Skip to main content

Memulai dengan mencoba

Oleh Yumna Umm Nusaybah

Seorang filosof Jerman yang bernama Arthur Schopenhauer pernah punya petikan berikut: 

"The first forty years of life give us the text: the next thirty supply the commentary.

Mungkin ada juga yang pernah dengar sebuah ungkapan "Life begins at forty"

Yang aku tahu ungkapan ini sebenanrya di tujukan untuk kaum wanita di abad 20-an dimana sebelum mereka memasuki usia ke 40, para wanita biasanya akan di sibukkan dengan kesibukan mengasuh anak, membesarkan dan memenuhi kebutuhan fisik anak-anak mereka. Setelah mereka memasuki usia 40 tahun, barulah mereka bisa keluar dari "sangkarnya" dan proses menekuni bidang yang mereka sukai, berkarya, serius pursuing their own passion baru dimulai. Meski tidak menutup kemungkinan sudah ada kaum ibu yang meraih puncak karirnya, sukses mendidik anak-anaknya, memiliki bisnis dengan omset jutaan rupiah di usia 40 juga. 

Di manapun titik kehidupan kita sekarang, tidak perlu risau dan tidak perlu membandingkan dengan teman sebaya atau se-angkatan karena jalan hidup, dinamika keluarga, ujian, cobaan, kenikmatan yang diberikan Allah ﷻ untuk masing2 orang sangatlah berbeda. Setiap orang itu unik dan kelebihan, kekurangan, ujian dan kenikmatan sudah di design spesifik untuk masing2 orang oleh Allah ﷻ Yang terpenting adalah siapapun kita (dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada),berapapun usia kita, selagi masih bisa bernafas dan berfikir maka mencoba dan menggali potensi diri haruslah terus di lakukan. 

Dari kuliah WhatsApp bersama mba Asri Supatmiati mendorongku menggali kembali "mimpi" lamaku yang terkubur. Sebentar lagi aku memasuki usia 40, kini mulai mencari kembali apa yang membuatkumerasa hidup, menulis seperti menggali rasa dan pandangan pribadi yang jarang aku sampaikan di hadapan orang yang aku kenal. Mengagumkan rasanya ada orang di belahan dunia lain, generasi lain, ditahun yang berbeda dari tulisan itu di buat, namun mereka masih bisa merasakan efek dan pelajaran dari tulisan yang ingin aku ingin bagi. Kekaguman dari kekuatan tulisan inilah yang membuatku tergerak untuk belajar dan mencoba. Blog yang sudah ada sejak 2005 telah mengabadikan banyak momen dan hikmah dalam bentuk tulisan yang jika aku baca lagi bisa membawa diriku kembali ke masa lalu dan menelusuri jalan yang sama dengan rasa yang berbeda. 

Aku akui merangkai kata dalam bentuk tulisan bukanlah "strength" yang aku punya, juga bukan hal yang keluar secara mudah dan tabi’i. Tidak seperti kakak, atau saudara kembarku yang memang dari kecil udah jago menulis, mereka sering sekali menulis di diari. Aku lebih suka berbicara, menyuarakan ide secara spontanitas dan acak. Bagiku, menulis adalah sebuah tantangan tersendiri karena harus ada waktu untuk menata alur, meng-edit tulisan, memampatkan isi, merangkai kata yang mampu menyentuh kalbu dan membangkitkan pemikiran, dll. 


Tapi ternyata bayang-bayang ideal itulah yang justru semakin menyurutkan semangatku untuk menulis. Seperti kata mbak Asri: segmen pembaca akan selalu ada untuk setiap penulis. So here I go, giving it a try! 

Seperti quote di gambar: ‘Don’t try to figure out what other people want to hear from you; figure out what you have to say. It’s the one and only thing you have to offer.’

Tidak perlu mencoba menuruti apa yang orang lain ingin dengar dari kita atau mengikuti harapan orang lain terhadap (tulisan) kita, fokus saja kepada apa yang ingin kita sampaikan, karena itulah yang sebenarnya mampu kita tawarkan. Tentunya Ridha Allah yang kita niatkan. 

Alur yang jelas, pilihan kata yang keren, tulisan yang menyentuh jiwa, rangkaian kata yang membangkitkan pemikiran akan terasah jika selalu mencoba. 


London

23 November 2018

#revowritermutiaraummat

#MengapaAkuHarusMenulis

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam