Suatu ketika, seorang alim diundang berburu. Sang alim hanya dipinjami kuda yang lambat oleh tuan rumah. Tak lama kemudian, hujan pun turun dengan derasnya. Semua kuda dipacu dengan cepatnya agar segera kembali ke rumah. Tapi kuda sang alim berjalan lambat. Sang alim kemudian melepas bajunya, melipat dan menyimpannya, lalu membawa kudanya ke rumah. Setelah hujan berhenti, dipakainya kembali bajunya. Semua orang takjub melihat bajunya yang kering, sementara baju mereka semuanya basah, padahal kuda yang mereka tunggangi lebih cepat.
"itu berkat kuda yang kau pinjamkan padaku", ujar sang alim ringan.
Keesokan harinya, cuaca masih mendung. Sang alim dipinjami kuda yang cepat, sementara tuan rumah menunggangi kuda yang lambat. Tak lama kemudian hujan turun kembali dengan deras. Kuda tuan rumah berjalan lambat, sehingga tuan rumah lebih basah dari kemarin. Sementara itu, sang alim melakukan hal yang sama dengn hari sebelumnya.
Sampai di rumah, baju sang alim tetap kering. "Itu semua salahmu", teriak tuan rumah. "Kamu membiarkan aku mengendarai kuda yang brengsek itu !"
"Masalahnya, kamu berorientasi pada kuda, bukan pada baju", jawab sang alim ringan sambil berlalu meninggalkan tuan rumah.
====
Dalam perjalanan hidup, kadangkala kita mengalami kesalahan orientasi seperti tuan rumah dalam cerita diatas. Kita menginginkan sesuatu namun orientasi kita melenceng terhadap sesuatu yang kita inginkan, sambil terus berharap mendapatkan sesuatu dari yang kita inginkan. Tentu saja hal itu tak mungkin terjadi.
Sabda Rasulullah, "Barangsiapa yang beramal dengan amalan akhirat, tetapi orientasinya mendapatkan kemewahan duania, maka tak ada baginya bagian di akhirat." (HR. Ahmad)
Mengapa ? Karena pikiran - secara sadar atau tidak - akan menggerakkan seluruh energi tubuh untuk mendapatkan kepuasan duniawi, bahkan dengan menghalalkan segala cara.
Oleh karena itu, jika Anda ingin sukses dan berhasil, milikilah orientasi kesuksesan yang sesuai dengan misi keberadaan anda di dunia ini.
Anda adalah apa yang anda pikirkan. Ketika Anda memandang bahwa Anda adalah orang yang sukses dan bahagia, maka orientasi tersebut akan mengantarkan anda pada kebahagiaan. Sebaliknya, ketika Anda memandang kegagalan dan kesedihan sebagai nasib Anda, maka hal itulah yang akan terjadi pada diri Anda.
"Aku selalu mengikuti sangka hambaKu. Aku selalu bersamanya selama ia ingat padaKu" (HR Bukhari Muslim)
Namun jika kita ingin kesuksesan sejati, Anda perlu mengisi orientasi Anda dengan kesuksesan bersama Allah. Seperti dalam firmanNya: "Dan darimana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu (orientasimu) ke arah Masjidil Haram (Allah). Sesungguhnya ketentuan itu benar2 ketentuan yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. " (QS. Al Baqarah 149)
Dengan berorientasi pada Allah, kita akan memiliki energi yang besar untuk membuat karya hebat dan luar biasa.
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main2 dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat lebih baik bagi orang2 yang bertkwa." (QS. Al An'aam : 32)
Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1 ...
Comments