Skip to main content

Renungan 1

Setelah punya 2 anak (6 dan 3 tahun) aku benar benar percaya bahwa 

"Lebih mudah mengajarkan matematika dan bahasa kepada anak2 daripada mengajarkan adab dan membentuk karakter mereka menjadi manusia mulia" 

Orang bilang, membentuk emotional integence alias kecerdasan emosional jauh lebih dibutuhkan daripada kecerdasan intelektual karena orang yang cerdas emosinya akan mampu mengolah segala kemampuan,
Kekurangan dan kelebihan hidup ini untuk berpihak kepada keberhasilan dia.

Namun kadang, lebih banyak waktu kita habiskan untuk fokus pada hal yang tidak seharusnya.

Bukan berarti kita tidak Perlu membuat anak anak kita cerdas secara inteletual namun "mental set" dari kita sebagai orang tualah yang penting. Supaya seimbang dan tidak salah prioritas atau salah menimbang.

But...yang paling penting adalah kecerdasan spiritual dimana anak2 kita ajarkan tentang siapa Tuhan mereka dan apa peran Allah ﷻ dalam hidup kita, dan bahwa kehidupan kita punya makna dan tujuan yang telah di gariskan oleh Sang Pencipta kehidupan. Hingga akhirnya mereka menjadi generasi yang tidak pernah sombong dan selalu melihat dunia dan segala kejadian di dalamnya dari sudut pandang yang benar.

Inilah hal Tersulit!! 
namun jika berhasil
Maka orang tua akan menuai pahalanya bahkan sampai tubuh mereka sudah bersatu dengan tanah!

Maha adil Allah ﷻ 
Dia mengaruniakan pahala yang besar berdasar pada besarnya upaya dan sulitnya sebuah peran.

Mendidik anak menjadi Generasi Allah ﷻ adalah peran yang tidak gampang, tak heran kalau pahalanya mengalir terus.

Ayo kita semangat mengembalikan fokus terhadap hal2 yang memang berhak mendapat fokus :) *belibet kalimatnya*

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam