Skip to main content

Kekuatan Manusia



Oleh Yumna Umm Nusaybah

Member Revowriter, London


Ada sebuah ungkapan yang membandingkan antara samudra dan genangan air*

.

Samudra dalamnya tak terukur. Meski tenang namun mampu menghanyutkan.

.

Genangan air tidak berombak, tenang dan tidak beranjak. Namun sekali pijak akan musnah tak berbekas. 

.

Samudra tidak akan pernah kering meski musim panas datang.

.

Genangan air hanya ada di musim hujan, kalaulah ada akan segera menguap saat panas mendera.

.

Demikian sebenarnya kekuatan mental seseorang. Orang menyebutnya “mental strength” 

.

Orang yang bermental baja bukanlah genangan air. Mereka adalah samudra.  

.

Mereka tidak akan tergoyahkan berubahnya cuaca dan suasana. 

.

Mereka tidak akan terpengaruh oleh trend yang menyeret semua orang tanpa pandang bulu. 

.

Mereka tidak akan depresi hanya karena komentar sana sini. 

.

Mereka tidak akan menjual harga sebuah diri apalagi Aqidah demi ‘likes dan thumbs up’. 

.

Mereka mampu memilih dan memilah. Mana yang baik dan membawa berkah dan mana yang perlu di buang dan tidak boleh di jamah!

.

Kekuatan mental ini memang tidak sekuat kekuatan Ruhiyah. Namun kekuatan ini juga bagian dari kekuatan lain selain kekuatan fisik. 

.

Orang yang kuat fisik belum tentu kuat mental. Orang yang kuat mental belum tentu kuat fisik. Namun orang yang kuat secara spiritual, dia akan mampu menghadapi cobaan fisik dan mental tanpa masalah.

.

Kekuatan mental ini bisa dibentuk sejak masih kanak kanak. Diajarkan dan ditempa oleh lingkungan, orang tua dan siapapun yang ada di sekitar anak anak tadi. Semakin dewasa seseorang sudah ‘seharusnya’ semakin kuat mental dan fisiknya. Namun kenyataannya tidak demikian. Usia tidak menunjukkan kematangan seseorang. Karena kadang ada yang berusia muda namun menghadapi sekian banyak kesulitan hidup. Mau tidak mau yang bersangkutan harus menguatkan diri. Pada akhirnya mereka menjadi pribadi yang tahan banting. 

.

Ada yang sudah usia senja namun hidupnya ‘lurus lurus’ saja. Saat gempa besar dan cobaan hidup melanda, mereka tumbang tanpa sisa.

.

Lalu apa yang membedakan? Ada tidaknya kontemplasi atas perjalanan hidup yang dilalui. Membuka mata akan kondisi sekitar. Mengambil pelajaran dari peristiwa keseharian. Mengkaitkannya dengan tujuan awal kita diciptakan.

.

Sejatinya, manusia tidak akan luput dari uji coba. Kadarnya saja yang berbeda. Kadar itu sudah terukur dan di-personalised langsung dari Sang Maha Pencipta. Yang lebih hebat lagi, Allah pun telah memberikan kita ‘tool’ agar kita bisa menyikapinya. Allah ï·» akan menguji kita berkali kali pada titik kelemahan kita. Terus di ulang hingga ‘lulus’ dengan nilai ‘memuaskan’. Baru kemudian kita diuji dengan hal lain. Bisa jadi dengan hal yang menggiurkan. Agar derajat kita bertambah dihadapanNya. 

.

Ujian tidak hanya berupa kesedihan, rasa sakit dan kekurangan. Ujian bisa berupa kemudahan hidup, limpahan harta dan kenikmatan lainnya. Hanya saja, Sadarkah kita bahwa semua ini hanya sarana? Supaya kita menuai pahala demi Surga? Sabarkah kita saat susah? Syukurkah kita jika bahagia?

.

Sungguh mengherankan. Kadang orang yang belum menemukan Tuhan mampu melampaui himpitan ujian. Mereka menggantungkan dirinya pada kekuatan mental.


Bayangkan bagi orang yang sudah menemukan Rabb-nya. Betapa besar energi, kekuatan dan kemampuannya menerjang badai kehidupan? 

.

Karenanya, jangan pernah putus asa. Mungkin hari ini, himpitan hidup begitu menyesakkan dada. Kesulitan dan kesedihan datang bertubi tubi tanpa jeda. Air mata mengalir tanpa henti. Namun jika kita tahu ada Yang Maha Kuat yang menjadi sandaran kita. Maka bukan hanya mental baja yang kita punya. Namun kekuatan ruhiyah yang menjadi sumber amunisi kita. 

.

Kekuatan ini membuat kita yakin bahwa kesedihan dan rasa susah itu tidak terbuang percuma. Semua di catat rapi oleh malaikat-Nya. Di hari penghisaban, akan menjadi tabungan yang bisa kita klaim kembali.

.

Inilah indahnya Iman. Yang menancap seperti akar pohon besar yang kuat. Batang, ranting dan daunnya tumbuh dan memberi manfaat. 

.

Karenanya, mental baja? iya!

Kekuatan ruhiyah? Harus punya! 

Supaya tidak terombang ambing oleh arus dunia. 

.

London, 28 Oktober 2019


*terinspirasi dari video unggahan Radhi Devlukia (isteri Jay Shetty)

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam