cinta, langgeng dan mengalir gampang.
.
Dalam artikel psychologytoday disimpulkan ada 4 tipe perlekatan atau attachment style.
1. Anxious Preoccupied (tipe cemas dan menyita pikiran)
3. Dismissive Avoidant (tipe meremehkan dan menghindar)
5. Fearful Avoidant (tipe penakut dan menghindar)
6. Secure (tipe dewasa/aman)
.
Berikut penjelasannya.
.
1. Tipe cemas dan menyita pikiran
.
Tipe ini biasanya muncul dari orang yang dibesarkan oleh orang tua yang penuh cinta namun juga sering diterlantarkan atau ditinggal oleh ibu/ ayah/kakek/nenek (Sosok yang dulunya begitu dekat dan mereka percaya). Pengalaman diterlantarkan ini menjadikan dia merasa tak pernah aman. Karenanya, timbul ketakutan yang tak beralasan. Dia harus terus diyakinkan (reassured) oleh pasangannya bahwa suaminya tak akan meninggalkan dirinya. Dia merasa pasangannya harus selalu ada disampingnya. Dia ingin SELALU menghabiskan waktu bersama-sama. Menurutnya, dia tidak perlu memberi ruang kepada pasangan untuk sekedar menyendiri atau menikmati hobi. Kalaulah itu terjadi, maka yang ada justru cemburu kepada kegiatan pasangan, hobi ataupun teman.
.
Bahayanya, pasangan bisa merasa sangat tercekik, terkekang dan merasa tidak dipercaya. Akibatnya, hubungan malah renggang. Rasa frustrasinya muncul dalam bentuk marah, baper, sampai depresi saat tak mendapat perhatian. Tipe seperti ini cenderung memandang negatif dirinya sendiri. Dia merasa ada yang kurang, merasa lengkap jika ada usaha dari pasangannya.
.
2. Tipe meremehkan dan menghindar
.
Tipe ini biasanya lahir dari orang tua yang super cuek alias ga peduli dengan tumbuh kembang emosional anaknya. Sekedar memberi sandang, pangan dan papan. Ortu sibuk dengan pekerjaan dan kegiatannya sendiri. Orang tua tidak mengalokasikan waktu untuk berbicara dari hati ke hati dengan anak-anaknya. Walhasil, ketika dewasa dan menjalin hubungan (dengan teman atau pasangan) mereka tidak berani memberikan hati sepenuhnya, karena mereka tidak terbiasa.
.
Atau sebaliknya, tipe ini muncul dari didikan orang tua helikopter yang selalu mengontrol setiap keputusan anak-anaknya bahkan hal yang sangat kecil seperti warna kaos kakinya. Karena diperlakukan demikian, ketika sudah dewasa dia membangun sebuah benteng pertahanan agar pengalaman yang sama tidak terulang. Ujungnya dia cenderung menghindar, tidak mau memberi hati sepenuhnya karena ketakutan akan dikontrol oleh pasangan sama seperti saat dia dikontrol oleh orang tuanya.
.
Tipe ini biasanya memandang dirinya sangat mampu. Merasa dibutuhkan. Fokus pada kebahagiaannya dan kebutuhannya. Hanya sedikit peduli atau bahkan tak peduli sama sekali terhadap kebutuhan pasangannya. Tak peduli apakah suami/isteri bahagia bersamanya.
.
3. Tipe takut dan menghindar
.
Tipe ini dibesarkan dalam kondisi toxic. Dia mengalami banyak perlakuan buruk dari orang tua seperti abuse, kekerasan, lingkungan alkoholik dan keluarga yang tidak stabil. Rasa takut menjadi bagian dari dirinya. Jadi dia tumbuh dihantui rasa takut dan khawatir. Ujungnya menjadi pribadi yang juga tak stabil.
.
Menjalin hubungan dengan tipe ketiga ini terkategori sulit. Orang seperti ini banyak memiliki insecurity. Pikiran negatif tentang dirinya dan pasangannya sangat mendominasi. Dia merasa kurang, tak memiliki banyak kelebihan, kemampuan, dan merasa tak layak dicintai. Pada saat yang sama jika pasangannya baik dan perhatian, dia melihatnya dengan kacamata curiga. Dia tak mudah percaya dan susah memberi kepercayaan. Ada keinginan untuk dekat dan membuka hati tapi saat pasangan membalas dengan cinta dia merasa terpenjara. Selanjutnya ingin membebaskan diri dengan berlari menjauhi atau meninggalkan pasangannya. Jika pasangan faham dan mau bersabar inyaAllah bisa diarahkan
.
4. Tipe Dewasa/Aman (secure)
.
Ini tipe dambaan dan ideal. Orang seperti ini dibesarkan oleh orang tua yang balance (seimbang) dari sisi memberi kebebasan memilih tapi juga mengarahkan. Orang tuanya mendisiplinkan tapi juga mencurahkan kasih sayang dengan bahasa cinta yang tepat.
.
Orang seperti ini ada untuk pasangannya. Dia bisa diandalkan, perhatian dan bisa
mendorong orang yang dicintainya menjadi lebih baik. Dia memberi kenyamanan kepada pasangan. Dia menopang pasangan ketika menghadapi rintangan atau sedang kesal. Dia sendiri tak segan mengakui bahwa dia butuh hal yang sama dan tak ragu meminta kepada pasangannya. Ada kejujuran, keterbukaan dan pengertian dalam hubungan mereka.
.
Jika dia berpasangan dengan tipe 1-3 (yang lebih menantang) maka dia mampu membantu pasangannya untuk berevolusi dan mengembangkan kemampuan mereka.
.
Apakah tipe attachment ini bisa berubah? Bisa! Setiap orang berproses dalam kehidupannya. Psikologi orang bisa diarahkan dan dijaga. Ketika dia mau merenung dan mengakui bahwa dia memiliki kekurangan yang harus dia luruskan kemudian berikrar memperbaiki diri (bukannya malah mencari kambing hitam) maka itu adalah langkah pertama dan utama.
.
Pesan bagi para jofisa (jomblo fi sabilillah), carilah calon pasangan yang memiliki kecenderungan tipe ke-4.
.
Bagi yang sudah menikah, silahkan direnungi tipe yang manakah kita? Jika kita merasakan derita dalam pernikahan, bisa jadi tipe attachment-nya yang perlu diubah. Dan mulailah itu dengan mengubah diri kita.
.
London, 7 Januari 2021
.
#Kompaknulis
#OPEy2021bersamaRevowriter
#positifliterasi
#GoresanYumna
#COVID19
Comments