Skip to main content

Hargai dan Cintai

#NasehatPernikahan

**********************

Oleh: Yumna Umm Nusaybah

Member Revowriter, London 


"Mba...saya harus bagaimana ya Mba. Dulu saya bercadar, lalu suami minta saya melepas cadar. Saya turuti. Sekarang saya disuruh melepas jilbab (baju panjang/Abaya) dan diminta memakai celana saja. Katanya bikin malu"


"Mba...suami saya jarang pulang. Dia sibuk terus bersama teman kerjanya. Ke cafe, ngobrol, pulang ke rumah selalu larut malam. Apakah pernikahan itu harus seperti ini Mba?"


"Mba...ternyata suami saya selama ini telah membohongi saya. Dia punya wanita simpanan. Entah mereka sudah menikah atau belum. Tapi saat akhir pekan, dimana dia pamit ada urusan ummat, ternyata dia bersama wanita itu."


Itulah sekelumit curhat yang pernah saya dengar. Karena saya seorang wanita, wajar kalau curhatnya dari ibu-Ibu. Kalau curhatnya dari bapak bapak malah aneh dan bisa bisa dosa (kan bukan mahram).


Mendengar curhat yang menyedihkan seperti ini membuatku merasa sedih. Selalunya kisah yang tertutur diiringi airmata. Nampak sekali hati mereka hancur berkeping keping. Ada dari mereka yang curhat untuk mencari penyelesaian. Ada yang sekedar ingin meringankan beban. Ada juga yang ingin meyakinkan diri mereka sendiri bahwa ada sekelumit harapan. Meski hampir memudar. 


Jikalau ada para pembaca mengalami hal yang serupa. Diuji oleh Allah lewat pasangannya. Aku berdoa agar Allah memberi jalan keluar. Yang baik untuk kedua pasangan. Semoga anak anak pun tidak menjadi korban. Permasalahan rumah tangga memang kompleks. Menyelesaikannya pun harus dengan sabar dan hati hati. Tidak bisa grusa grusu atau membela satu dan menjelekkan yang lain. 


Menyatukan dua manusia memang tidaklah mudah. Apalagi dua jenis yang berbeda. Intrik intrik rumah tangga tidak akan pernah habis. Seiring bertambahnya usia, jumlah anak, tambahan tanggung jawab, belum lagi orang tua kita yang semakin membutuhkan perhatian, kadang pasangan menjadi nomer sekian. 


Wajar kalau jurang komunikasi makin dalam. Masing masing sibuk dengan tanggung jawabnya. Sang suami sibuk bekerja sekuat tenaga supaya bisa menghidupi keluarga. Sang istri disibukkan mengurus anak dan rumah atau bahkan bekerja membantu ekonomi keluarga. 


Sebelum permasalahan dalam rumah tangga menjadi lebar dimana pilihannya tinggal: cerai atau tidak atau bahkan cerai baik baik atau cerai penuh benci. Pasti semua diawali dari sebuah masalah kecil. Masalah kecil yang tidak terselesaikan. Tidak terkomunikasikan. Berujung pada sebuah perasaan "diabaikan oleh pasangan". 


Berikut sekedar pesan ringan yang mungkin tidak menyelesaikan masalah serta merta. Namun bisa menjadi awal untuk menata kembali atau meluruskan lagi sebuah ikatan pernikahan dari dua lawan jenis. 


Emerson Eggerichs, best-selling author of Love and Respect menyimpulkan bahwa sebenarnya wanita itu butuh dicintai (loved) sedang laki laki butuh di hargai (respect). 


Kesimpulan ini dia ambil setelah survei pertanyaan: jika anda di minta memilih dari hal berikut, mana yang lebih mudah anda hadapi dan akan anda pilih? Ditinggalkan sendiri dan tidak di cintai oleh siapapun di dunia ini atau merasa tidak mampu dan tidak di hargai oleh semua orang? (If you were forced to choose one of the following, which would you prefer to endure, to be left alone and unloved in the world, or to feel inadequate and disrespected by everyone)


Dari sampel asli, 400 laki laki, 74% menjawab kalaulah terpaksa harus milih maka mereka memilih untuk sendiri dan tidak di cintai daripada tidak dihargai. 

Selanjutnya Emerson mengumpulkan data dari para wanita. Dia menemukan bahwa mayoritas wanita merasa lebih baik tidak di hargai daripada sendiri dan tidak di cintai.  


Berdasar pada data ini, Eggerichs menyimpulkan bahwa seorang istri itu ‘butuh untuk dicintai sebesar kebutuhan mereka untuk bernafas (a wife "needs love just as she needs air to breathe") dan seorang suami butuh untuk di hargai (a husband "needs respect just as he needs air to breathe")


Oke, itu memang buku psikologis yang ditulis oleh psikolog barat. Bagaimana dengan Islam?


Coba kita tengok hadis yang berkaitan dengan bagaimana seorang suami memperlakukan istrinya dan bagaimana seorang istri seharusnya memperlakukan suaminya.


Untuk para suami:


Rasulullah ﷺ bersabda:


‎خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

�"Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap istriku" (HR At-Thirmidzi no 3895 dari hadits Aisyah dan Ibnu Majah no 1977 dari hadits Ibnu Abbas dan dishahihakan oleh Syaikh Al-Albani (lihat As-Shahihah no 285))


Beliau shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:


‎أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا

�"Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya". (HR At-Thirmidzi no 1162 dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Majah no 1987 dari hadits Abdullah bin ‘Amr, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani (lihat As-Shahihah no 284))


Sedang berikut adalah hadis untuk para istri


Nabi ﷺ bersabda:


‎لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا


"Kalau seandainya aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain maka akan aku perintahkan seorang wanita untuk sujud kepada suaminya". HR AT-Thirmidzi no 1159, Ibnu Majah no 1853 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani (Lihat As-Shahihah no 3366)


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:


‎إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ


"Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya." (Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (no. 1296 al-Mawaarid) dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.)


Berdasarkan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,


‎لاَ تَصُمِ الْمَرْأَةُ وَبَعْلُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، وَلاَ تَأْذَنْ فِيْ بَيْتِهِ وَهُوَ شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، وَمَا أَنْفَقَتْ مِنْ كَسْبِهِ مِنْ غَيْرِ أَمْرِهِ فَإِنَّ نِصْفَ أَجْرِهِ لَهُ.


"Tidak boleh seorang wanita puasa (sunnat) sedangkan suaminya ada (tidak safar) kecuali dengan izinnya. Tidak boleh ia mengizinkan seseorang memasuki rumahnya kecuali dengan izinnya dan apabila ia menginfakkan harta dari usaha suaminya tanpa perintahnya, maka separuh ganjarannya adalah untuk suaminya."(Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5195), Muslim (no. 1026) dan Abu Dawud (no. 2458) dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu)


Jika kita tilik satu persatu, Allah ﷻ dan rasulNya juga sudah mengajarkan kepada kita bagaimana seorang laki laki harus menunjukkan kasih sayangnya kepada istrinya. Dan seorang istri menujukkan hormatnya dengan mentaati suaminya (selama ada dalam koridor syara’)


Cek cok yang sering terjadi: suami mengatakan bagaimana saya bisa mencintai istri kalau dia tidak menghargai saya. Dan istri gantian mengatakan bagaimana saya bisa menghargai suami kalau dia kasar, tidak berakhlak dan tidak ahsan (baik) serta tidak penuh kasih sayang dalam memperlakukan saya. Inilah lingkaran setan. Selama si istri melulu meminta untuk di cintai dan selama suami melulu minta di hargai. Lingkaran masalah ini tidak akan pernah selesai.


Solusinya bagaimana? Do it as you are told! 

Lakukan apa yang menjadi kewajiban kita maka hak akan kita peroleh. Bisa jadi perolehan hak itu tidak segera dan serta merta. Namun jika kita melakukannya murni karena taat pada Allah ﷻ dan RasulNya maka insyaAllah sakinah, mawaddah dan Rahmah akan bisa tercipta. Atau paling tidak pahala sudah tersedia. 


Seperti apa bentuk respect kepada suami?

1. Tidak membicarakan aib suami kepada khalayak ramai

2. Memilih kata dan suasana saat bertutur kata

3. Memberi mereka kesempatan mengambil keputusan 

4. Mendukung keputusan mereka dan memujinya meski kadang ga sesuai dengan pertimbangan kita (para istri)

5. Memompa kePD annya dan memberitahunya bahwa kita bangga dengan segala pencapaiannya

6. Memilih teman yang suami suka dan menjauhi teman yang suami tidak suka

7. Mendengar nasihat dan segala batasan yang suami gariskan (meski mubah) Misal: suami tidak suka jika kita makan jengkol. Maka bentuk penghargaan kita adalah dengan menghindarinya sebisa mungkin

8. Tidak berbicara dengan nada merendahkan di hadapan suami dan di hadapan teman.

9. Boleh mengajari asal tidak terkesan menggurui


Seperti apa bentuk mencintai isteri?

1. Perhatian dengan apa yang istri sukai

2. Bertutur kata baik kepada mereka

3. Hindari memuji wanita lain di hadapan mereka 

4. Suka memuji hal hal kecil yang istri lakukan (asal nggak sarkastik)

5. Dampingi dan peluk istri saat mereka sedih, stress atau capek dengan segala urusan 

6. Ciuman sebelum berangkat kerja, SMS penuh cinta saat di tempat kerja, pelukan sekembali kerja adalah hal kecil tapi sangat bermakna

7. Diskusikan denhan istri semua yang dirasakan (oleh suami). Jangan malah diskusi dengan teman. Karena dengan begitu istri merasa dipentingkan

8. Beri mereka waktu luang untuk recharge dengan mengambil alih urusan anak dan rumah untuk sesaat. 

9. Berilah mereka sandang, pangan, papan yang sepadan dengan jumlah pendapatan (a.k.a jangan pelit)


Sama sama 9 poin. Masih banyak contoh lain yang bisa ditambahkan. Takut kepanjangan. Jadi saya cukupkan sekian 🙂


Semoga bermanfaat dan ini pengingat bagi diri sendiri juga. 


London, 9 Juni 2019

6 Syawal 1440H


#KisahDariInggris

#Revowriter

#CatatanRingan

#IslamDiLondon

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam