Skip to main content

Ramadan & Perencanaan

#Milad8Revowriter

#RamadhanBersamaPelitaRevowriter

#PelitaRevowriter

#challengeday12

#Post5

#RamadanDay3

.

Ramadan dan Perencanaan

.

Oleh: Yumna Umm Nusaybah

(Member of Revowriter London)

.

Pepatah Inggris bilang, “By failing to prepare, you are preparing to fail”

.

Jika gagal merencanakan maka anda merencanakan untuk gagal. Sudah banyak postinganku yang isinya tentang pentingnya berencana, apa saja yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Kenapa? Karena ternyata sodara sodara, aku adalah pengidap penyakit kronis prokrastinasi alias menunda nunda aka last minute dot com. Berencana secara efektif dan efisen bukanlah kelebihanku. Justru yang sering kali terjadi adalah melakukan sesuatu berdasar pada mood saja. Modal semangat dan modal niat yang menggebu. Akhirnya aku memaksakan diri membaca dan mendengar tentang pentingnya berencana, bagaimana cara menyusun sebuah rencana, bagaimana memiliki Efektifitas dalam perencanaan dan hal yang bikin mumet lainnya. Dengan ‘approachku’ yang sering tak berencana, wajar kalau akhirnya aku merasa seperti membawa beban segedhe gunung. Karena rencana identik dengan menghitung kekuatan kita dan beban yang bisa kita tangggung. Ditambah budaya Jawa yang kesulitan untuk bilang ‘tidak’ atas pemintaan orang, wajar jika kadang aku merasa terkungkung dengan banyak beban dan pekerjaan yang justru membuatku benar-benar tak punya semangat mengerjakan apa-apa.

.

Dari pengalaman pribadi akhirnya aku memunculkan teori (nggak perlu di cari research papernya deh!) bahwa jenis manusia itu ada dua. 

.

1. Tipe pertama. 

.

Adalah orang yang cenderung ‘plan ahead’ alias merencanakan sesuatu jauh jauh hari. Mereka memberi perhatian kepada hal-hal kecil. Menyiapkan segala sesuatunya, Rencana pun harus sedetail mungkin. Menurut jenis orang seperti ini, merencanakan sesuatu (entah itu dengan menuliskannya di kertas atau sekedar Notes Hp) akan mengurangi rasa khawatir, anxious dan nervous. They’d like to know what to expect. Dalam benak mereka biasanya sudah ada plan A dan plan B bahkan plan C. Mereka akan memainkan berbagai skenario sehingga perencanaan mereka menjadi sangat matang. Mereka akan menghitung langkah dengan teliti. Tak hanya untuk rencana hidup, karir, pendidikan dan pernikahan, bahkan rencana masak harian, belanja, urusan rumah, anak termasuk jadwal bersih-bersih. Semua tertata rapi, ada jadwalnya dan ada time frame-nya. Mereka jarang banget mengerjakan sesuatu berdasarkan mood. Mungkin pernah tapi itu bukan ‘default mode’ mereka. Kekurangan tipe ini menurutku, mereka sering merasa tak nyaman jika ada ‘kejutan’ entah itu kejutan hidup (cobaan/ musibah/ berita gembira) atau kejutan berupa keadaan yang melenceng dari perencanaan mereka. Susah move on gitu loh. Cenderung keras kepala dan susah adaptasi karena bagi mereka rencana harus berjalan sesuai hitungan mereka. Cenderung menyalahkan diri sendiri. Bisa jadi menghukum diri dengan mengata-ngatai diri sendiri bahwa dia bukan orang yang mampu, dan sejenisnya. Walhasil, ini bisa berefek pada rasa PeDe mereka. Lingkaran setan pun dimulai, karena semakin dia merasa gagal semakin dia tak mau keluar dari zona aman-nya. Ujungnya semakin menyesali diri, merasa terkungkung dalam ketidakmampuan. 

.

2. Tipe kedua

.

Adalah jenis orang yang lebih fokus ke ‘bigger picture’. Mereka menginginkan hal yang besar namun tak suka dengan perencanaan detail. Rencana justru membebani. Mereka mungkin akan membuat rencana, hanya saja tidak akan sedetail tipe pertama. Mereka justru lebih suka dan merasa excited dengan adventure along the way. Tipe ini suka trial and error. Mereka tak takut tantangan. Perencanaan tidak penting. Yang penting enjoy dengan yang dilakukan. Mereka mengerjakan banyak hal berdasar pada mood. Kalaulah di dasari pemikiran maka gelombang naik turunnya sangat terasa dan kelihatan. Nggak ‘ajeg’. Mereka suka mencoba hal baru karena itu yang membuat mereka merasa berbunga bunga. Sayangnya tipe ini akan sering mengalami kegagalan karena persiapan yang tak matang. Hal-hal kecil yang bisa dihindari bisa menjadi penyebab sebuah kegagalan. Namun biasanya mereka akan ‘bounce back’ alias keluar dari rasa bersalah. Bagi mereka, kesalahan adalah hal yang wajar dan normal. Maklumlah, tak ada perencanaan yang matang jadi energi mereka tak banyak terpakai sebelum melakukan sebuah perbuatan. Ketika gagal, mereka pun tidak berlarut larut memaki diri dan sedih dengan hasilnya. 

.

Terus yang benar yang mana?

.

Yang benar adalah yang dicontohkan baginda Rasulullah ﷺ. Beliau merencakan sesuatu dengan matang tapi di iringi Tawakkal. Coba tengok sirah perjalanan beliau meninggalkan makkah menuju Madinah. Kisah itu sarat sekali dengan contoh praktis perencanaan matang seorang manusia yang juga seorang Rasul. Beliau tidak akan menyalahkan diri sendiri jika gagal karena hasil di tangan Yang Maha Rahman. Beliau pun mengingatkan Sayyidina Abu Bakr As siddiq untuk meyakini Allah سبحانه و تعالى akan melindungi. Beliau berencana details tapi tak takut akan kejutan. Beliau bersedia keluar dari zona nyaman demi tujuan mulia menegakkan Diin-Nya. Beliau tak melakukan sesuatu berdasar pada mood saja, namun beliau selalu menyertakan akhlak dan menghadirkan Allah سبحانه و تعالى dalam setiap langkah.

.

So .... tipe manakah anda? Dan bagaimana dengan Ramadan dan perencanaannya? 

.

Tulisan berikutnya InsyaAllah tentang perencanaanku Ramadan tahun ini. 

.

London, 27 April 2020

Ditulis di Ramadan hari keempat namun postingan ketiga


.

#GoresanYumna

#Revowriter

#KompakNulis

#GeMesDa

#Covid19

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam