#DiariRamadan
#RamadanDiInggris
#IslamDiLondon
Imam Ahmad dan tukang roti
***********************
Oleh Yumna Umm Nusaybah
Member Revowriter, London
Hari kedua Ramadan, anak anak mulai masuk sekolah lagi. Aku bersyukur sekali karena sekolah mereka memendekkan jam belajar. Kalau biasanya mereka masuk sekolah pukul 7:45 pagi dan anak anak harus bangun pukul 6:30, maka setiap bulan Ramadan sekolah baru buka pukul 9 pagi. Aku pun tidak harus bangun terlalu pagi. Rencana untuk menambah jam tidur 2-3 jam setelah subuh bisa terlaksana 🙂.
Maklumlah jarak antara salat Isya’, tarawih dan sahur hanya 2-3 jam. Kalau di tambah tilawah Quran setelah tarawih maka kami hanya punya waktu tidur 1 jam atau bahkan tidak tidur sampai waktu sahur tiba supaya tidak kebablasan.
Pagi itu, setelah selesai mengantar anak-anak ke sekolah. Aku putuskan untuk belanja mingguan untuk keperluan sehari hari. Kebetulan suami ambil cuti kerja jadi Hudayfah yang biasanya ‘nginthil’ (ngekor) kemanapun aku pergi bisa ditinggal dirumah. Puas puasin deh mengarungi samudra supermarket! Ciyah...Pukul 11:30 sampai di rumah. Usai menata seluruh barang belanjaan di lemari dapur, aku harus menyiapkan makan siang si Thole (Hudayfah).
Anehnya, selama itu pula pikiranku tidak bisa lepas dari sebuah kisah yang aku baca di hari sebelumnya. Kisah tentang Imam Ahmad Ibnu Hanbal dan tukang roti.
Suatu hari Imam Ahmad (Rahimahullah) yang tersohor di kala itu bepergian dan perlu tempat untuk bermalam. Beliau putuskan untuk menginap di sebuah masjid. Penjaga masjid tidak mengenali sosok Imam Ahmad. Kalaulah Imam Ahmad mau menyebutkan namanya, pasti penjaga masjid itu akan dengan senang hati memuliakan dan menjamu beliau. Namun karena kerendahan hatinya, Imam Ahmad tidak mengatakan siapa beliau sebenarnya. Walhasil, si penjaga masjid menolak beliau masuk dan tinggal di dalam masjid. Imam Ahmad mencoba beberapa kali, tetapi penjaga itu tidak menerima permintaan beliau. Karena frustrasi, Imam Ahmad memutuskan untuk bermalam di halaman masjid. Penjaga menjadi marah dan menyeretnya pergi tanpa peduli dengan usia Sang Imam yang sudah lanjut dan lemahnya fisik beliau.
Seorang tukang roti yang tokonya ada di dekat masjid menyaksikan pemandangan ini dan mengasihani Imam Ahmad. Dia mengundang Imam untuk tinggal bersamanya malam itu. Saat berada di sana, Imam Ahmad memperhatikan pembuat roti yang terus beristighfaar (meminta pengampunan dari Allah) sepanjang hari saat melakukan pekerjaan apapun.
Dengan penuh semangat Imam Ahmad bertanya kepada tulang roti mengapa dia terus beristigfar. Sang tukang roti menjawab bahwa itu sudah menjadi kebiasaannya.
Selanjutnya imam Ahmed bertanya apakah sudah ada imbalan dari Allah yang dia peroleh dari amalan baik yang selalu dia kerjakan ini?
Si tukang roti menjawab,
"Demi Allah! Tidak ada doa yang aku panjatkan yang tidak dijawab oleh Allah. Semuanya terjawab kecuali satu. "
"Apakah itu?" Tanya Imam Ahmed.
"Satu doa yang belum terjawab adalah doa supaya aku dipertemukan dengan Imam Ahmad bin Hanbal yang terkenal itu!"
Imam Ahmad menyela, "Saya Ahmad ibnu Hanbal!"
"Demi Allah! Saya ‘diseret’ oleh Allah ke tempat Anda sehingga doa / harapan Anda menjadi kenyataan. "
Membaca kisah ini membuatku makin yakin bahwa
1. Meminta ampunan kepada Allah ﷻ adalah hal yang sangat Allah ﷻ cintai
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ
"Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas." (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).
2. Amalan baik yang sedikit namun rutin lebih disukai Allah ﷻ
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit."HR. Muslim no. 783
3. Kadang Allah membalas amalan baik kita dengan balasan baik di dunia. Meski kita sangat berharap untuk di balas lebih banyak di akherat (asal niat karena Allah dan ikut syariat)
Allah ﷻ berfirman:
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
"Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)." (QS:Ar-Rahmaan | Ayat: 60).
4. Jangan pernah meremehkan kekuatan doa.
Dari Abu Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »
"Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal." Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a." Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, "Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian." (HR. Ahmad 3/18. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid).
Yang menarik untuk di simak, bukannya si tukang roti yang datang menemui seorang Imam besar dan terkenal tapi Allah ﷻ yang membawa sang Imam ke rumah si tukang roti. الله اكبر
London, 7 Mei 2019
2 Ramadan 1440H
#revowriter
#senyumramadan
#senyumrevowriterdibulanramadan
Comments