Skip to main content

A humble doctor


Related image

Sebut saja Namanya dr C.....

Selama Ramadan ini, 2 minggu berturut turut ada seseorang yang menghadiri kajian lokaliti kami yang sosoknya menarik buatku. Beliau seorang pensiunan, asli dari Iraq dan dulu bekerja sebagai GP (Dokter Klinik setara spesialis). Di usianya yang sudah senja, beliau bisa di bilang masih aktif. Kemana mana masih nyetir sendiri, belanja sendiri, masak sendiri dan yang lebih keren lagi, wawasan politik dan pengetahuan Islam beliau patut di acungi jempol.

Tanpa ragu, tanpa canggung, beliau duduk bersama kami, sharing semua pemikiran2nya yang dikemas dengan bahasa yang captivating. Diskusi kami berkembang dari bahasan Taqwa, tajwid, tafsir ayat dalam Al Quran sampai urusan politik dan kondisi kaum muslimin di Iraq dan akar masalah dari konflik2 yang terjadi di negeri Muslim. 

Sampailah kami berdiskusi tentang image dari seorang perempuan muslim. Di negeri barat seperti Inggris, menjadi seorang wanita muslimah yang berkerudung tidaklah se-sederhana di negeri Muslim apalagi seperti di Indonesia. Ada anggapan 'buruk' tersendiri tentang sosok wanita yang berkerudung, apalagi berjilbab (berjubah). Umumnya anggota masyarakat yang a) tidak pernah mau belajar tentang Islam dan Muslim dari sumbernya langsung atau b) tidak punya tetangga Muslim yang aktif mengenalkan me-musliman dan ke-Islamannya, maka orang2 ini menggantungkan sumber informasi (tentang seperti apa sosok wanita muslimah itu) hanya dari mainstream media.

Alhasil, ga heran kalau kesimpulan umum tentang  wanita berkerdung dari rakyat inggris yang ogah baca dan ogah berinterksi dan membuka wawasan adalah bahwa mereka:
  • Nggak bisa bahasa Inggris
  • Nggak berpendidikan apalagi punya gelar dan bekerja sebagai profesional
  • Tertindas oleh suami atau bapaknya
  • Di paksa memakai kerudung 
  • Di paksa kawin (di jodohkan secara paksa)
  • Kerjaannya cuma masak dan (maaf) macak dan manak
  • Bodoh dan mau saja dibodohi
  • Terbelakang dan di manfaatkan oleh kaum pria dari komunitasnya sendiri.
  • Pemakan tunjangan negara untuk golongan ekonomi kurang alias benefit receiver
  • Benci dan pingin meneror orang2 yang bukan muslim
Itu hanya sekilas dari sekian banyak daftar 'pre-conceived idea' yang jelas salah semua.....walhasil kadang kami wanita muslimah harus pandai2 membawa diri dan tahu diri kalau perlu membuktikan diri :)

Berikut kisah yang di tuturkan oleh dr C saat beliau masih praktek menjadi dokter.

As my patient entered the room, he asked me"Oh I am here to see dr. C, where shall I go?" 

I was smiling and told him to take a seat an said: "I am dr C, how can I help?"

I could see, he was shocked and did not expect that the doctor he was registered with was a MUSLIM WOMAN and A Hijabi! (aku bisa melihat wajah dia terkejut sekali saat melihat dokter yang dia pilih adalah seorang perempuan muslim berkerudung pula!)

Lain waktu beliau bercerita, saat beliau mau periksa di dokter gigi dan harus menjalani perawatan yang memakan biaya sekitar £300 (sekitar 5,5 juta dan ini jumlah yang nggak sedikit), beliau langsung di minta mengisi formulir bebas biaya dimana ini biasanya di isi oleh orang2 yang mendapat layanan gratis karena mereka dari golongan ekonomi rendah (tanpa ada maksud memandang rendah atau apapun). Lagi lagi sambil senyum beliau bilang :"I pay for my own treatment so you can give me the bill".

Ketika kami tanya kenapa beliau tidak bilang saja kalau beliau seorang GP? beliau menjawab :"I do not like to mention it when it's not necessary. I was not there as a doctor, I was a patient so I do not think it is appropriate and there was no need to mention it." (Saya tidak suka menyebutkan -bahwa saya seorang dokter- karena kurasa itu tidak perlu. Saya berada disitu tidak sebagai seorang dokter, tapi sebagai seorang pasien jadi tidak pantas dan tidak pada tempatnya) 


Kisah seperti di atas sebenarnya bukanlah hal yang langka, aku pun sendiri pernah mengalaminya. Yang jelas jelas aku ingat adalah saat aku naik pesawat pulang ke Indonesia dari Dubai ke Jakarta, London ke Singapura dan Turki ke Ethiopia. Berasa sekali cara mereka (air hostess) melayaniku dibanding cara mereka melayani dua orang yang duduk di depanku (mungkin nanti bisa jadi tulisan sendiri). 

Moral of the story:
  1. Stay Positive! Anggap aja orang yang memandang kita 'rendah' hanya karena selembar kerudung di kepala kita adalah orang2 yang ga mau baca dan ga mau membuka wawasan, atau mungkin mereka lagi bete atau mungkin mereka cuma nonton TV kerjaannya atau emang ga pernah ketemu wanita muslimah dan bicara langsung. 
  2. Kikis habis tuh mental-mental di jajah alias merasa rendah diri hanya karena kulit kita yang berbeda atau ethnic kita atau agama kita (apalagi kalau ngabisin duit buat cream pemutih :)
  3. PeDe aja dong shaaayy! wajah boleh rata rata tapi otak harus berisi, apalagi wajah cantik dan otak menarik ...tambah asyiiiik!
  4. Tak perlu tersinggung kalau orang nggak tahu kalau kita bergelar sarjana, master atau phD yang penting di mata Allah kita istimewa. Justru sangat di sayangkan kalau kita di kelilingi orang yang hanya peduli dengan titel kita, harta kita, status sosial kita dan bukan kita sebagai seorang manusia yang punya wibawa (eh kenapa jadi berirama begini yaa...)
  5. Yang terakhir seperti di photo yang aku pampang: Rendah hati-lah meski kamu percaya diri tapi warnai karaktermu dengan keberanian (entah itu keberanian membela yang tertindas, keberanian berbicara benar meski pahit, dan menegakkan keadilan meski seluruh dunia melawan)
udah ah.....jadi ngelantur. Kalau panjenengan2 punya pelajaran lain dari kisah di atas, monggo di share ke saya. 

Umm Nusaybah
London
7 Juni 2018
*Lagi lagi tulisan pendek di sela2 nyiapin kajian untuk hari ini (kebiasaan last minute.com)*

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam