Skip to main content

Wanita Karir or IRT?

*Not-desperate housewives*

Here we go again.

Survey yang dilakukan oleh the Guardian dan ICMmenyebutkan bahwa punya anak dinilai sebagai kalah penting daripada a good job, an enjoyable career and'enough' money./Hasil survey itu juga menyatakan bahwa most people think a woman's status rest on how she earns her living.And only 36% of women believe that people put children ahead of theircareer.//It's not really a surprise, is it?
Jangankan di negara maju, di negara-negara berkembang seperti Indonesia pun sejak lama hal itu terjadi.Namun, jika ditelusuri lebih jauh ada perbedaan nyata antara kasus Indonesia dengan Inggris.Di Indonesia banyak yang masih berpikir bahwa we can have it all. Kita punya anak, tapi juga masih bisa berkarier.Karena itu di Indonesia meskipun wanita karier jumlahnya terus bertambah, namun angka kelahiran pun juga tetap tinggi.Di Inggris, women have learnt that they can not have it all, at leastnot at the same time. Karena itu tetap berkarier atau punya anak adalah a choice, pilihanyang harus dipilih salah satu.Dan lebih banyak memilih yang pertama, karena itu menurut the Office of National Statistics,di Inggris fertility rate adalah 1,77 children per woman.Bahkan pada 2001 sempat hanya 1,63. Jauh dibandingkan dengan 2,9children di tahun 1960-an.Memilih untuk tidak punya anak tidak pernah ada dalam pikiran saya.
Maka ketika hamil saya pun dihadapkan dengan pilihan klasik, apakah saya akan meninggalkan anak saya dengan orang lain dan saya kembali bekerja? It was a choise between her and my career. I chose her.Tidak bisakah dua-duanya? Tidak buat saya. Karena saya juga percaya pada/we can not have it all. Meskipun dari sisi keuangan akan sangat berpengaruh dan berasa berat.Namun, pertimbangan keuangan tidak ada apa-apanya dengan alasan lain yang membuat memilih tidak bekerja tidak mudah, my pride.Deep down, I felt I was too good to be a housewife.
Dan ibu saya pun berpikiran sama.Tentu saja, saya salah. Setelah punya anak saya merasakan bahwa motherhood (or perenthood)is harder than I thought. Sangat berat, ketika kata 'membesarkan anak' di sini diartikan sebagai mendidik.Parenthood jauh lebih dalam dari pada sekedar membelikan baju cantikdan mainan yang lucu.Parenthood bukan lah 'asal anak diam, asal tidak menangis, atau asaltidak rewel' model parenting yang saya perhatikan dipraktekan oleh para nanny/pembantu/asisten di Indonesia.
Parenthood juga tidak cukup hanya mengajak jalan-jalan atau bermain diakhir pekan.Selain materi, parenthood menuntut sesuatu yang lebih penting yaitu waktu, energi,pikiran, kesabaran dan keseriusan.Yang tidak akan cukup diletakkan dalam kedudukan sebagai /part time job. Ini yang disadari wanita-wanita di negara maju, seperti Inggris, karena itu mereka tidak mau membagi kerja dengan punya anak. Sayangnya mereka memilih untuk menunda atau bahkan tidak punya anak.I know some people (and women too) berpikir bahwa ibu rumah tangga itu kurang informasi,hobby menonton TV dan image lain yang kini populer dengan deseperate housewives. Saya mengajak semua ibu di mana saja untuk menentang image thedesperate housewives. We are educated. We hold the spending power in our families.Happy housewives are the ones rising the future -- isn't that worthy ofrespect?Ultra-feminis tentu tidak suka dengan ide itu. Mereka katakan, wanita seperti saya memundurkan posisi wanita seperti pada 50 tahun lalu.
Bukankah ide feminisme itu membuat wanita bisa memilih? Tidak boleh kah kita feel good dengan pilihan kita, jika pilihan itu adalah menjadi ibu rumah tangga? I'm happy. I'm at home with my kids. I have a great marriage. My house is clean and organised.I have lot of friend and make time for them.I enjoying my life, go shopping, vacuuming and do laundry.Ya sebagai konsekuensinya karier saya terhenti. Tapi apa yang saya korbankan? /The long hours,not being there for my children, missing my daughters childhood? SomeLoss.Once you start bonding with your home, spending time with your kids,enjoying the pleasure of healthy marriage and paying attention to yourneed as well, your life transforms.You can almost have it all.Yes, something has to go, for me it was my career.
Namun saya menemukan cara to keep my brain going. Saya banyak membaca dan terus menulis saat anak-anak tidur.Ketika saya pulang ke Indonesia beberapa bulan lalu, ibu yang selama ini tidak setuju dengan pilihan saya berubah pikiran. Setelah mengenal anak-anak saya, beliau berkata, " Memang jauh bedanya anak yang dididik ibunya dengan yang tidak".
Dan semua teman saya di Indonesia, punya anak atau pun belum, setuju dengan pendapat ibu saya itu.Apakah anak saya lebih baik dari anak-anak yang lain? Tidak.Tapi saya yakin bahwa anak-anak lebih baik daripada kalau saya bekerja.Saya menyadari bahwa banyak wanita yang can't afford, tidak mampusecara ekonomi untuk meninggalkan pekerjaan mereka dan menjadi full time mum. Tapi bagi yang mampu dan berniat melakukannya atau sudah melakukannya,jangan mundur hanya karena pride dan kurang mendapatkan respek.
Let's show the world, we can be good mother, look good, have greatmarriage, be interestingand creative, and find a ways to make money without leaving our familysfor 12 hours a day.
/*Nurani Susilo, /A not-desperate housewife/ tinggal di London.
Beberapa kalimat dikutip dari review buku /Happy Housewives/ by DarlaShine,
the Sunday Time.
Data dan statistik dari the Guardian.
ditulis oleh salah seorang sobat Kibar di Inggris

Comments

amir hady said…
amee... selamat kamu bisa memperoleh pendirian tersebut, ingat ngga postingan saya di myquran, bahwa sorga itu terletak di bawah kaki ibu? jadi kalau salah "memilih" maka para wanita akan "terlempar" dari sorga yang sebenarnya telah mereka "injak"... saya dukung pilihan kamu...

btw.... saya juga masih mengharapkan anak dari istri, tapi dia sepertinya trauma melahirkan, sebab anak pertama melahirkan normal, anak kedua sungsang dan meningal, yang ketiga keguguran, yang kempat melalui operasi caesar (sekarang sdh 3 thn), makanya waktu saya minta tambah lagi dia nggak (belum) mau,... bgmn solusinya? saya saran bgmn kalau dari "istri yang baru" he..he..he.., dia jawab bisa "dipertimbangkan" kalau semua sudah "mapan"....
Anonymous said…
Hidup IRT!! Duh, jadi bangga nih menjadi seorang ibu rumah tangga :)
Tika said…
Tulisan bagus Amee. Tapi harus disadari bahwa ibu butuh dukungan sekitar... Termasuk sesama ibu sebaiknya saling mendukung, soalnya yg ada saling ngosipin....
Buat Pak Aming... istrinya butuh dukungan psikologis..saya bisa merasakan apa yg dirasakan istri bapak... lagian alhamdulillah sudah dua....
Anonymous said…
mbak amee, wah postingannya membludak nih, hehe, btw mbak amee juga wanita karir loh, orang DPR lagi, wanita karir di dapur, dan rumah, hehehe. Ummu madrasatun, yup, menjadi ibu dalam mendidik keluarga dan sekaligus berdakwah, ngga harus kerja di kantor kok, mbak mungkin bisa kerja ala SOHO kalau mau, gak capek keluar rumah tapi tetep bisa berkarya. ttg SOHO lihat aja di http://penakayu.blogspot.com
abo sulaiman said…
oke nih mee tema nya. Mungkin karena pola pikir, adat & fasilitas negara maju yang mengakibat kan para wife merasa desperate. memang lebih baik meraih kebahagiaan itu dengan pendekatan ke agama yah mee! SIKAP suami juga pentiiing banget loh untuk mewujudkan a happy wife :) Soal anak, emang no.1 lah yah ga ada yang bisa ngalahin, apalagi karir! tapi itu bisa juga jalan bareng, apalagi kalo ada pemecahan misal nya kita kerja pas anak sekolah. Aku rasa islam juga mendukung wanita untuk berkarir ya?!?! soal nya Siti Khadijah (istri nabi Muhammad) kan bisnis woman. thx amee!
Umm Nusaybah said…
@catatan pak Miing...iya setuju pak Miing, inshaAllah minta doanya aja bisa jadi ibu sholihah...mau anak ketiga? well.menurut amee sih kalo berkeluarga yg penting ad asaling support, dan saling memahami, inshaAllah kalo isetri dikasih waktu pasti mau...sabar dulu pak..mo poligami, juga boleh ..wong islam membolehkannya :)

@nia....setujuuuuuuuuu

@ummu Iffah, iya bener sis...dukungan sekitar juga penting makanya misi menjelaskan kpd ummat dan mengajari mereka serta menyadarkan yg belum sadar juga mnejdai tanggung jawab kita

@hanan....hehe...mbludak soale pas ad awaktu nih sis...ho oh nih IRT juga dan wanita karir juga...in any meaning..ciee

@liza....iya setuju mba liza...bahagia letaknya di dalam hati...bukan materi....contect with the qadla and also focus for hereafter really can make life easy :) wanita karir?? boleh alias mubah kok....asal gak ninggalin yg wajib...

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam