Skip to main content

PUJIAN..

Di sebuah ruang chatting internet, ada seorang teman menyampaikan kajiannya tentang pujian. Kajiannya ini diawali dengan kisah Imam Ali r.a. ketika mendapat teguran dari orang yang ia mintai pendapatnya mengenai ceramahnya itu. Seperti yang kita ketahui, Imam Ali r. a. sangatlah piawai dalam berpidato, sehingga setiap kali beliau berpidato selalu memberikan efek yang membuat para pendengarnya menangis. Mendapat pertanyaan itu, orang yang ditanya langsung menegurnya dan mengingatkannya bahwa jika saja ia (Imam Ali) tidak bertanya seperti itu maka amalannya itu tidak akan rusak. Begitulah kira-kira ceritanya. Menurut makalah yang saya terima ketika saya menghadiri sebuah seminar Public Relation tahun lalu, senang memuji adalah salah satu dari nilai-nilai plus yang membentuk self-PR yang kuat. Bisa kita bayangkan bila orang sudah mau memuji orang lain berarti dia secara tidak langsung mengakui kelemahan diri dan mengakui kelebihan orang lain. Suatu tindakan yang menunjukkan kerendahhatian bukan? Dalam hal ini kita pasti sudah bisa membedakan mana pujian yang perlu dan tulus serta pujian yang menjilat. Dulu saya pernah membaca sebuah kisah orang alim yang selalu dipuji orang karena kealimannya. Dia sungguh merasa tersiksa, karena dia khawatir dengan segala pujian itu dirinya akan terjebak ke dalam perbuatan riya. Maka suatu hari dia melakukan perbuatan buruk seperti mencuri dan sebagainya yang membuat aneh dan kecewa orang-orang yang dulu suka memujinya. Setelah semua orang mencaci dirinya, barulah dia merasa aman karena setelah itu dia merasa tenang menjalankan ibadah tanpa gangguan ketakutan berbuat riya karena pujian. Apa sebenarnya yang harus kita lakukan ketika kita dipuji agar kita tidak terjebak ke dalam kesombongan ataupun melecehkan orang yang memuji kita? Apalagi hanya karena ingin tenang beribadah sehingga kita rela membuat orang lain menjadi berburuk sangka (kotor hati) terhadap kita, bukankah itu merupakan suatu keegoisan? Memang dalam menanggapi pujian, ucapan yang paling baik dan tepat adalah dengan mengucapkan 'Alhamdulillaah' (segala puji bagi Allah) karena memang Dialah yang pantas untuk dipuji. Kita pintar, kita cantik, kita ganteng, kita sukses dan sebagainya, tidak lain karena kepintaran,kecantikan, kegantengan dan kesuksesan itu adalah karena anugerah dari-Nya, semuanya itu adalah ciptaan-Nya. Selain dari itu, ucapan Alhamdulillah menunjukkan rasa syukur kita kepada-Nya atas semua anugerah yang telah diberikan, juga merupakan wujud rasa terima kasih kita kepada orang yang memuji kita. Kita harus menghargai orang yang telah mau merendahkan hatinya memuji kita. Bisa jadi orang memuji kita malah lebih layak untuk dipuji. Seperti dalam firman Allah dalam surat An-Najm: 32, "Janganlah kamu merasa sudah bersih, Dia Allah lebih mengetahui siapa yang bertaqwa." Juga dalam hadist riwayat Muslim, "Bertawadhulah (merendah dirilah) sehingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya." Dalam beberapa hal pujian sangatlah bermanfaat, seperti pujian seorang ahli kepada orang yang sedang belajar, pujian seorang guru kepada muridnya, pujian orang tua kepada anak-anaknya atas perbuatan baik dan prestasi yang dicapai, juga pujian seorang teman kepada temannya yang selalu tidak percaya diri dan menganggap dirinya seorang "never do well" person. Semua pujian itu niscaya akan membangkitkan semangat mereka dan memandang dirinya sangatlah berharga, sehingga kepercayaan diri akan tumbuh untuk berbuat yang lebih baik. Kalau pujian dianggap sebagai penyebab kesombongan, kita pun harus ingat bahwa penyebab kesombongan tidaklah hanya pujian. Banyak hal lain yang bisa membuat kita terjebak ke dalam perbuatan sombong, seperti hak jawab ketika mendapat kritikan terutama dari orang yang tidak kita sukai atau bersebrangan pandangannnya dengan kita lantas kita memamerkan segala kehebatan kita, merendahkan orang lain hanya karena mereka belum memakai busana muslimah, dan sebagainya. Dalam surat Al-A'raf: 47 Allah berfirman, "Apakah mereka yang kamu katakan tidak bakal mendapat rahmat, tiba-tiba kini diperintahkan : Masuklah kamu ke sorga, dengan tiada rasa takut atau sedih." Semoga kita semua bisa melatih diri kita menjadi orang yang selalu rendah hati, sehingga setiap pujian yang kita terima lebih membuat kita bertambah kagum kepada-Nya. Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam