Skip to main content

Serba serbi di hari Jumat 

#DiariRamadan 

#RamadanDiInggris

#IslamDiLondon

#Day5

Serba serbi di hari Jumat


***********************

Oleh Yumna Umm Nusaybah

Member Revowriter, London


Jumat pertama di bulan mulia.Apalagi kalau bukan saat saat mustajabnya doa. Aku coba membaca kembali kajian yang sudah aku siapkan. Pukul 12:30 siang, aku siap siap berangkat ke sekolahnya anak-anak untuk ngisi kajian.  


Pukul 1:30 siang sampai di ruangan. Belum ada yang datang. Disamping pembicara aku juga panitia, jadi harus menyiapkan ruangan dan membersihkannya setelah acara selesai.


Karpet sudah di gelar, kursi sudah di susun. Aku tunggu 15 menit, belum juga ada yang datang. Memang peserta jumlahnya naik turun. Pernah suatu kali, hanya ada dua orang yang hadir. Meski pernah juga ada 15 peserta. Harapanku, karena ini momen Ramadan, semangat mengkaji Ilmu Islam pasti makin menyala. Setengah jam berlalu, akhirnya ada 3 orang yang datang. Aku putuskan untuk memulai. Meski hanya tiga peserta, semangat harus tetap membara! Yang terpenting usaha. Berharap nantinya berpahala. Sedang hasilnya?...ada pada kendali Yang Maha Kuasa. Pintaku, semoga tiga sisters ini menjadi penggerak ummat ke depannya.


Selesai kajian, jemput anak-anak dari sekolah. Kebetulan aku car share alias berbagi antar jemput dengan dua teman lainnya. Jadi harus antar anak anak mereka ke rumah masing masih. Barulah kami bisa pulang. 


Sampai di rumah langsung masuk dapur. Malam ini Abu Nusaybah mengundang beberapa teman dari masjid untuk berbuka puasa di rumah kami. Ini adalah tradisi tahunan suami. Semua terinspirasi dari hadis Rasulullah ﷺ 


‎مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا


"Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.


HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Kholid Al Juhani


Aku di beri tugas bersih bersih rumah dan menjadi asisten di dapur. Siapa chef nya? Pak suami lah 🙂. Sang istri bagian memotong sayuran, bawang merah, bawang putih, meracik salad dan mencuci peralatan dapur. Maklum, si istri dulu kagak pernah belajar masak saat masih gadis. Himbauan untuk para jomblowati di luar sana. Belajar memasaklah karena ternyata kemampuan memasak itu penting Jendral! 


Bagaimanapun juga, suatu saat seorang ibu harus menyiapkan makanan untuk anak dan suaminya. Dulu aku punya filosofi ngawur. Ah...kalau bisa cari uang nanti kan bisa bayar orang untuk masak atau beli di warung. Ngapain repot? 


Duh...Qadha Allah, aku di jodohkan dengan suami yang suka masakan rumah dan tidak suka makanan dari luar. Belum lagi, punya khadimat di London sama juga dengan punya PA. Berat di ongkos bro!


Bisa di bayangkan awal awal pernikahan. Suami lah yang harus telaten menunjukkan cara bikin teh ala Inggris, masak nasi tanpa dandang, bikin spaghetti bolognese, lasagna, dan aneka ragam Sandwich.


Alhamdulillah, setelah berkutat di dapur beberapa jam, makanan sudah siap dan rumah sudah kinclong. Para tamu datang 10 menit sebelum waktu berbuka. Setelah semua selesai, dapur kembali harus di bersihkan. Tumpukan piring dan panci harus di keringkan dan ditata lagi. Semua baru selesai pukul 10:15 malam. Barulah kemudian aku bisa pergi ke rumah tetangga untuk tarawih bersama. Tanpa sadar pukul 12 pagi. Kami pulang ke rumah. Untung aja cuma di sebelah. Jadi aman aman saja. Baru bisa tidur pukul 1 pagi dan kembali bangun untuk sahur pukul 3 pagi. 


Waktu kembali berputar. Aktivitas terulang lagi. Semoga semua berbuah surga sehingga ramadan kita tidak terbuang sia sia. 

 

London, 10 Mei 2019

5 Ramadan 1440H


#revowriter

#senyumramadan

#senyumrevowriterdibulanramadan

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam