Skip to main content

Khusyuknya Sahabah ansariyah - Abbad bin Bishir dalam membaca Quran

Mengenang Abbad dan Dzatur Riqa’

Aisyah Ra pernah menyampaikan 3 tokoh utama kaum Anshar, Sa’ad bin Muadz, Usaid bin Hudhair dan yang terakhir adalah Abbad bin Bisyir. Kita akan menengok sejenak tentang salah satu dari mereka, Abbad bin Bisyir. Seperti yang kita ketahui, Anshar adalah inti dari dakwah masa awal, Anshar adalah kaum yang ikhlas dan senantiasa dalam naungan Rasululullah pasca hijrah, keutamaan Anshar sungguh tak bisa dihitung. Siapa Abbad?


Hari ini ingin kuceritakan satu kisah tentangnya yang membuat hati ingin bertemu orang-orang seperti ini setelahnya,

Selepas perang Dzatur Riqa’, para pasukan muslimin menginap di perjalanan dan membangun tenda di satu wilayah. Hirosah ketika itu diamanahi kepada Ammar bin Yasir dan Abbad sendiri, hirosah adalah tugas menjaga, tugas yang sederhana, tetap terlelap di waktu malam, namun sebenarnya ada amanah dalam tugas sederhana ini, yaitu memastikan tenda dan kaum muslimin yang beristirahat tetap aman. Abbad melihat Ammar kelelahan selepas perang, ia pun menganjurkan Ammar untuk istirahat terlebih dahulu, dan nantinya hirosah bisa dilakukan bergantian.

Sepanjang hirosah, Abbad berpikir “kenapa aku tidak melakukan Qiyamullail saja sembari mengisi hirosah”. Lalu ia pun bangun dan beribadah pada Tuhannya dengan khusyuk dan syahdu. Tak lama dalam keheningan itu, panah musuh mengenainya, ternyata ada penyusup yang masih menguntit pasukan, namun yang membingungkan, Abbad tetap hening dalam Qiyamullail, lalu panah kedua pun mengenainya. Tapi…Abbad tetap khusyuk dengan shalatnya, ada apa?. Tak lama, sebelum tasyahud akhirnya ia membangungkan Ammar yang mendapati rekannya sudah terluka. Setelah terjaganya Ammar dan suara yang mengusik, para pasukan musuh di malam gelap itu kabur untuk menghindari pertarungan yang bisa ditimbulkan. Ammar, sama seperti kita mungkin heran, kenapa?, kenapa Abbad tidak langsung membatalkan shalatnya dan membangunkan Ammar untuk sigap menghadang musuh?

Ammar bertanya, “Mengapa aku tidak dibangunkan ketika kamu dipanah untuk yang pertama kali tadi?”

Abbad menjawab,

Ketika aku shalat tadi, aku membaca beberapa ayat Al-Quran yang sangat mengharukan di hatiku sehingga aku tidak ingin memutuskannya. Demi Allah, kalau tidaklah akan menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasul kepada kita menjaganya, sungguh aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca itu.”

Begitulah Abbad bin Bisyir dengan kecintaannya yang sangat kepada Rabb dan rasul-Nya.

Bagaimana dengan aku dan kau?, pernahkah kita meresapi kalamullah yang utuh hingga zaman berakhir itu, karena ia telah dijamin kemurniannya hingga bumi mengalami usia akhirnya.

Wallahua’lam
Sumber: SINI

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam