Skip to main content

5 Macam Tipe Ibu


#CeritaCoronaDariInggris
#selfdistancing
#DiariCoronaPart2
5 Macam Tipe Ibu
Oleh: Yumna Umm Nusaybah
(Member Revowriter London)
.
“Stay committed to your decisions, but stay flexible in your approach.”
.
Kayaknya moto ini mewakili banget apa yang aku rasakan. Quote di atas cukup menghibur. Kenapa? Karena aku sudah niat ingin kembali menulis rutin setiap hari selama anak-anak di rumah dan sekolah tutup. Apa daya, situasi tidak seperti yang di harapkan. Distance learning datang menyapa. Semula aku kira, proses belajar jarak jauh ini akan sederhana. Ternyata tidak demikian adanya. Dua minggu terakhir waktuku tersita untuk membantu anak-anak mengerjakan tugas dari sekolah, menuntun mereka untuk bisa nge-print, upload sekaligus mengirim pesan ke guru. Minggu pertama benar benar sibuk. Tugas menumpuk. Ada 5-7 tugas yang harus mereka selesaikan dalam sehari. Mulai dari merekam bacaan Quran, hafalan, tugas matematika, science, essay bahasa Inggris, tugas Arts, research project, dan lain sebagainya. Duh! Pokoknya puyeng.
.
Beginikah homeschooling? Sepertinya nggak gini-gini amat lah. Karena kalau HS (Home Schooling) maka orang tua lah yang menentukan target harian mereka. Semua bisa disesuaikan dengan kesibukan orang tua dan kondisi anak serta situasi rumah. Namun Distance learning sungguh berbeda. Guru lah yang menentukan tugas, memberi batasan waktu untuk menyelesaikan. Mereka tidak akan bisa mempertimbangkan kondisi rumah dan keseharian tiap-tiap anak didiknya. Ada keluarga yang hanya punya 1 anak. Ada yang punya 4 anak dan semuanya usia SD. Ada yang punya saudara dengan kebutuhan khusus. Dinamika keluarga sangatlah berbeda. Karenanya, tugas yang sama bisa jadi ringan bagi sebuah keluarga tapi sangat memberatkan bagi keluarga lainnya.
.
Aku salut dengan kepsek sekaligus guru di sekolahnya anak anak. Mereka tidak terlalu strict dengan submission date (deadline pengumpulan). Namun sebisa mungkin aku usahakan mereka disiplin untuk selalu memulai hari dengan makan pagi, setelahnya jadwal membaca Quran dengan duduk di depan meja, selanjutnya mengerjakan tugas layaknya di sekolah.
.
Kalau biasanya tugasku hanya memastikan semua PR dikerjakan dan diberikan di minggu berikutnya maka kali ini aku harus menjelaskan konsep dasar yang biasanya menjadi tugas guru. Hampir semua para ibu wali murid mengeluh dengan banyaknya tugas. Yang menarik, ada ibu yang santai-santai saja dan nggak peduli deadline. Ada yang begitu disiplin bahkan presentasi tugasnya pun sangat bagus. Ada yang stress karena anaknya tidak mau sama sekali di ajak kerja sama. Sehingga yang sering muncul teriakan dan ancaman untuk sang anak.
.
Fenomena ini sebenarnya menjadi ajang uji coba. Tipe ibu macam apakah kita? Di saat semua tugas tidak bisa di alihkan. Semua tanggung jawab pendidikan moral, akademis, sekaligus kebutuhan fisik semacam makan minum dan olah raga tertumpu pada ibu semata. Tidak gampang memang. Dibutuhkan kekuatan fisik dan mental untuk bisa bertahan sampai beberapa minggu bahkan beberapa bulan ke depan.
.
Dari membaca dan obeservasi akhirnya aku bisa simpulkan bahwa ada beberapa tipe ibu.
.
Sebelumnya, mohon pengertian. Jika ada analisa yang nggak cocok, nggak perlu lah marah-marah pakai acara memecah piring dan gelas. Cukup tarik nafas dalam dalam dan ketik di kolom komentar 😄. Namanya juga obervasi. Bisa jadi kacamataku minus 8 sedang kacamata para pembaca minus 1. Fakta boleh sama tapi kesimpulan bisa dan boleh berbeda. Sebenarnya yang terpenting adalah bagaimana kita ke depannya. Apa yang bisa kita lakukan untuk menjadi diri yang lebih baik.
.
So … Apa saja tipe ibu?
.
1. Text – book Mom
 .
Tipe ini adalah ibu yang selalu menjadikan buku, bacaan internet sebagai acuan. Tidak boleh ada yang menyimpang. Jam dan menit harus berjalan sesuai rencana dan harapan. Jika anak sedikit melenceng dari rambu-rambu yang tertera di buku maka si ibu stress tidak karuan. Seolah dunia bakal tenggelam. Karena kadang ibu ini tahu atau ‘merasa’ tahu banyak hal. Dia tak sungkan memberi nasehat tanpa diminta. Memberi masukan tanpa alasan. Memberi pendapat tanpa didahului pembukaan. Walhasil ada yang merasa tersindir, tersinggung dan merasa dianggap tidak mampu menjadi ibu jika berhadapan dengan tipe ibu ini. Sayangnya, kadang ibu ini melihat dunia ini hanya hitam dan putih. Padahal kan ada banyak warna. Ujung-ujungnya dia akan banyak kecewa kepada teman-temannya. Atau bahkan merasa menjadi ibu tidak berguna jika dia tidak mampu memenuhi standar tinggi yang dia setting sendiri. Ini model ibu yang juga perfeksionis. Makanan harus selalu sehat dan benar. Jadwal makan, minum, belajar harus selalu sama setiap waktu. Rutin harus selalu berjalan. Anak harus tampil rapi. Rumah pun harus demikian. Ibu ini selalu memakai jadwal. Mulai dari gosok gigi hingga tidur lagi. Sang ibu lebih sreg jika anak-anaknya mengikuti jadwal dengan runut. Hingga ke jam dan menitnya, seakurat mungkin jika bisa.
 .
Efek: bisa-bisa ibu tipe ini stres tanpa dia sadari. Merasa tidak pernah puas dengan segala pencapaian. Cenderung tidak bisa mengakomodasi perubahan. Anak-anak pun akan terbiasa dengan rutin yang strict tapi tidak terlatih untuk bisa tenang ketika fakta berlawanan dengan harapan.
 .
2. Go by the flow Mom
.
Tipe ini lawan dari jenis ibu yang pertama. Tak perlu ada jadwal. Tak perlu ada rencana. Semua bergantung pada mood. Tak ada kedisiplinan. Semua diserahkan kepada anak-anaknya. Seolah-olah anak kecil tahu bagaimana mengatur waktu dan emosi mereka sendiri. Rumah bisa jadi berantakan, tapi si ibu tetap tenang. Menu makanan bisa jadi selalu sama setiap hari, sang ibu dan anak tetap bahagia. Anak-anak memakai piyama sepanjang hari, tak perlu risau. Santuy bawaannya.
.
Efek: Ibu seperti ini akan jarang stres. Semua selalu baik-baik saja. Dia nampak tenang dan bahagia. Tak ada beban. Namun hal ini bisa menjadikan anak tidak belajar disiplin. Mereka akan menggampangkan semua hal. Sangat mungkin anak akan gampang menyerah jika menghadapi kesulitan di masa depan.
.
3. Martyr Mom
.
Model ibu yang penuh pengorbanan. Karena cinta yang begitu membara (Ciyah) dia bisa mengorbankan seluruh dirinya, kebahagiannya, waktunya, fisiknya, emosinya dan segala yang dia punya untuk anak-anaknya. Tentu setiap ibu merasa demikian. Tapi untuk jelasnya aku kasih contoh. Ada seorang teman yang jelas jelas tipe ibu demikian. Jika dia sudah memasak satu menu makanan, satu dari tiga anaknya tidak suka dan meminta makanan yang berbeda, maka dia akan lari ke dapur dan membuat makanan sesuai permintaan anaknya. Contoh lain, sang ibu membeli minuman dingin setelah naik sepeda motor selama 10 menit. Setelah kembali, ternyata sang anak lebih suka minuman dingin yang lain. Dia kembali naik motornya dan menukar minuman yang tadi dibelinya. Menakjubkan memang! Tapi sampai kapan sang ibu harus menjadikan anaknya raja? Bukankah tugas kita adalah menjadi ORANG TUA mereka dan bukan asisten, pembantu, atau pelayan anak-anaknya. Pasti lah anaknya seneng-seneng saja. Sang ibu pun pasti juga bahagia melihat anaknya senyum dan tertawa. Tapi dunia ini tidaklah semudah yang mereka kira. The world doesn’t revolve around them (kids). Meskipun semua atas nama cinta tapi ujungnya tidak akan menguatkan karakter anak-anaknya.
.
Efek: Pada akhirnya sangat mungkin sang ibu merasa capek karena terus memberi. Bisa juga dia kehilangan identitas dirinya selain menjadi seorang ibu. Kalau anak-anak tumbuh dewasa, bisa jadi dia akan merasa akan sangat kesepian, tidak lagi bisa melanjutkan hidup ‘normal’ karena tidak lagi merasa dibutuhkan oleh anak-anaknya.
.
4. Guilty- Free Mom
.
Ibu tipe ini lawan dari Martyr Mom. Dia santuy banget. Mau keluar jalan-jalan sama teman ninggalin anak, oke! Mau anak-anak niat sekolah apa nggak, terserah! Mau anak-anak ke sekolah telat apa nggak, nggak peduli! Wajar jika kita bertanya, entah kenapa si ibu ini punya anak? Sepertinya dia pingin bebas tanpa beban. Anak menjadi aksesoris dan kebanggaan saja. Tanpa ada tanggung jawab mendidiknya. Bisa di bilang si anak membesarkan diri mereka sendiri. Atau justru mereka di besarkan oleh TV dan segala macam bentuk entertainment.
.
Efek: Sungguh kasihan siapapun yang menjadi anak si dia. Sang Ibu mungkin nampak bahagia tapi yang menjadi tebusan adalah anaknya. Bagi ibu tipe ini, kebahagiaannya adalah prirotas utama. Semua tentang dia dan bukan tentang anaknya. Anak mungkin merasa mendapatkan kebebasan menentukan apapun di kehidupannya. Dia belajar mencari kesibukan sendiri. Namun aku yakin si anak merindukan cinta seorang ibunda yang selalu ada untuknya dan sekali waktu menjadikannya prioritas.
.
5. Perfect Mom
.
Bisa di tebak dari namanya, tipe ini adalah tipe ibu yang sempurna! Semua orang pasti memimpikannya. Dia bisa menyeimbangkan antara disiplin dan having fun. Dia punya rincian jadwal namun bisa juga fleksibel. Anak-anaknya menjadi prioritas tapi dia juga tidak lupa untuk tetap memanjakan dirinya sendiri. Anak tumbuh cerdas, berprestasi, sehat mental dan spiritual. Hidangan segar dan sehat selalu tersedia. Tak pernah beli diluar tapi masak sendiri tanpa micin, bahan pengawet dan pewarna. Rumah selalu rapi dan bersih. Si ibu selalu tampil cantik, dan bersahaja. Sang ibu pun masih bisa mengaktualisasikan dirinya. Dia juga masih sempat menjalin hubungan harmonis dengan pasangan dan keluarga besarnya. Masih bisa produktif menghasilkan karya-karya yang melegenda.
.
Efek: Hidup terasa sudah sempurna. Anak dan suami bahagia. Namun sayang sungguh di sayang. Ibu semacam ini TIDAK ADA!
.
Pesan moral:
.
Tugas menjadi ibu sudah berat. Tak perlu lah membebani diri dengan membandingkan kita dengan ibu di luar sana. Setiap ibu pasti selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Yang terpenting, sang ibu tahu kelebihan dan kekurangan dirinya. Entah itu kekurangan dari sisi ilmu pengetahuan, Tsaqofah Islam, karakter yang masih perlu di bangun dan diperbaiki, dan lain sebagainya.
.
Selain itu, perlu tekad kuat untuk menambah apa yang kurang dan mempertahankan apa yang lebih. Setiap keluarga memiliki dinamika yang berbeda. Karakter keluarga berbeda beda. Kekuatan fisik, mental dan spiritual dari masing-masing dari anggota keluarganya juga berbeda. Layaknya jenis tanah, sama sama disebut tanah tapi ada tanah yang gembur, tanah yang kering, tanah liat dan tanah pasir di gurun. Jika ingin membandingkan maka bandingkanlah kontribusi yang bisa diberikan oleh tanah tadi. Masih-masing akan punya kelebihan dan kekurangan.
.
Allah pun telah mengindikasikan bahwa manusia memiliki karakter yang berbeda. Karenanya jalan hidup mereka, tumbuh kembang dan prosesnya tidak harus sama.
.
Dalam sebuah hadis Nabi bersabda,

“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari satu genggam yang diambil-Nya dari seluruh tanah bumi. Kemudian anak keturunan Adam terlahir hingga bilangannya sejumlah tanah bumi, ada yang berwarna putih, merah, hitam, dan antara dua warna itu; ada yang buruk, baik, senang, sedih, dan di antara dua keadaan itu." (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Abu Dawud).
.
Jadi, untuk seluruh ibu di luar sana yang kini sedang berjuang dengan distance learning-nya. Do your best but don’t stress.
.
Rencanakan jadwal harian namun usahakan juga bisa fleksibel. Terus kobarkan semangat belajar namun jangan lupa juga having fun!
.
Kalau ada niat nulis tapi gagal terus seperti diriku, jangan putus asa karena ternyata ada masa dimana kita bisa melakukannya. This too shall pass.
.
London, 24 Maret 2020

#GoresanYumna
#Revowriter
#KompakNulis
#GeMesDa
#Covid19
#MutiaraUmmat
#BelajarDiRumah

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam