Awalnya aku dapat email dari redaksi majalah Elfata tanggal 18 agustus 2008, disitu sang redaksi memintaku menjadi koresponden untuk majalas remaja mereka...meski bukan pertama kali tawaran semacam ini muncul tapi rasa PD itu tidak pernah ada..dulu sempat diminta menjadi koresponden manca negara dari Era muslim.com dan juga sampai sekarang juga masih menjadi 'inactive' tim penulis Baitijannati.com (maaf pak farid kalau saya lebih sering update blog daripada setor tulisan :). tapi lagi lagi aku takut dan khawatir kalau sebenarnya aku bukan orang yang tepat untuk amanah ini. setelah berulang kali ber-email ria dengan sang redaksi dengan nada yang tentu saja kurang PD, alhamdulillah sang redaksi membuatku maju. Beliau membaca tulisan tulisan di Blog ku -yang lebih sering acak adul daripada beraturan- dan katanya tinggal memoles sedikit. bahkan kalau aku repot sang redaksi sendiri yang akan memoles....wah kalau gitu mah aku mau mau aja....
dan sebelum kepergian kemarin, Elfata meminta kontribusi tulisan tentang Idul adha di london yang sebenarnya sudah aku 'tayangkan' cieee....di blogku beberapa tahun yang lalu.....beliau meminta lebih detail dan lebih panjang......dalam semalam aku kebut dan inilah hasilnya.......
Link dari El Fata ada di SINI
please kasih komen yah?......bagian mana yang perlu diperbaiki???
======================
Idul Adha di London
Merayakan Idul Adha di negeri non muslim seperti Inggris tentu beda rasanya dengan merayakannya di negeri sendiri ataupun di negeri muslim lainnya. Tidak adanya beduk maghrib, adzan yang membahana, dan takbir di sekitar benar benar bikin saya rindu kampung halaman.
Tahun ini adalah tahun kelima saya merayakan Idul Adha di London. Setiap hari raya itu datang, setiap itu pula saya rindu kampung dan berharap bisa merayakannya di negeri sendiri. Namun bagaimanapun juga, London adalah tempat tinggal saya sekarang. Mau tidak mau, saya harus 'menghidupkan' hari raya itu dan berhenti berkhayal setiap hari raya datang. Mensyukuri apa yang ada adalah jauh lebih baik daripada mencaci dan mencibir apa yang ada di depan mata.
Kebetulan saya menetap di daerah komunitas muslim terbesar di London yakni di London timur. Area ini banyak dihuni oleh muslim keturunan Bangladesh dan sedikit Pakistan, India, serta Somalia. Adapun briton (istilah pemegang british passport) yang berketurunan Arab banyak berada di wilayah lain.
Saya merasa beruntung sekali bisa tinggal di daerah komunitas muslim yang campur jadi satu dan merasa bersaudara meski warna kulit, bahasa, dan madzhab kami berbeda.
‘Alim Bikin Bersatu
Setiap menjelang hari raya, entah itu Idul Fitri ataupun Idul Adha, ada sebuah tradisi yang tidak banyak terjadi di Indonesia, yakni berburu informasi hilal. Biasanya, informasi resmi bulan sabit datang dari masjid besar di London pusat atau masjid London timur yang baru-baru ini diresmikan oleh Islam Channel sebagai masjid terfavorit di seluruh Britania Raya. Saya sendiri sering mengacu ke East London Mosque atau lebih sering disebut sebagai ELM yang terletak di jalan Whitechapel.
Karena dua masjid ini banyak dijadikan acuan, tak heran kalau perbedaan tanggal masehi hari raya di London jarang terjadi. Bahkan selama saya berada di London, sekalipun, saya belum pernah menemukan perbedaan tanggal masehi dalam merayakan Idul Adha. Banyak muslim di London yang knowledgable (alim) tentang ajaran agama Islam. Banyak juga dari mereka yang faham bahwa untuk Hari raya Idul Adha, acuan kita adalah wukuf di Arafah, Saudi Arabia. Dan karena pengetahuan mereka inilah, perbedaan itu juga bisa dihindari.
Warung Sayur Super Murah
Karena Idul Adha dirayakan di hari ke-10 Dzulhijjah, walhasil muslim di London kebanyakan sudah bisa mempersiapkan jauh-jauh hari. Di antara persiapan itu adalah beli baju baru, belanja ekstra daging, sayur, beras, dan bahan-bahan pokok lainnya.
Pasar -atau lebih dikenal dengan istilah market- yang sangat terkenal di London timur adalah Upton Park dan Whitechapel Market. Keduanya adalah pasar besar yang menyediakan banyak daging halal dari mutu terbaik hingga mutu biasa. Ikan segar, sayur mayur seperti terung, kangkung, kubis, wortel, kentang, dan segala macam buah-buahan tersedia di sini.
Pasar ini murah meriah! Kalau pingin dapet yang murah banget bisa dengan mencari warung £1. Stand ini berisi segala macam buah, lombok, sayur, bawang bombay, bawang putih, dan lain sebagainya yang ditaruh di sebuah baskom (mangkok besar). Satu baskom berisi sejumlah barang sejenis (satu item) dan harganya cuman £1, nggak lebih! Hanya saja, kita harus pinter-pinter memilih kualitas seluruh barang dalam satu baskom itu. Karena kalo nggak cermat, bisa-bisa buah yang kita beli hari itu busuk di hari berikutnya.
Undangan Makan Rame-Rame
Kondisi yang menarik dari muslim di Inggris adalah kecenderungan mereka yang sangat welcome terhadap muslim yang lain. Mereka memiliki jalinan ukhuwah yang sangat kuat antar satu muslim dengan muslim lain meski beda negara. Memang ada group Somalia, Pakistani atau Turkish yang punya masjid sendiri, khutbah Jumat berbahasa ibu mereka, akan tetapi untuk masjid-masjid yang didirikan dengan dana bersama biasanya terbuka untuk siapa pun.
Wajar kalau kemudian ikatan ukhuwah itu mendorong satu sama lain saling mengundang untuk merayakan Idul Adha bersama dengan makan malam atau makan siang di rumah teman.Undangan itu ada yang bersifat individual, tapi ada juga yang diundangkan untuk umum semisal undangan perayaan Idul Adha bersama di masjid besar. Masjid yang sering mengadakan acara ini adalah East London Mosque dan Masjid Besar London pusat di area Regents Park.
Untuk orang yang tidak punya keluarga besar seperti saya, saat hari raya bisa menjadi saat yang paling menyedihkan jika acara temu bersama dan makan bersama ini tidak ada. Komunitas muslim Indonesia sendiri biasanya merayakan bersama di wisma duta di London utara. Mereka menyediakan menu Indonesia untuk keluarga Indonesia yang berdomisili di London dan sekitarnya.
Ke mana Hewan Kurbannya?
Satu tradisi yang sepengetahuan saya berbeda dengan negeri muslim adalah acara penyembelihan hewan kurban. Hampir tidak pernah saya dapati acara penyembelihan di masjid di Inggris yang notabene berhasil mengumpulkan ratusan hewan kurban. Lho, ke mana dong hewan kurbannya?
Begini, di Inggris, terutama London banyak sekali organisasi yang mengelola sedekah, zakat, dan hewan korban. Biasanya yang mereka lakukan adalah membayar sejumlah uang lewat organisasi Islam ini atau lebih dikenal dengan charity organization sesuai dengan jenis hewan kurban yang mereka inginkan kemudian si empunya hewan kurban ini juga berhak menentukan ke mana daging kurban ini akan didistribusikan. Ada sekian banyak pilihan untuk sasaran pendistribusian, mulai dari muslim di Palestina, Pakistan, Bangladesh, Afrika, dan juga termasuk Asia Tenggara. Karena itulah, jarang sekali bahkan sekalipun saya belum pernah menemukan perayaan hari raya diwujudkan dalam acara makan bersama hewan kurban. Muslim di inggris lebih suka membeli daging tersendiri dan mengirimkan hewan kurbannya untuk fakir miskin ke negeri muslim yang jauh.
Sholat Id 4 Gelombang
Hari raya diawali dengan sholat id. Kebanyakan sholat id dilakukan di dalam masjid, tidak di lapangan atau di jalan raya. Sholat Id di masjid-masjid besar terbagi menjadi 4 waktu. Dimulai dari Pukul 08.00 kemudian 09.00, 10.00, dan terakhir pukul 11.00. Yang mau bangun pagi-pagi banget, silakan hadir di sholat Id jam 08.00. Untuk memudahkan para jama'ah, pintu masuk dan pintu keluar masjid dibuat berbeda yakni berseberangan satu sama lain sehingga tidak akan terjadi kasus berdesak-desakan antara jama'ah yang datang untuk kloter kedua, dengan jama'ah kloter pertama yang pulang.
Cara sholat Id-nya pun kadang berbeda dari tahun ke tahun. Tahun lalu memakai madzhab Syafi'I, maka tahun ini bisa memakai madzhab Hanafi. Cara sholat kedua mazhab ini punya perbedaan pada cara dan jumlah takbirnya. Sebelum sholat Id dimulai, biasanya sang imam menjelaskan mekanisme sholat hari itu dengan 3 bahasa: Inggris, Arab, dan Bengali (karena memang kebanyakan muslim berketurunan bangladesh berada di London timur). Setelah sholat selesai, diikuti khutbah yang juga disampaikan dalam 3 bahasa: Inggris, Arab, dan Bengali. Khutbah hanya berlangsung 15 menit. Setelah itu semua kembali ke rumah masing masing.
Yang patut disayangkan adalah bahwa tak jarang para lelaki muslim harus kembali bekerja seusai sholat Id. Tidak ada hari libur kecuali Idnya jatuh di akhir pekan, bahkan adakalanya banyak muslim dan muslimah yang tidak bisa mengikuti sholat Id karena mereka harus bekerja di hari Id. Fenomena seperti inilah yang membuat kita semakin merasakan perbedaan merayakan Id di negeri barat dengan negeri muslim seperti Indonesia.
Sore atau siang hari barulah kita bisa ke rumah teman yang memang mengundang kita untuk makan siang atau makan malam. Lagi-lagi tradisi berkunjung tanpa undangan dan tanpa pemberitahuan sangat tidak umum di Inggris karena memang setiap orang sibuk dengan urusan mereka masing masing. Ironis, tapi itulah kenyataannya.
Menu Idul Adha ala Bengali
Tahun lalu saya diundang keluarga Bengali (Bangladeshi) yang bertempat tinggal tak jauh dari apartemen saya. Mereka mengundang teman saya yang lain. Setelah sampai dan menyampaikan bingkisan kecil sebagai tanda terima kasih untuk undangan makan malamnya, maka kami dipersilahkan menuju meja makan yang sudah siap dengan menu lengkapnya.
Diawali dengan samosa (semacam kue roseles) dengan kulit luar dan didalamnya terisi sayur yang dibumbui Indian spice atau daging yang sudah diolah dan dibumbui juga. Ada juga pakura; tepung yang dicampur sayuran yang sudah dirajang dan dibumbui kemudian digoreng serta cheak peas yang sedikit basah dengan saos kari India/Bangladesh.
Setelah itu, kami disuguhi menu utama berupa nasi biryani dan nasi pilau yang sedap -semacam nasi goreng tapi bercampur daging dan berbumbu/spicy. Nasi itu dimakan dengan kari daging, kari ayam, dan juga kari sayur yang sudah dimasak dengan memakai bumbu jadi berbentuk serbuk. Semua bumbu bisa didapat di toko India dan hampir semuanya sudah berbentuk serbuk. Kari di sini sangat berbeda dengan kari indonesia yang berbumbu dasar santan. Kari India/Pakistan/Bangladesh tidak pernah memakai santan, mereka hanya memakai bawang bombai yang banyak untuk membuat kuahnya mengental.
Dengan bumbu serbuk ini, yang kita perlukan hanya menggoreng bawang bombai dan bawang putih kemudian memasukkan bumbu serbuk tadi dan ditambah beberapa bumbu tambahan lain seperti cengkeh, kayu manis, dan lain-lain. Yang jelas bumbu dasarnya sudah ada, jumlahnya mau seberapa semua tergantung selera.
Sajian ditutup dengan manisan atau sweet, bisa berbentuk baklava -manisan yang juga dikenal di negeri Turki dan Arab- atau dengan puding yang terbuat dari nasi dan berasa manis. (*)
dr. Yumna Supardi
Staf National Health Service di Royal London Hospital
Pengajar Tajwid (Level I, II and 1st step to Quran) untuk akhwat (both born muslim and convert) di Tayyibun Institute, London
Comments