Skip to main content

Memahami Emosi Pasangan

#RisalahPernikahan

Oleh: Yumna Umm Nusaybah

(Member Revowriter, London)

.

Si A curhat tentang suaminya, “Suamiku sekarang sedikit berubah mbak. Kalau dulu awal awal kita sering leyeh-leyeh di sofa bareng-bareng. Sekarang dia hampir nggak punya waktu. Sibuk sama kerjaannya. Kadang sibuk sama HPnya. Lebih suka berdua dengan HP nya daripada berduaan dengan saya.”

.

Si B menjawab, “Wah sampe segitunya ya mbak? Sampeyan sudah pernah ngecek apa yang dia lihat di HP nya? Temanku pernah dapat kasus yang sama, ternyata suaminya punya selingkuhan mbak!”

.

Grubyak! Glodhak!

.

Kalau punya teman kayak si B. Tenggelamkan aja ke laut (ikut ikutan Bu Susi). Eh...Bukannya mengajak berfikir obyektif, positif dan optimis, malah menanam ‘benih’ kehancuran dan kegalauan. 

.

Sebaliknya, jadilah teman yang menyejukkan. Bukan teman yang justru bikin gerah. Kalau rumah tangga gaduh gara-gara benih yang kita tanam maka suatu saat Allah ﷻ akan meminta pertanggung jawaban. 

.

Bukankah itu kerjaan para syaitan. Menggoda yang belum menikah untuk pacaran. Membuat yang sudah menikah dan halal menjadi berantakan. Lalu Kenapa mau menjadi kaki tangan syaitan? Amal baik yang susah susah dikumpulkan, harus menjadi tebusan dari lidah yang tidak terjaga. 

.

Jadi yang sering ngerumpikan suami apalagi ngasih komen negatif tentang suami orang. Tolong HENTIKAN. Rekatkan yang sedang renggang. Kuatkan yang sedang bimbang. Rangkul yang sedang berjuang. Support mereka dengan pikiran positif hingga akhirnya bisa menemukan jalan keluar.

.

Bagi akhwatifillah yang sedang di uji oleh Allah ﷻ dengan pasangan. Bersabarlah. Mungkin ini jalan ke surga. Kuatkan hubungan kita dengan Allah. Semangati diri dengan contoh mulia panutan kita. Ibunda Khadijah bint Khuwailid Radhiyallahu ‘anha. 

.

Ibunda Khadijah RA adalah tempat bersandar Rasulullah secara emosional dan spiritual. Beliau RA tidak pernah berfikir negatif tentang suaminya meskipun kadang Rasulullah ﷺ meragukan diri beliau sendiri. Saat beliau ﷺ menerima wahyu pertama. Apa yang terbersit dalam benak baginda? Bahwa beliau telah kerasukan. Pasti ini kerjaan makhluk ghaib. Tapi apa respon Ibunda Khadijah Radhiyallahu ‘anha?

.

Dari Imam Ahmad, Rasulullah ﷺ pernah mengatakan kepada Khadijah:

.

‎إِنِّي أَرَى ضَوْءًا، وَأَسْمَعُ صَوْتًا، وَإِنِّي أَخْشَى أَنْ يَكُونَ بِي جَنَنٌ”. قَالَتْ: لَمْ يَكُنِ اللهُ لِيَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ يَا ابْنَ عَبْدِ اللهِ. ثُمَّ أَتَتْ ورقة بن نوفل، فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لَهُ، فَقَالَ: إِنْ يَكُ صَادِقًا، فَإِنَّ هَذَا نَامُوسٌ مِثْلُ نَامُوسِ مُوسَى، فَإِنْ بُعِثَ وَأَنَا حَيُّ، فَسَأُعَزِّرُهُ، وَأَنْصُرُهُ، وَأُومِنُ بِهِ

.

“Sungguh aku melihat suatu cahaya. Aku mendengar suara. Aku takut kalau aku gila.” Khadijah menjawab, “Tidak mungkin Allah akan membuatmu demikian wahai putra Abdullah.” Kemudian Khadijah menemui Waraqah bin Naufal. Ia ceritakan keadaan tersebut padanya. “Jika benar, maka itu adalah Namus seperti Namusnya Musa. Sekiranya saat dia diutus dan aku masih hidup, aku akan melindunginya, menolongnya, dan beriman kepadanya,” kata Waraqah. (HR. Ahmad 2846).

.

Perhatikan cara Khadijah RA merespon curhatan suaminya ﷺ 

.

1. Beliau memakai afirmasi positif. Sayyidah Khadijah mengingatkan dan mendaftar kualitas baik Rasulullah ﷺ. Bahwa beliau adalah orang yang suka menyantuni anak yatim, menyambung silaturahmi dan selalu siap membantu orang yang membutuhkan. Ungkapan ini menjadi amunisi yang menguatkan kembali mental Rasulullah ﷺ 

.

2. Sayyidah Khadijah RA tidak mencerca dengan jutaan pertanyaan sekembalinya Rasulullah ﷺ dari gua Hira. Beliau melakukan apa yang Rasulullah minta. Menyelimuti suaminya ﷺ. Setelah Rasulullah tenang, dan menceritakan apa yang yang terjadi, Khadijah mendengarkan dengan seksama. Tanpa menyela maupun mengecilkan perkara. 

.

3. Setelah mengetahui bahwa apa yang dihadapi suaminya ﷺ adalah perkara yang tidak mampu mereka pecahkan, Khadijah RA mengusulkan untuk meminta bantuan. Pergilah mereka berdua ke paman Khadijah RA, Waraqah bin Naufal. Sikap suportif, sigap dan bijak itulah yang menjadikan Rasulullah ﷺ sangat mencintai ibunda Khadijah RA. Sampai sampai Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan,


‎كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا ذَكَرَ خَدِيجَةَ أَثْنَى عَلَيْهَا فَأَحْسَنَ الثَّنَاءَ – قَالَتْ – فَغِرْتُ يَوْماً فَقُلْتُ مَا أَكْثَرَ مَا تَذْكُرُهَا حَمْرَاءَ الشِّدْقِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهَا خَيْراً مِنْهَا. قَالَ « مَا أَبْدَلَنِى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْراً مِنْهَا قَدْ آمَنَتْ بِى إِذْ كَفَرَ بِى النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِى إِذْ كَذَّبَنِى النَّاسُ وَوَاسَتْنِى بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِى النَّاسُ وَرَزَقَنِى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا إِذْ حَرَمَنِى أَوْلاَدَ النِّسَاءِ »


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menceritakan Khadijah pasti ia selalu menyanjungnya dengan sanjungan yang indah. Aisyah berkata, “Pada suatu hari aku cemburu.” Ia berkata, “Terlalu sering engkau menyebut-nyebutnya, ia seorang wanita yang sudah tua. Padahal Allah telah menggantikannya buatmu dengan wanita yang lebih baik darinya.”


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menyampaikan, “Allah tidak menggantikannya dengan seorang wanita pun yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya tidak membantuku, dan Allah telah menganugerahkan darinya anak-anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain.” 


(HR. Ahmad, 6:117. Syaikh Syuaib Al-Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih.)

.

Pelajaran bagi kita

.

1. Kenali dan baca emosi pasangan kita. Butuh waktu dan intensitas interaksi untuk bisa memahaminya. Karenanya, luangkan waktu hanya berdua saja. Mungkin saat anak-anak bersama kakek neneknya, atau saat mereka sekolah dan suami sengaja mengambil satu Jam dari jadwal padatnya untuk makan siang untuk bisa bersama istri tercinta. 

.

2. Berilah pasangan kita ruang untuk berkembang. Jangan jadi pasangan yang terlalu bergantung (clingy). Dengan begini, tidak ada pihak yang identitasnya hilang sebagai ‘orang’. Kita ada bukan karena pasangan kita. Kita ada karena Allah ﷻ menginginkan kita menghamba kepadaNya.

.

3. Luangkan waktu untuk diri kita sendiri. Lakukan apa yang membuat kita bahagia. Bisa jadi itu menjahit, olahraga, menulis, membaca. Apapun itu asal halal. Ingat! Bukanlah tanggung jawab pasangan kita untuk membuat kita bahagia. Diri kita sendirilah yang bertanggung jawab mencarinya.

.

4. Menuntut hak sangatlah mudah. Namun menunaikan kewajiban selalu lebih sulit. Jika masing masing fokus menunaikan kewajiban dan tanggung jawab. Maka hak pasangan akan terpenuhi. Jika sang isteri merasa terlalu banyak memberi. Maka sekali sekali bolehlah meminta. Tapi jelaskan duduk permasalahannya. Jangan sampai penjelasan di iringi dengan piring terbang dan suara yang memekakkan telinga. Yang penting jangan diam seribu bahasa. Pilih waktu yang cocok untuk berbincang. Tunggu agar masing masing sudah tenang dan melunak.

.

Ingatlah bahwa dinamika masing masing rumah tangga berbeda. Tidak akan pernah bisa di bandingkan pun di impikan. 

.

Karenanya, bandingkan saja kondisi kita sendiri. Tengok keadaan,kematangan, kekurangan kita dua, tiga tahun yang lalu. Apakah sekarang lebih baik atau masih jalan di tempat. 

.

‎مَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ خَيۡرًا مِنۡ اَمۡسِهِ فَهُوَ رَابِحُ. وَمَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ مثل اَمۡسه فهو مَغۡبُون. ومَن كان يومه شَرًّا مِنۡ امسه فهو مَلۡعُون

.

“Barang siapa hari ini lebih baik dari kemarin, maka ia beruntung. Barang siapa hari ini sama seperti kemarin, maka ia merugi. Barang siapa hari ini lebih buruk dari kemarin, ia celaka.”

.


London, 16 Desember 2019


#Revowriter

#KajianIslam

#RenunganDiri

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam