Skip to main content

Anak Disiplin?? yoi jack!

13 Jurus Mendisiplinkan Anak Kata “Nggak mau!” , pura-pura tidak mendengar, atau bahkan malah melawan sering terjadi setiap kali kita sebagai orang tua meminta anak untuk mendengar dan menuruti apa yang kita katakan. Kalau anak menolak dengan berbagai cara seperti diatas, tentu kita jadi mulai tidak sabar, kesal bahkan kemudian marah. Bagaimana tidak, jika hal-hal yang dilakukan anak dapat membahayakan keselamatannya, tentu kita akan terus menerus mendengungkan kata “Jangan lari ke jalan”, “ Ayo sikat gigi dulu” dan lain sebagainya. Yang kita inginkan tentu anak segera menurut /mematuhi apa yang kita katakan.
Lalu bagaimana cara supaya anak mau menuruti tanpa melawan, tanpa mengeluarkan air mata, tanpa harus berteriak marah atau bahkan tanpa harus menjewer atau memukul anak? Jan Faull memberi 13 teknik agar anak dengan senang hati menurut kepada orang tua.
Dengan teknik ini orang tua dapat memanage perilaku anak baik di rumah maupun di luar rumah.
Mendisiplinkan anak dengan cara yang baik akan menumbuhkan rasa hormat, rasa sanggup dalam diri anak karena mereka mengasah bagaimana memanage diri mereka sendiri. Mereka bangga pada diri mereka jika mereka dengan senang hati menyetujui apa yang kita inginkan dibanding jika mereka diteriaki atau dipaksa untuk mau taat pada orangtua.DI DALAM RUMAH
1. Mulailah sedini mungkin
Anak dibawah umur lima tahun biasanya lebih cepat belajar tentang rutinitas dan disiplin termasuk menerima kebiasaan-kebiasaan. Untuk itu semakin dini kita mngajari mereka tentang disiplin maka semakin mudah bagi mereka untuk mau menerima dan melakukannya
2. Melihat pada kebaikan
Lihatlah selalu sisi baik dan benar dari apa yang anak lakukan, pun jika itu belum sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kemudian minta atau arahkan mereka untuk melakukan apa yang kita inginkan. “ Wah, pintar ya anak ibu baca buku sendiri. Nah sekarang, mau kan bantu ibu menyusun buku-buku ini ke rak buku?”
3. Mengarahkan anak
Jauhkan anak dari kebiasaan buruk dengan kebiasaan yang baik. Jika anak misalnya ingin menyentuh sesuatu yang panas, maa tunjukkan mereka benda apa yang dapat mereka sentuh. Atau jika anak suka loncat-loncat di sofa, maka kita tunjukkan dimana sebaiknya mereka boleh berloncat-loncat.
4. Jauhkan anak dari objek-objek yang dilarang
Jika anak-anak mulai menggambar di dinding, maka ambil crayon/alat gambar mereka. Di lain waktu, tunjukkan bagaimana dan dimana mereka dapat menggunakan crayonatau alat tulis mereka dengan benar.
5. Buatlah agar anak mengontrol dirinya
Jika kita ingin anak ingin turun dari meja makan yang dinaikinya, maka kita bisa katakan, “ Bapak tidak mengijinkan kamu duduk diatas meja. Sekarang kamu mau turun sendiri atau mau Bapak bantu turunkan?” Dengan demikian orang tua menyediakan pilihan-pilihan bagi anak meskipun pada intinya tetap supaya mereka turun dari atas meja.DI LUAR RUMAH
6. Persiapkan Anak pada Situasi di Luar Rumah
Sebelum membawa anak ke lingkungan yang baru (di luar rumah) seperti bepergian dengan kendaraan berkunjung ke rumah sanak keluarga, kita perlu memberi beberapa gambaran tentang kunjungan itu kepada anak dan sebutkan apa yang kita harapkan dari anak selama di sana. “ Nak, selama perjalanan nanti kamu bisa duduk sama Bapak dan lihat sapid an kambing di luar jendela.” “ Kalau sudah sampai nanti, beri salam sama Pak De, tidak lari-larian dan kamu boleh menyanyi untuk Pak De”
7. Bantu anak untuk melihat situasi ke depan
Anak-anak biasanya tidak melihat apa situasi berikutnya, mereka asyik berada pada situasi yang saat itu ada. Untuk itu kita perlu memberi mereka peringatan tiap lima menit tentang apa situasi berikutnya. “ Nak, kamu sudah cukup main sama temanmu hari ini. Lima menit lagi kita ke mobil, Bapak isi bensin sebentar di pom bensin, setelah itu kita ke toko untuk berbelanja.” Jika setelah lima menit, anak berkeras tetap mau bermain dengan temannya, kita bisa jemput dan dudukan di mobil seperti yang kita telah kita sepakati dengan mereka.
8. Jauhi Anak dari berbagai titik gangguan
Jika kita sedang berada di took dan anak mulai membuat masalah, kita bisa membawa anak pulang dan titipkan pada tetangga atau saudara. Selama sebulan tidak ke toko akan bisa memutus lingkaran negatif (ulah anak) dan memberi kesempatan bagi kita dan anak untuk memulainya lagi dengan situasi baru.
9. Alihkan Perhatian Anak
Ketika anak marah dan sudah tidak bisa dikontrol lagi, misalnya kita sedang berada di restoran dsb, alihkan perhatian anak dengan membawa keluar dari tempat tersebut. Tinggalah besama anak sampai mereka tenang, kemudian lanjutkan kegiatan yang kita lakukan tadi bersama anak.Selanjutnya bagaimana menyikapi anak-anak dengan kegiatan-kegiatan rutin seperti saat-saat memakai baju, menggosok gigi, pergi kesekolah, membersihkan mainan, atau pergi tidur.
10. Arahkan mereka pada setiap langkah
Perhatikan berapa banyak langkah-langkah yang akan dilakukan anak. Misalnya untuk pergi ke luar rumah paling tidak harus melalui langkah-langkah: memakai sepatu, ke kamar mandi, bawa tas mereka, dan memakai mantel/jaket. Nah, kita bisa mulai membimbing anak melakukan langkah-langkah tersebut sebagai rutinitas harian. Kemudian nantinya kita tinggal mengawasi anak melakukan langkah-langkah tersebut sendiri.
11. Terlalu sering mengingatkan
Anak-anak biasanya berpikir bahwa tugas orangtua adalah mengingatkan mereka tentang apa yang harus mereka lakukan dari satu segmen ke segmen berikutnya. Untuk menghidari terlalu berlebihan dalam mengingatkan anak, ada baiknya meringkas sesederhana mungkin kalimat pengingat untuk mereka. Misalnya anak suka lupa BAB di WC , maka sebut saja “ waktunya ke WC..” satu- dua kata saja sudah cukup untuk mengingatkan mereka.
12. Menjelaskan dan Mendemonstrasikan
Jelaskan kepada anak mengapa dan apa yang kita lakukan dan kita ingin mereka lakukan juga. Misalnya menggosok gigi, tunjukkan bagaimana cara kita menggosok gigi dan megapa kita dan mereka harus menggosok gigi.
13. Berikan perintah yang jelas
Jangan memberi perintah yang tidak jelas, seperti “ bersihkan kamarmu” kita harus lebih spesifik mengatakannya dengan,” Nak, taruh balok mainanmu di kontainernya, juga bonekamu di tempat tidurnya” lebih jelas kita menyebutkan perintah, maka akan lebiih mudah bagi anak-anak untuk mengerjakannya.Ke tiga belas jurus tersebut tentu tidak serta merta akan berhasil diterapkan pada setiap anak. Akan tetapi kita telah berupaya melakukan hal yang terbaik sehingga posisi kita tidak mutlak superior meskipun terhadap anak kita. Hal yang utama dan terutama adalah juga senantiasa berdoa dan mendoakan supaya kita diberi kesabaran dalam mendidik dan merawat anak-anak kita, sehingga mereka dapat berperilaku seperti yang diharapkan.Sumber :

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam