Skip to main content

Tragedi Malam Itu

Tugas kelas intermediate Kulwap Revowriter bersama cikgu Asri Supatmiati


#PR4kelasruh

#Kelasintermediate

#Revowriter


**************


Tragedi Malam Itu


Oleh Yumna Umm Nusaybah


********

BEFORE

********


2 pasien meninggal dalam semalam.....yup! itulah headline ku pas jaga malam kemarin.....kebetulan salah satunya adalah pasienku. FYI, karena bangsalku dihuni oleh para kaum Lansia.....tak jarang jika ada beberapa keluarga pasien yang terminally-ill setuju untuk tidak meneruskan perawatan jika pasien kena cardiac arrest atau jantung berhenti berdenyut. secara hukum, kami staff kesehatan harus semaksimal mungkin mengupayakan agar pasien kembali 'hidup' dengan obat, pijat jantung, nafas tambahan, dll.....tapi untuk pasien yang sudah sangat tua, sangat sakit dan hidup justru lebih 'menderita' bagi mereka dari pada kematian, then the doctors and the family kind of agree not to resucitate the patients...


nah kebetulan kemarin pas handover (alih tugas) aku pas bertugas di bangsal wanita, ada satu pasien bernama Mrs JH yang kelihatan sangat pucat...semula dia baik baik saja..selang beberapa menit dia mengeluh 'a bit giddy', terasa capek, dan sangat lemas....aku berusaha kasih dia minum dan mengontak senior member of staff..akhirnya dokter jaga malam itu dikontak, dia melalui segala macam pemeriksaan darah, EKG, dll..2 kanula terpasang dikedua tangannya.....sejam kemudian dia sudah delirium, gak respon saat aku tanya, vital sign juga sangat jelek....kita kasih oksigen full 15 liter.....tetep aja saturasi oksigen rendah....tepat jam 10 malam, aku coba cek vital sign-nya again...saat itu aku lihat nafasnya mulai tersengal sengal, satu persatu.....I had a bad feeling that she would get cardiac arrest....aku buru3 panggil nurse in charge.....dia datang dan kami berdiri disebelah pasien sekitar 2 menit sambil mengawasi pasien...tak lama setelah itu benar sekali dugaanku, pasien berhenti bernafas!!!! akhirnya kami harus kontak emergency team.....pompa jantung dan segala peralatan sudah siap...aku bagian ngasih nafas tambahan dengan ambu bag, jantung sempet kembali berdetak, tapi tensi sangat rendah, ternyata level Hb (haemoglobin) Mrs JH hanya 5 !!! wajar kalau dia pucat dan susah nafas........setengah jam kemudian the doctor pronounced her dead! hanya 2 jam dari waktu aku lihat dia mulai unsettled sampai ajal menjemputnya.....satu jam kemudian keluarganya datang, melihat sang mayat sebentar, then pulang kembali ke rumah...what????


********

AFTER

********


Dua orang pasien menghembuskan nafas terakhirnya di depan mataku. 

.

Jam 8 malam, aku memulai tugas jaga. Suasana sunyi terpecahkan oleh langkah langkah pembesuk meninggalkan bangsal wanita yang mayoritas dihuni oleh kaum lansia.

.

Seusai meletakkan barang bawaanku di loker staf, menyimpan makan malamku di kulkas, dan memakai seragam dinas, aku bergegas menuju ruang handover (alih tugas). Usai diskusi kondisi seluruh pasien disetiap bangsal, staf jaga siang melakukan bedside handover (alih tugas dengan melihat langsung pasien). Sampailah aku di dekat pasien berinisial JH. Di atas tempat tidur otomatis dengan berselimut kain berwarna putih, Mrs JH nampak pucat pasi tak bertenaga. Diawal kami menyapa, Mrs JH masih merespon dengan jelas meski terdengar lelah dan tak berdaya. Kami diberi tugas khusus untuk mengecek kondisinya tiap jam. Baru saja kami beranjak menuju pasien berikutnya, Mrs JH mulai mengeluh 'a bit giddy' (gemetar serasa mau pingsan), capek, dan sangat lemas. 

.

Secepatnya aku sambar air putih di meja dekat tempat tidurnya. Aku posisikan Mrs JH setengah duduk sambil menyokong punggungnya. Dia berhasil menelan air minum itu meski sambil terengah-engah. Kernyitan di mata Mrs JH dan desahan tak nyaman menandakan dia sedang kesakitan. Seketika itu juga, dokter jaga kami kontak. Sembari menunggu, segala macam pemeriksaan dilakukan. Mulai dari mengukur tekanan darah, saturasi oksigen, denyut nadi, irama pernafasan, cek darah lengkap, dan EKG. Para staf jaga dengan sigap dan tangkas memasang dua saluran infus (cannula) di kedua tangan pasien supaya ada akses langsung ke intravena sekiranya nanti dibutuhkan.


Detik berganti menit, menit berganti jam. Selang satu jam, Mrs JH sudah mulai kehilangan kesadarannya. Dia tidak lagi merespon panggilanku. Suara rintihan itu mulai melemah. Tekanan darah semakin menurun dan saturasi oksigen ada pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Kadar oksigen kita naikkan ke dosis maksimal 15 liter. Tetap tidak ada hasil yang signifikan. Kini nafasnya mulai tersengal sengal. Satu persatu dia mencoba menghela nafas. Perasaanku tidak enak. Cemas dan resah. Bagaimana jika jantungnya berhenti berdetak (cardiac arrest)? Padahal pasien ini bukan pasien DNR (Do Not Resuscitate). Artinya, jika ada pasien yang belum menandatangani formulir DNR ini berarti tim medis secara hukum wajib mengupayakan pijat jantung (resusitasi) semaksimal mungkin. 


Benar dugaanku. Pasien tiba-tiba berhenti bernafas. Jantungku berdebar kencang. Meskipun semua staf sudah di training menghadapi situasi seperti ini, tetap saja aku panik dan bingung. Secepat mungkin tombol oranye di dinding dekat pembaringan pasien aku tarik untuk menandai bahwa ada kegawat daruratan di bangsal kami. Tempat tidur di buat lurus dan serendah mungkin. Bantal dan selimut di singkirkan. Nomer gawat darurat internal rumah sakit langsung dihubungi. Dengan komando nurse in charge, pompa jantung dan nafas tambahan dimulai. Dalam waktu lima menit tim fast response berdatangan. Mereka mengambil alih perawatan pasien. Denyut jantung yang terhenti sempat kembali muncul, namun tekanan darahnya sangat rendah. Seluruh tim medis yang berjumlah tidak kurang dari enam orang mengelilingi pembaringan Mrs JH. Mereka saling bergantian memberi pijat jantung dan memegang ambu bag yang menyuplai oksigen ke paru-paru Mrs JH. Tanpa putus asa para dokter dan perawat terus mencoba. Lebih dari 30 menit upaya pijat jantung tidak ada hasil. Malaikat maut menunaikan titah dari Rabbnya. Allah ï·» berkehendak untuk memanggil makhluk ciptaanNya. Mrs JH dinyatakan meninggal setelah dua jam bertarung meregang nyawa. 


London, 23 April 2019


PS: Tulisan ‘before’ ada di blog-ku. Tertulis di tahun 2008

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam