Turning Forty
.
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member Revowriter London)
.
Disclaimer: Ini nasehat untuk diri sendiri. Sekiranya ada kesamaan tokoh dan kejadian. Maka sekedar kebetulan
.
Beberapa hari yang lalu, usiaku masuk kepala empat. Dua hari setelahnya dapat kabar dari WA group kalau suami #BCL-artis ternama- #AshrafSinclair mendadak meninggal. Diduga kena serangan jantung. Di usianya yang ke-40 juga. Meski nggak ngikutin gosip Indonesia namun berita duka itu terpampang di berbagai sosial media. Jadi tahu juga akhirnya.
.
Setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada penciptanya. Inilah bagian dari drama kehidupan. Doaku, semoga Allah ﷻ memberi kesabaran dan kekuatan kepada keluarga yang ditinggalkan. Dan mengkaruniakan ampunan dan surga untuk yang sudah meninggal. اللهمّ امين
.
Entah kenapa. Banyak sekali renungan yang menyedot pikiran gegara masuk dekade ke-4. Ada perasaan nervous, excited, anxious. Hal yang sama aku rasakan saat dulu aku menginjak usia ke-20. Aku punya feeling usia 20-30 tahun akan menjadi usia yang dramatis. Sebagian besar remaja juga mengalaminya Ternyata benar dugaanku. Direntang usia inilah perubahan besar terjadi. Aku lulus menjadi dokter, ibunda tiada, menikah, pindah negara, mulai bekerja, dan menjadi ibu untuk pertama kalinya. Peristiwa besar yang mau tidak mau menuntutku untuk juga berubah, mematangkan diri dan berevolusi. Secara konsep, aku masih punya dasar yang sama yakni Islam. Tapi banyak sekali cara pandangku terhadap orang, pertemanan, kehidupan, harta, tahta, kedudukan, karir dan pekerjaan pelan-pelan berubah. Akhirnya aku bisa melihat benarnya nasehat, ‘we all grow older but only some grow wiser’. Buktinya masih ada juga tua-tua keladi. Makin tua makin menjadi jadi (gak karuan perbuatannya)
.
Akankah di usia 40 tahun ini akan banyak peristiwa yang menjadi batu loncatan seperti usia 20? Aku punya firasat yang sama. Usia 40 ini sangat istimewa karena Allah ﷻ pun menyebutkannya di dalam Al-Quran surah Al-Ahqaaf ayat 15.
.
Allah Ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
.
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
"Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Ahqaf: 15
.
Al-Imam Al-Qurthubi menyatakan bahwa orang yang telah mencapai usia 40 tahun, maka ia telah mengetahui besarnya nikmat yang telah Allah anugerahkan padanya, juga kepada kedua orang tuanya sehingga ia terus mensyukurinya.
.
Ibnu Katsir menyatakan bahwa ketika seseorang berada dalam usia 40 tahun, maka sempurnalah akal, pemahaman dan kelemah lembutannya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:623)
.
Sebagaimana diterangkan oleh Imam Asy-Syaukani rahimahullah, para ulama pakar tafsir menyatakan bahwa tidaklah seorang nabi diutus melainkan mereka telah berusia 40 tahun. (Rumaysho.com)
.
Demikian juga baginda Rasulullah Muhammad ﷺ. Malaikat Jibril turun menyampaikan ayat Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq saat usia beliau 40 tahun (meski ada riwayat lain beliau masih beberapa bulan menjelang usia 40 tahun). Ada yang mungkin bertanya. Kenapa Rasulullah diutus menjadi seorang rasul diusia 40 tahun? Seandainya Muhammad ﷺ diutus menjadi seorang Rasul di usia yang lebih muda, kemungkinan besar beliau akan memiliki waktu yang panjang untuk mendakwahkan Islam. Bisa jadi perluasan Islam akan semakin cepat dan besar.
Wallahu ‘alam.
.
Menurutku pertanyaan ini memang menggelitik tapi sebenarnya tidak akan ada yang mampu menjawabnya kecuali Allah SWT semata. Karena pemilihan usia 40 tahun adalah af’al Allah. Itu murni kehendak Allah. Apa alasan sebenarnya? Maka Allah lah yang harus menjelaskannya. Sepanjang pengetahuanku tidak ada ayat Al Quran yang menjawab dengan jelas dan langsung pertanyaan ini. Namun banyak Ulama terdahulu yang mengira-ira. Kembali lagi ini perkiraan manusia. Jika ingin jawab pastinya, harus mati dulu, masuk surga. Baru nanti di surga tertinggi, saat kita bertemu langsung dengan Allah, saat itulah kita bisa mendapat jawaban yang sesungguhnya. Kalaulah sekarang saat kita hidup di dunia pertanyaan itu terjawab, toh tidak akan merubah fakta. Tidak juga menambah nilai apapun juga. Toh Rasulullah sudah selesai melakukan tugas kenabiannya. Beliau juga sudah menyampaikan semua risalah Allah ﷻ kepada ummatnya. Beliau juga sudah melengkapinya dengan af’al (perbuatan), qaul (ucapan) dan takrirnya (diamnya) ﷺ. Ketiganya kita kenal sebagai Sunnah baginda ﷺ.
.
Bagi kita pengikut Rasulullah mulia ﷺ dan yang sudah memasuki usia 40 tahun. Bisa lah kita bercermin.
.
Sudahkah kita memiliki sedikit saja dari kedewasaan beliau? Kematangan beliau? Kedalaman berfikir beliau? Kemampuan memganalisa beliau? Dedikasi Beliau? Pengorbanan beliau? Memiliki people skills dan non judgemental approach yang beliau miliki?
.
Beberapa hal yang aku simpulkan berkaitan dengan usia 40 ini
.
1. Disinilah titik kritis dari usia seseorang. Seandainya seseorang hanya punya jatah 60 atau 70 tahun, maka lebih dari separuh usianya sudah dia lalui.
.
Rasulullah bersabda, "Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang bisa melampaui umur tersebut". [HR. Ibnu Majah: 4236].
.
Di sinilah persimpangan jalan seseorang. Mau kemana kaki melangkah maka kemungkinan besar di situlah akhir dari perjalanannya. Jika dia memilih belok ke kanan (surga dan kebaikan) maka ada harapan besar dia meninggal saat melakukan kebaikan. Namun jika dia memilih belok ke kiri (maksiyat dan keburukan) maka tak perlu menyalahkan siapa-siapa jika demikian pula akhir dari kehidupannya.
.
.
2. Di usia 40 pula biasanya seseorang mencapai puncak kejayaan. Secara fisik, materi, status pernikahan, keluarga, kematangan emosi, kemampuan berfikir, karakter dan kebiasaan mereka sudah sangat kompeten dan ‘ajeg’. Tak akan banyak perubahan setelah usia 40 tahun. Wajar jika tugas kenabian juga dimulai di usia ini. Namun ironisnya, seperti kita menaiki sebuah gunung, jika sudah ada di puncak maka langkah selanjutnya adalah turun. Apakah prosesnya bakalan mudah, lancar, atau menggelincir cepat dan memasuki liang lahat? Tak ada orang yang tahu. Sebisa mungkin kita harus menyiapkan bekal dan membawa seperlunya supaya tidak menggelinding cepat.
.
.
3. Kemampuan fisik sudah berbeda. Usia empat puluh plus adalah saat dimana kemampuan tubuh tidak seperti saat muda. Metabolisme semakin melambat. Banyak lemak berkeliaran di pembuluh darah. Kebutuhan olah raga semakin bertambah. Sakit pinggang, sakit gigi, sakit kepala menjadi langganan. Seolah menjadi pengingat bahwa mesin tubuh sudah mulai karatan. Allah sudah memberi sedemikian panjang waktu muda untuk berbuat. Ada yang mengisinya dengan maksiyat. Ada yang justru rajin belajar agama bahkan menjadi pengemban dakwahnya. Inilah saatnya membelakangi dunia dan menghadapi akherat. Tak ada kata terlambat. Mulailah membuat persiapan bekal menghadap Rabb kita. Dulu saat muda mampu melakukan puluhan aktivitas tanpa lelah. Kini tubuh tak lagi bekerja sama. Sebelum tubuh benar-benar kadaluwarsa, carilah aktivitas yang berpahala besar, berefek luas dan prioritaskan sesuai porsinya.
.
.
4. Lingkaran teman harus juga diperhatikan. Seiring bertambahnya usia maka lingkaran teman akan semakin mengecil. Kalau dulu saat muda kita perlu teman dengan jumlah yang banyak. Kini kita hanya perlu teman yang benar-benar setia. Teman yang menambah cakrawala. Menambah nilai dan tidak hanya untuk berhaha hihi. Kelilingi diri kita dengan teman yang mau dan mampu mengingatkan dan membawa kita ke surga.
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
.
"Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.’" (HR. Bukhari, no. 6170; Muslim, no. 2640)
Untuk memfasilitasi hal ini, Allah Ta’ala memberikan keutaamaan kepada seseorang untuk memberikan syafaat kepada sahabatnya yang lain, agar mereka bisa sama-sama masuk surga dan berkumpul kembali.
.
Hasan Al- Bashri berkata,
استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة
يوم القيامة
.
Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari klamat.
.
.
5. Inilah saatnya memikirkan apa yang bisa kita tinggalkan setelah kematian. Bukan ... Bukan tentang banyaknya harta. Atau viralnya peristiwa. Bukan pula ketenaran yang menyesatkan. Tapi perlu kiranya memikirkan amalan yang pahalanya akan selalu mengalir. Saatnya memikirkan perbuatan apa yang bisa mendatangkan pahala berlipat hingga akhir zaman. Ikuti saja contoh baginda ﷺ. Pasti akan faham.
.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ : إِلا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
.
"Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya." (HR. Muslim, no. 1631)
.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
"Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah:
1. Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan.
2. Anak shalih yang ia tinggalkan.
3. Mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan.
4. Masjid yang ia bangun.
5. Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun
6. Sungai yang ia alirkan.
7. Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup.
Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati." (HR. Ibnu Majah, no. 242; Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dihasankan oleh Al-Mundziri. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
.
Semoga Allah ﷻ melimpahkan barakah di sisa usia kita semua.
Semoga kita mampu meninggalkan legacy (warisan) yang bermanfaat bagi dunia yang kita tinggalkan dan bernilai pahala untuk akhirat kita.
اللهمّ امين يا ربّ العالمين
.
London, 19 Februari 2020
.
#Renungan
#GoresanYumna
#KisahDariInggris
#bclsinclair
Comments