Oleh: Yumna Umm Nusaybah
.
.
Kau tak banyak berkata kata
Sekalinya berucap, penuh dengan ukiran makna
Jikalau dulu aku bisa nikmati suaramu
Kini, lebih banyak kubaca ketikanmu
.
.
Cintamu yang tulus, bisa sangat aku indera
Teraba dan menusuk jiwa
Keikhlasanmu dalam mencintai
Menjadi panutan bagi diri ini
.
.
Berpuluh puluh purnama lewat tanpa kita bersua
Namun hangatnya pelukanmu masih selalu terasa
Cintamu selalu mengantarkan kaki ini
Menapak dan berlari untuk menemui
Meski hanya untuk separuh hari
.
.
Dahulu...
Berdua di kamar, kita diskusi panjang
Belajar bersama memaknai kehidupan
Kau membersamaiku di pahit getirnya kehidupan
Kau menguatkanku dan mengingatkanku untuk terus berjuang
.
.
Mungkin banyak pilihan hidupku yang tidak senada denganmu
Banyak prioritasku yang tidak se-ideal harapanmu
Kau tahu sifat dan karakterku yang masih perlu di rubah
Namun kau tak pernah putus asa dan tak pernah lemah
Dalam mengingatkan tanpa menggurui
Mengingatkan tanpa menghakimi
Mengingatkan di dasari rasa cinta karenaNya
Bahkan saat kita telah terpisah oleh benua
.
.
Itulah yang aku kagumi darimu..
.
.
Kebersamaan kita tidaklah lama
Namun hadir mu membawa makna
Meski kini kita jarang bertatap muka
Aku ingin kau tahu bahwa kenangan dan kebaikanmu tidak akan aku lupa
.
.
Aku di sini, kau di sana
Kau arungi bahtera hidupmu dengan orang yang Allah pilihkan
Demikian juga denganku
.
.
Tak pandai diri ini mengungkapkan isi hati
Namun berharap tulisan ini sudah mewakili
.
.
Syukurku tak terhingga
Allah pertemukan aku denganmu
Yang sudah selalu setia
Yang sudah mengajariku bahwa cinta karenaNya
Tak lekang oleh jarak dan usia
.
.
Teruntuk sahabatku di Surabaya...
أحبك في الله
.
.
London, 2 September 2019
Comments