Dunia parenting adalah dunia yang banyak disukai emak2 dan mungkin sedikit dipedulikan oleh bapak2 kecuali oleh bapak2 spesial yang ingin dan mau terlibat dan sengaja ambil andil besar untuk membentuk karakter anak2 mereka.
Fenomena adanya parenting coach, parenting training, parenting tips adalah hal hang baru.
Menurut pengamatanku, bisa di bilang 15 tahun yang lalu, topik ini belum banyak dibicarakan di indonesia, namun kini banyak sekali group, tim, organisasi yang fokus ke parenting dan juga istilah2 baru yang kadang aku juga masih mumet memahaminya.
Aku sendiri suka banget dengan topik parenting wabil khusus topik ‘emotional development’ pada anak2.
Lahir dan besar di desa, istilah ini dan topik ini bukanlah makanan sehari hari bagi Ibu saya jaman dulu. Kalaulah aku lahir di kota, aku juga ragu apakah perkembangan emosiku saat anak2 akan menjadi fokus dalam tumbuh kembangku.
Oleh karenanya kadang aku bertanya tanya, banyak dari ortu kita berbekal “nekat” menjadi orang tua, tapi kok ya anak2 mereka jadi anak2 yang PD, intune dengan emosi mereka sendiri, tahu cara bersosialisasi, tahu membawa diri, berprestasi dll. Apakah ini sekedar keberuntungan? Ataukah sebenarnya mereka tahu hanya saja pengetahuan itu tidak diformulasikan dalam bentuk parenting tips, parenting coach, dll?
Ataukah kita aja yang overthinking dan overanalyse things dalam menghadapi tugas besar “mendidik aka parenting”?
Kalaulah keberuntungan, apa iya? Kok banyak banget yang beruntung? Biasanya keberuntungan kan hanya untuk segelintir orang.
Atau mereka cuma trial and error? Kalau demikian apa bedanya sama kita2? Kalaulah kita tahu teori parenting yang macem2, penerapannya pun masih trial and error. Satu tips berlaku untuk anak pertama tapi ga bisa di terapkan ke anak yang kedua. Ya toh?!
Ada istilah: You parent your children based on how you had been parented. Artinya: cara kita mendidik anak kita banyak dipengaruhi oleh bagaimana dulu kita di didik oleh ortu kita.
Menurutku cara mendidik kita sebenarnya nya bisa jadi 4 macam:
1. Kalau dulu kita dididik dengan tangan besi (hayyaaaah) dan merasakan sakitnya, maka kadang ortu semacam ini akan mendidik anak2nya dengan model didikan yang berlawanan (misal dengan memanjakan atau bahkan menjadi “pengikut” anaknya bukannya “pendidik” anak2nya)
2. Kalau dulu kita dididik dengan bebas tanpa ada batasan jelas dan bahkan ada yang keluar jalur (saking bebasnya) maka ortu spt ini bisa jadi melakukan approach yang berlawanan dengan memberikan batasan yang jelas dan mungkin sedikit strict.
3. Tipe yang ketiga sesuai teori di atas. Mendidik anak2 dengan cara warisan alias copy paste dari ortu kita sendiri.
4. Tipe yang keempat adalah tipe: sak karepe’ dhewe lan sak isone. Yang penting ga keluar jalur syara’
Yoalaaaaah nulis panjang2 kok ya kesimpulannya ga ilmiah blas!!!
Jadi..... kesimpulannya....jreng.... jreng....
Sebagai ortu, belajar terus yuk, baca terus yuk, perbanyak ilmu, ga hanya ilmu halal haram, tapi juga ilmu tentang anak dan perkembangannya. Kalaulah emak kita dulu ga ngajarin bagaimana kita dulu musti “aware and intune” sama emosi kita, ya ga ada salahnya dan ga haram kita coba supaya anak2 kita menjadi “aware and intune”
Tujuannya satu: menjadikan mereka 1000x lebih hebat dari kita. Biidznillah!
Comments