Skip to main content

SECERCAH KASIH YANG TERPENDAM

...Untuk Semua Shahabat yang pernah mengisi Kehidupanku.... Saudaraku terkasih di jalan Allah ...Manusia memang boleh berharap dan berencana tentang apa saja. Tetapi Allah jualah yang menentukan hasil akhirnya. Ini berlaku bagi siapa saja. Betapa pada seluruh harapan yang kita usahakan, harus ada ruang yang kita sediakan untuk Allah. Sebuah ruang gelap berupa kehendak Allah, yang berada di luar kuasa kita. Di ruang ini, kita hanya bisa menyikapi dengan cara berdo’a, berharap dan bertawakal kepada-Nya. Di ruang ini pula, setiap orang harus menutup semua gelora optimisnya pada setiap ikhtiar yang dilakukan dengan kata "semoga" atau "mudah-mudahan". Persis seperti seorang ibu yang melepas anaknya ke ruang ujian. Ia tahu anaknya sudah rajin belajar. Tetapi ia harus tetap mengatakan,"Mudah-mudahan engkau berhasil, Nak!" Ya … seorang mukmin yang meyakini Allah sebagai Tuhannya, juga harus meyakini bahwa Dia pula yang menentukan usia, rezeki, jodoh dan segala ketetapan lain atas dirinya, termasuk datangnya musibah atau kekecewaan. Di sini kita harus belajar bahwa sebagai manusia kita bukan segala-galanya. Bahkan dengan teknologi canggih yang terus berkembang sekalipun tetap ada titik lemahnya. Subhaanallah … Saudaraku, Orang bijak berkata bahwa hidup adalah rangkaian ikhtiar demi ikhtiar yang tak selalu berujung dengan kesenangan atau keberhasilan. Karena perjalanan hidup memang tidak selalu mulus, sesuai dengan harapan kita. Hidup itu sendiri merupakan perpindahan dari satu masalah ke masalah lain. Dunia dengan segala godaannya yang memikat hati adalah tempat masalah, tempat iman kita diuji dengan derita atau bahagia, dengan kebaikan atau keburukan, hingga Allah mengetahui siapa yang benar-benar berjihad dan bersabar di jalan-Nya (QS. 47: 31) serta siapa yang terbaik amalnya (QS. 67: 2). Allah pun telah berfirman: "Apakah kamu mengira akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. 2: 214) Yang harus kita yakini adalah Allah tak akan membebani seseorang di luar batas kesanggupannya (QS. 2: 286). Rasulullah saw. pun bersabda: "Seseorang diberi cobaan menurut kadar kekuatan dien yang dimilikinya. Semakin kuat diennya semakin kuat pula cobaannya dan bila diennya melemah, melemah pula cobaannya. Ujian berjalan seiring dengan kadar diennya." (HR. Bukhari, Ahmad dan Turmudzi) Saudaraku, Sebagai manusia biasa, mungkin kita pernah mengalami saat-saat "koma" dalam kehidupan. Saat kita merasa tak kuat lagi menahan beban masalah. Bara semangat di hati kita hampir padam. Kita merasa lemah, lunglai dan lelah menyusuri liku-liku kehidupan yang seolah tak berujung, tanpa ada kepastian. Kita berada di titik kritis dan berharap seseorang akan menarik kita dari keterpurukan. Tetapi … hanya kekecewaan yang kita telan untuk kesekian kalinya. Kita tetap "sendiri" menggapai-gapai "kesepian" di tengah keramaian. Namun di balik puncak kegentingan, di kala kita merasa sangat tak berdaya dihempas "topan", biasanya kepasrahan total atau ketergantungan tulus lahir dan diberikan hanya kepada Allah. Pada saat itu pula kita benar-benar merasakan cinta sejati, yakni satu cinta kasih murni yang berasal dari Allah, Penguasa langit, bumi beserta segala isinya. Subhaanallah … Ibnul Qayyim mengistilahkan keadaan ini dengan kasih sayang batin, yang diberikan kepada hamba-Nya yang melakukan ketaatan. Kasih sayang batin adalah sentuhan perasaan dalam hati seseorang yang mendapat musibah, berupa ketenangan dan ketentraman. Tidak resah dan tidak khawatir. Kata Ibnul Qayyim: "Seorang hamba justru bisa menjadi sangat sibuk merasakan kasih sayang-Nya, saat ia menghadapi penderitaan yang berat. Dia berpikir seperti itu karena yakin bahwa itu adalah pilihan terbaik yang ditetapkan Allah kepadanya." Intinya: dengan selalu husnudhan (berprasangka baik) kepada Allah, maka batin kita tetap dapat tersenyum bahagia merasakan limpahan cinta kasih-Nya, walau realita tampak suram dan tak berpihak kepada kita. Saudaraku,Ibnu ‘Athailah memberi pengarahan: "Tampilkanlah dengan sesungguhnya sifat-sifat kekuranganmu, niscaya Allah menolongmu dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan kehinaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kemuliaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dalam ketidakberdayaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan daya dan kekuatan-Nya." Pertolongan Allah itu pasti adanya, Saudaraku! Sebagaimana firman-Nya: "Adalah hak bagi Kami menolong orang-orang yang beriman." (QS. Ar-Ruum:47). Allah pun berjanji untuk mengabulkan do’a setiap muslim, selama tidak mengandung dosa dan memutuskan shilaturrahim. Masalahnya hanya terletak pada proses waktu serta bentuk pertolongan itu. Ada yang sifatnya "cash" (segera dikabulkan sesuai harapan kita), ada yang "delay" (ditunda dan diganti dalam bentuk lain), atau "deposit"’ (menjadi simpanan di akhirat). Saudaraku,Kehidupan dunia dengan segala konsekuensinya hanyalah sesuatu yang semu dan belum final. Kesejatian dalam kehidupan hanya dapat dirasakan di akhirat nanti. Di akhiratlah setiap orang akan mendapat balasan yang seadil-adilnya atas segala perbuatannya di dunia dan akan terbukti dengan jelas siapa orang-orang yang mempunyai posisi mulia atau hina-dina di hadapan Allah, Al-Aziizul Hakim. Kesadaran ini akan membuat kita dapat menyikapi realitas kehidupan dunia secara wajar dan proporsional. Tak lupa daratan jika harapan menjadi nyata, juga tidak terlalu berduka atau putus asa bila keinginan tak terwujud. Kita pun dapat tetap tersenyum tulus dalam menjalani hari-hari yang kadang sepahit empedu di bumi Allah yang fana ini. Sebagaimana sabda Rasulullah: "Barang siapa yang selalu memikirkan akhiratnya, maka Allah akan menjadikan hatinya kaya." (HR. Turmudzi) Saudaraku,Perjalanan hidup di dunia hanyalah sebentar. Tidak akan lama … Semoga kita bisa bertahan, Saudaraku! Bertahan … dan bertahan dalam keimanan hingga selamat di penghujung usia dengan husnul khatimah. Semoga Allah senantiasa mengampuni dan merahmati kita fied dunya wal akhirat. Aamien. Allahumma Aamien. "Persaudaraan sejati adalah persaudaraan yang tumbuh dari hati ke hati atas dasar ketaqwaan." "Ya Allah… Karuniakan kepada kami keberanian serta kemampuanuntuk mengubah apa yang bisa diubah, ketabahan dalam menerimaapa yang tidak bisa diubah dan kebijakan untuk membedakan keduanya." "Ya Allah… Karuniakan kepada kami ketenangan jiwa, yaqin akan saat perjumpaan dengan-Mu dan ridla dengan segala ketentuan-Mu."(Do’a Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wassalaam)

Comments

Popular posts from this blog

my Special Student

Seneng...happy lega dan terharu...itulah yang aku rasakan ketika murid 'istimewaku' menyelesaikan Iqra jilid 6 minggu yang lalu...percaya atau nggak aku menitikkan airmata dan menangis sesenggukan dihadapan dia, ibu dan kakak perempuannya....yah...airmata bahagia karena dia yang setahun yang lalu tidak tahu sama sekali huruf hijaiyah kini bisa membaca Al Quran meski masih pelan dan terbata bata...tapi makhrojul hurufnya bagus, ghunnahnya ada, bacaan Mad-nya benar....dan aku bayangkan jika seterusnya dia membaca Quran dan mungkin mengajarkannya kepada orang lain maka inshaAllah akan banyak pahala berlipat ganda... Namanya Tasfiyah ...seorang gadis cilik bangladeshi berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya....Ibunya sengaja mengundangku datang ke rumah nya karena memang tasfi tidak suka dan tidak mau pergi ke masjid kenapa? karena sangat melelahkan...bayangkan aja 2 jam di setiap hari sepulang sekolah, belum lagi belajar bersama dengan 30 orang murid didampingi 1

Tuk Semua Ibu-Ibu

At 05 July, 2006 , Mother of Abdullaah said… Whaa kalo aku pribadi, emaknya sendiri musti banyak belajar.. kira2 kalo ngimpi punya anak hafidzah 'layak' gak ya :D At 05 July, 2006 , Inaya Salisya said… Wah subhanalloh ya.. Ina juga pengen mbak, tapi ga ada do it hehe... ummu Aqilla terharuuu...terharu biru...jadi semangat nyiapin anak jd hafidz nhafidzah. jazakillahkhoir, ukh! Atas dasar 3 komen diatas akhirnya aku tertarik untuk ngasih komentar tentang cita cita punya anak hazidz/hafidzah...dimanapun seorang ibu pasti ingin anak2nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah...hanya mungkin gambaran masing2 ibu berbeda dan derajat kesholehan yang mereka gambarkan dan inginkan juga pasti berbeda satu sama lain.....namun terlepas dari itu semua, setiap ibu muslimah pasti sangat bahagia dan bangga jika punya anak2 yang bisa menjadi penghapal Quran alias hafidz...kenapa ? karena sekian banyak pahala yang bakal dapat diraih dari sang Ortu dan juga sang anak..hanya saja cita2 y

Kisah sedih seorang dokter

Al kisah ada seorang teman laki laki yang pernah bersekolah dengan suami waktu jaman SMP dan SMA. Sebut saja namanya Amr, Amr datang dari keluarga miskin bahkan bisa dibilang sangat miskin, dia dirawat oleh bibinya yang juga kekurangan. Tidak jarang Amr harus menahan lapar ketika berangkat sekolah. Namun semangatnya yang tinggi mengalahkan rasa laparnya....hari berganti hari, Amr melanjutkan sekolah ke SMP, disitulah Amr bertemu dengan suamiku, hampir tiap hari mereka berbagi makanan bersama, subhanAllah...meski demikian, bisa dibilang Amr sangat cerdas dan pekerja keras, hal ini terbukti dengan prestasi sekolah yang patut bibnya banggakan. Di SMP itu ada sekitar 12 kelas dan masing masing kelas ada sekitar 70 siswa.....diantara ratusan siswa Amr selalu menjadi juara 1, sampai sampai dia diberi kebolehan naik kelas berikutnya hanya dalam waktu 6 bulan, walhasil dalam setahun dia naik kelas 2 kali dan setiap naik kelas dia selalu menjadi TOP STUDENT! Ketika masuk SMA, hal yang sam