Skip to main content

Who Am I?

Suatu hari puteri pertamaku bertanya: 

"Mama, who actually am I? Am I Indonesian? Am I Ethiopian? Am I British? What am I? Majority of my friends can say that they are Bengali, Pakistani or Indian, but I don’t know how I would describe myself?" -- (Mama, siapakah aku sebenarnya? Apakah aku seorang WN Indonesia? Ethiopia? Inggris? Siapa aku? Kebanyakan teman-temanku bisa menjawab bahwa mereka orang Bangladesh, Pakistan atau India, tapi aku tidak tahu bagaimana aku bisa menggambarkan tentang siapa diriku?)

.

.

Pertanyaan ini muncul setahun yang lalu saat Nusaybah masih berusia 8 tahun. Dan aku yakin, suatu saat pertanyaan ini akan muncul kembali saat dia mulai dewasa. 

.

.

Bisa di pastikan setiap manusia akan melalui sebuah proses pencarian jati diri. Ada yang mencari jawaban itu dengan penuh keseriusan, ada yang asal jawab saja dan ada yang tidak peduli dan lewat begitu saja tanpa ada bekas dan tanpa pernah peduli untuk memikirkannya kembali. 

.

.

Jika seseorang bertanya kepada kita tentang siapa kita yang sebenarnya? Apa jawaban pertama yang muncul dari mulut kita? Bahkan sebelum itu, kata apa yang muncul dalam benak kita? 

.

.

Seorang Perempuan-kah? Seorang ibu? Seorang enterpenur? Seorang dokter? Seorang direktur? Seorang ibu Rumah Tangga? Seorang ilmuwan? Orang Jawa? Orang Cina? Orang Batak? 

.

.

Tanpa kita sadari, sebenarnya Jawaban pertama itu menjadi perwakilan dari ide dasar tentang siapa kita yang sesungguhnya dan identitas ini yang nantinya menjadi titik sentral dari berbagai pilihan dan prioritas yang akan kita ambil di kehidupan keseharian kita atau jika ada aktivitas yang berbenturan dan kita di haruskan memilih. 

.

.

Satu contoh, seseorang perempuan yang benar benar butuh pekerjaan untuk menghidupi keluarganya dan akhirnya mendapat pekerjaan itu, namun pekerjaan tersebut mengharuskan perempuan tadi memakai pakaian yang tidak sopan, maka pada saat itu akan terjadi ‘perang batin’ yang membuat si perempuan tadi harus memilih. 


Jika si perempuan tadi mengajukan pertanyaan itu kepada kita, saran apa yang yang akan kita berikan kepadanya?


Nah.. apa landasan kita menasehati tentang pilihan yang tepat? Siapa yang kita jadikan rujukan? Nasehat dan standar siapa yang kita pakai? Itu tergantung dari jawaban kita dari pertanyaan "Siapa kita" sebenarnya dan prioritas apa yang harus kita ambil dari berbagai pilihan yang ada. 

.

.

Jika kita menyadari bahwa hidup kita tidaklah "bebas" seperti klaim orang orang barat, maka sudah selayaknya kita kembalikan lagi pertanyaan itu kepada Yang sudah menciptakan kita. 

.

.

Allah ﷻ sudah menjelaskan bahwa tugas kita di dunia adalah untuk beribadah kepadaNya. Sebagaimana tersebut dalam Quran Surah Adz Dzariyat, Allah Ta’ala berfirman,


‎وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ


"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz Dzariyat: 56) 

.

.

Ibadah dari segi bahasa adalah berasal dari perkataan Arab yang terbentuk dari kata dasar "ain", "ba" dan "dal" (عبد) yang membawa maksud merendah diri, patuh dan taat (al-Maududi, 1984). 

.

.

Kerendahan diri, kepatuhan dan ketaatan ini adalah secara umum, tidak difokuskan kepada sesuatu apapun.

.

.

Dari segi istilah, ibadah bermaksud khusyuk kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, merendah diri dan tetap hati kepadaNya. Jelaslah, maksud dari segi istilah ini telah meletakkan fokus ketundukan dan kepatuhan seseorang manusia itu hanya ditujukan kepada Allah Subhanu Wa Ta’ala, tanpa sekutu sama sekali. 

.

.

Maka tidak ada pilihan lain lagi bagi seorang Makhluk untuk mendefinisikan siapa kita.

.

.

Jadi siapakah kita? Kita adalah hamba Allah ﷻ yang di Ciptakan untuk menyembah Dia ﷻ. Walhasil, pilihan pilihan kita dalam hidup kita sudah semestinya selaras dengan apa yang Allah ﷻ inginkan. 

.

.

Bukannya selaras dengan hawa nafsu atau keinginan sesaat atau apa yang menguntungkan atau mana yang lebih gampang dilakukan atau mana yang lebih menghasilkan uang atau mana yang nanti di anggap lebih mulia oleh masyarakat.

Bukan, sekali lagi bukan itu yang seharunya menjadi standar. Tapi, manakah menurut Allah ﷻ pilihan yang tepat? tujuan yang tepat? pandangan di mata Allah ﷻ yang benar?

.

.

Jika seseorang sudah memahami hakikat mendasar jati diri ini maka tidak ada orang yang kesulitan memilih karena pusar dari pilihan itu tidak akan berubah! 

Hukum dan syariat Allah ﷻ tidak akan pernah berubah. 

.

.

Aku bisa bayangkan kebingungan itu akan jarang terjadi, kalaulah ada maka dengan tambahan pengetahuan ilmu dan bertanya kepada ahli ilmu akan bisa menemukan jawabannya. 

.

.

Seorang ibu RT akan mengerti apa yang di prioritaskan, demikian juga seorang ayah, seorang ibu pekerja, kapan seorang anak harus memprioritaskan kedua orang tuanya, kapan seorang suami harus memprioritaskan anak2nya, bahkan kapan seorang pemimpin harus menahan diri untuk tidak ikut2an mengucapkan natal dan boleh tidaknya kita atau para pembesar negeri ini berpartisipasi dalam perayaan agama lain. Semuanya sudah jelas dan selayaknya rasa malu, rasa takut, rasa minder, dan rasa rasa yang lain tidak seharusnya menjadi pertimbangan.

Penghujung 2018 sudah tiba, 2019 akan segera mulai, mari kita pertanyakan kembali Who Am I and let’s find the right answer and work from there. 


Wallahu ‘Alam bishowab


Weesp, Belanda

30 Desember 2018

Ditulis oleh: Yumna Umm Nusaybah

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam