Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2018

Who Am I?

Suatu hari puteri pertamaku bertanya:  "Mama, who actually am I? Am I Indonesian? Am I Ethiopian? Am I British? What am I? Majority of my friends can say that they are Bengali, Pakistani or Indian, but I don’t know how I would describe myself?" -- (Mama, siapakah aku sebenarnya? Apakah aku seorang WN Indonesia? Ethiopia? Inggris? Siapa aku? Kebanyakan teman-temanku bisa menjawab bahwa mereka orang Bangladesh, Pakistan atau India, tapi aku tidak tahu bagaimana aku bisa menggambarkan tentang siapa diriku?) . . Pertanyaan ini muncul setahun yang lalu saat Nusaybah masih berusia 8 tahun. Dan aku yakin, suatu saat pertanyaan ini akan muncul kembali saat dia mulai dewasa.  . . Bisa di pastikan setiap manusia akan melalui sebuah proses pencarian jati diri. Ada yang mencari jawaban itu dengan penuh keseriusan, ada yang asal jawab saja dan ada yang tidak peduli dan lewat begitu saja tanpa ada bekas dan tanpa pernah peduli untuk memikirkannya kembali.  . . Jika seseorang bertanya kepad

Yang sedih untuk dikenang, hanya akan menguatkan.

“Nduk, muliho yo Nduk.... mami mlebu Rumah Sakit mulai mambengi sampe saiki” - (Nak, pulang ya nak.... mami masuk RS sejak semalam sampai sekarang) . . Deg.....! Jantungku seperti berhenti berdetak mendengar suara Bapak atau yang biasa aku sebut dengan panggilan Pak’e di telpon genggamku. Meski sejak kelas 1 SMA aku ngekos dan jauh dari orang tua, baru kali ini Pak’e memintaku pulang. Pastilah ada sesuatu yang sangat mengkhawatirkan. Aku hitung sudah hampir satu bulan lebih aku belum sowan ke desa menemui pak’e dan Mami. Semua dikarenakan kesibukan perkuliahan di UNAIR Surabaya yang sudah memasuki tahun ketiga. Dengan rasa khawatir yang masih menggantung, aku putuskan pulang di pagi harinya dan aku langsung meluncur ke Rumah Sakit Islam di Banyuwangi. . . Sampailah aku dan saudara kembarku ke ruangan di mana mami di rawat, aku lihat nenekku duduk di samping mami sambil menangis. Aku lihat tubuh lemah tergolek di pembaringan, tubuh yang terlihat sangat kurus sekali. Aku benar benar terk

Menjadi minoritas setelah 14 tahun di Inggris (part 3-END)

Perbedaan yang terakhir yang Bianca sampaikan: "I am a university graduate..." dan dia tidak melanjutkan kalimatnya. Aku sendiri yang harus mengisi titik titik itu... Sejenak aku diam terpaku karena bagiku itu bukanlah perbedaan karena aku juga "University graduate" alias lulusan Univeritas gitu loh!!! . . Tapi kenapa yang muncul dalam benak Bianca pernyataan yang seperti itu?  . . Karena konteks diskusi kami adalah perbedaan di antara kami berdua, maka konsekuensi logis dari kalimat itu sudah tersirat meski tidak tersurat, bahwa: "Bianca adalah lulusan universitas sedang aku bukan!" Beda lagi jika Bianca bilang:"I have my PhD degree" maka masih ada kemungkinan aku mengisi titik titiknya dengan jawaban :"I have my bachelor degree or Master Degree"  Tapi dengan kalimat Bianca itu sudah nampak BIAS dan quick judgement yang menyimpulkan bahwa: perempuan berkerudung di hadapannya (dalam hal ini aku) adalah wanita yang tidak pernah mengecam

Menjadi minoritas setelah 14 tahun di Inggris (Part 2)

Pukul 12:30 siang masuk waktu ISHOMA, sambil menunggu antrian makan siang, aku putuskan untuk sholat duhur karena di musim dingin seperti sekarang, waktu waktu solat berdekatan satu sama lain. Aku tanya ke ketua panitia, seorang wanita berkulit putih berambut pendek bernama Bethan:"do you have a small spare room where I can pray?" (Adakah ruangan kecil yang bisa aku pakai untuk solat?)  Dengan senyum manis, dia menjawab:"Let me ask the museum manager and I will get back to you, when do you need it and for how long? (Aku akan coba tanya ke manajer museum dan nanti aku kasih tahu kamu, kapan kamu butuhnya dan untuk berapa lama?). Aku jawab: "I would appreciate it if I can use it now and I only need it for no longer than 5 to 7 minutes" (Kalau bisa sih sekarang dan aku hanya butuh untuk 5-7 menit saja) Selang beberapa menit, Bethan sudah kembali dan mengajakku turun tangga dan menunjukkan ruangan meeting kosong yang bisa menampung lebih dari 10 orang! "Thank

Thought of Him ﷺ 

Last Sunday, Nusaybah and her school had choir performance of Islamic nasheed in an event called Big Sing Up. Few Islamic school come together and performed several nasheed simultaneously from 9am - 12:30pm. ماشاء الله  It was fantastic atmosphere. There is no instruments played, only daf and humming. There were two international Munshid performed on the stage and all children were so excited. Apparently, one of the singer had a hit song that most children knew (clearly my knowledge was very behind on this department). The kids sang along and shouted the phrase of Takbir, Hamdalah and shahadah.  One of my favourite moment was when a young boy (year 6) from Islamiya school in North West London performed his spoken words. He won the competition in his school for writing and reciting his poem titled:" what will I do if I meet the Prophet ﷺ " It was soooo raw, genuine, beautiful as well as eloquent. It brought me to tear and I could relate to every words he said.  So on the way h

Cute handwriting 

I just find it cute to read Rumaysa’s handwriting using phonics to actually write it 🙂 the meaning is making sense (just read it as it is) but obviously the spellings still need a lot of work.  . . Funny thing, whenever she had a spelling test, she got everything correct. She usually feels a bit down if I mentioned the spelling mistake. So I would just let her keep writing and writing. . . My main purpose is for her to enjoy and like expressing her thoughts and emotions in a form of writing. I believe in a few months she’ll be very good at it. ان شاءٓ الله  . . What’s actually she meant to write:  My handwriting is very nice so the teacher is very happy and the headmasters is also really happy. London, 6th December 2018 9:26am Found the sheet near the bin 🙂

Menjadi minoritas setelah 14 tahun di Inggris (Part 1)

Oleh: Yumna Umm Nusaybah #KisahDariInggris "I am so excited to attend this seminar. I am looking forward to the topic that will be discussed" ujarku ke suami sambil pakai pelembap wajah yang sudah hampir habis. Setelah pamit ke suami dan si kecil, aku keluar rumah menuju halte bis. Pagi itu adalah salah satu pagi yang aku tunggu tunggu. Training gratis yang di sediakan oleh Parent Gym ini akan menghadirkan Dr Nihara Krause (Award winning Consultant Clinical Psychologist) dengan tema "Supporting the mental health of children and young people’.   Kenapa aku tunggu-tunggu?  Pertama karena topiknya berkaitan dengan human behaviour dan mental well being. Topik ini selalu bikin mataku ‘melek’ dan otakku bekerja.  Kedua, karena trainingnya di London Barat. Butuh waktu satu jam dengan kereta bawah tanah untuk menempuh perjalanan dari rumahku ke Notting Hill. Sambil jalan jalan lah, hitung-hitung jadi turis lokal dadakan (sssst masih ndeso Emang). Kapan lagi emak-emak dengan ana